Ashleigh Barty memperlihatkan kekuatan mental yang membuatnya menjadi petenis putri nomor satu dunia. Tiga kali mengejar kehilangan set pertama pada tiga laga terakhir membawanya juara di WTA Stuttgart.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
STUTTGART, MINGGU — Di turnamen tenis yang baru pertama kali diikutinya, petenis putri Australia, Ashleigh Barty, memperlihatkan kekuatan mental dan energi yang tak pernah habis. Tiga kali dia meloloskan diri dari situasi sulit hingga akhirnya juara.
Dalam final yang berlangsung di Porsche Arena, Stuttgart, Jerman, Minggu (25/4/2021), Barty mengalahkan petenis Belarus, Aryna Sabalenka, 3-6, 6-0, 6-3. Hasil itu menjadi gelar ketiga dari enam turnamen yang telah diikuti tunggal putri nomor satu dunia tersebut pada tahun ini.
Momen seperti di final terjadi pula pada dua babak sebelumnya. Barty melepaskan diri dari situasi yang hampir membuatnya kalah. Pada semifinal, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, dia mengalahkan petenis Ukraina, Elina Svitolina, 4-6, 7-6 (7-5), 6-2. Kemenangan itu diperoleh setelah petenis Australia tersebut tertinggal 2-4 saat tie-break set kedua, dalam posisi kalah di set pertama.
Sehari sebelumnya, juara WTA 250 Melbourne dan 1000 Miami itu, juga, melarikan diri dari kekalahan ketika berhadapan dengan Karolina Pliskova. Barty menang, 2-6, 6-1, 7-5.
Meski telah melewatkan waktu selama 4 jam 6 menit, lebih lama 32 menit dari Sabalenka, pada peremfinal dan semifinal, Barty masih memiliki banyak energi.
”Saya senang bisa melalui pertandingan seperti itu karena saya mencintai tenis. Saya senang berkompetisi,” kata petenis putri nomor satu dunia tersebut.
Selain pada nomor tunggal, Barty juga tampil pada final ganda pada hari yang sama. Berpasangan dengan petenis Amerika Serikat, Jennifer Brady, dia berhadapan dengan Bethanie Mattek-Sands/Desirae Krawczyk (AS), Minggu malam. Jika juara, Barty menyamai prestasi mantan petenis nomor satu dunia asal AS, Lindsay Davenport, yang menjuarai nomor tunggal dan ganda di WTA Stuttgart, 20 tahun lalu.
Meski energi lawannya telah banyak terkuras sebelum laga final, Sabalenka menyatakan keyakinan bahwa penampilan Barty tak akan menurun. Pengalaman dalam enam persaingan sebelumnya menegaskan bahwa Barty tak boleh diremehkan.
Dari enam pertemuan, Barty dan Sabalenka berbagi tiga kemenangan yang hampir semuanya berlangsung dalam laga ketat, seperti yang terjadi pada pertemuan terakhir di WTA 1000 Miami, tiga pekan lalu. Saat itu, Barty menang 6-4, 6-7 (5-7), 6-3.
Situasi serupa juga yang terjadi di Stuttgart. Meski kehilangan set pertama, Barty masih bisa memberi perlawanan, termasuk ketika sering terjadi deuce pada set ketiga. Total, dia delapan kali menggagalkan break point dari sepuluh kesempatan yang didapat Sabalenka.
Poin plus lain bagi Barty adalah ketika mendapat gelar juara pada penampilan pertamanya di Stuttgart.
Saya senang bisa melalui pertandingan seperti itu karena saya mencintai tenis. Saya senang berkompetisi.
”Saya tak pernah bertanding di lapangan tanah liat tertutup. Rasanya sedikit berbeda dengan di tempat terbuka, laju bola di sini lebih cepat,” komentar Barty, yang pekan lalu tampil pada turnamen tanah liat WTA Charleston dan tersingkir pada perempat final.
Setelah turnamen di Stuttgart, petenis Australia itu akan tampil dalam WTA 1000 Madrid dan Roma selama dua pekan beruntun pada Mei. Musim tanah liat akan dipuncaki dengan turnamen Perancis Terbuka di Roland Garros, 30 Mei-13 Juni, dalam upayanya meraih gelar kedua Grand Slam setelah Perancis Terbuka 2019.
Barty tak mempertahankan gelar tersebut karena absen di Roland Garros 2020. Dia memilih tinggal di Australia demi keselamatan pada masa-masa awal digelarnya turnamen tenis dalam pandemi.
Adapun Sabalenka berharap kondisinya akan kembali fit untuk tampil Madrid, yang dimulai pada 27 April 2021. Melawan Barty, Sabalenka membebat paha kanannya sejak awal set kedua karena otot pahanya tertarik di akhir set pertama.
”Saya berusaha maksimal meski cedera, tetapi dia bermain sangat bagus di lapangan tanah liat. Saya cukup senang bisa bermain hingga selesai,” ujar petenis berusia 22 tahun tersebut.
Barcelona
Final turnamen putra ATP 500 Barcelona, Minggu malam, menjadi misi bagi Rafael Nadal untuk membalas kekalahan dari Stefanos Tsitsipas pada perempat final Grand Slam Australia Terbuka, Februari. Ketika itu, Tsitsipas menang setelah kehilangan dua set awal dalam format best of five sets.
Sejak pertama kali bertemu pada final ATP Barcelona 2018, yang dimenangi Nadal, kedua petenis telah delapan kali bertemu. Nadal unggul dalam enam pertandingan, tetapi kalah dalam pertemuan terakhir di Melbourne Park. (AP)