Akhir pekan lalu, Ashleigh Barty masih berlaga di final WTA 1000 Miami yang berlangsung di lapangan keras. Pekan ini, dia langsung beradaptasi dengan lapangan tanah liat untuk mengikuti turnamen WTA 500 Charleston.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CHARLESTON, SENIN - Kurang dari sepekan setelah menjuarai turnamen WTA 1000 Miami, tunggal putri nomor satu dunia, Ashleigh Barty, berkompetisi kembali pada pekan ini. Tanpa waktu panjang untuk beradaptasi, Barty langsung beralih dari lapangan keras ke lapangan tanah liat.
Petenis Australia itu mengikuti turnamen WTA 500 Charleston, Amerika Serikat, 5-11 April, salah satu dari dua turnamen putri yang digelar pada pekan pertama musim kompetisi tanah liat. Selain di Charleston, digelar pula turnamen WTA 250 Bogota, Kolumbia.
Pada pekan yang sama, pemain-pemain putra bersaing dalam turnamen ATP 250 di Italia dan Spanyol. Rangkaian turnamen tersebut dan kejuaraan lain pada pekan-pekan berikutnya menjadi ajang pemanasan untuk Grand Slam Perancis Terbuka di Roland Garros, 23 Mei-6 Juni.
Meski baru menjuarai WTA 1000 Miami di lapangan keras Stadion Hard Rock, Miami, akhir pekan lalu, Barty tak merasa kelelahan. Dia justru antusias karena ini akan menjadi penampilan pertamanya di Charleston sejak 2013.
Namun, juara Perancis Terbuka 2019 itu tak memungkiri bahwa persaingan di Charleston akan menjadi tantangan besar. Selain hadirnya para petenis yang akan menjadi kompetitor tangguh, Barty tak didampingi pelatih fisik dan fisioterapis yang berada di Australia.
Dua staf kepelatihan ini seseungguhnya berperan penting dalam menjaga kebugaran pada peralihan dari lapangan keras ke tanah liat yang melahirkan karakter permainan berbeda. Lapangan keras memunculkan permainan cepat, sedangkan lapangan tanah liat dengan permainan lambat.
”Tak diragukan, tidak ada pelatih fisik menjadi tantangan bagi saya selama di sini, meski kami masih bisa berkomunikasi melalui telepon. Seperti sebelum latihan fisik pada pagi ini, saya dan mereka berdiskusi dulu tentang apa yang harus saya lakukan, alat apa yang dipakai, dan apa target untuk pekan ini. Saya hanya harus beradaptasi dengan situasi yang ada,” ujar Barty, Senin (5/4/2021) waktu setempat, dikutip dari laman resmi WTA.
Meski tak banyak waktu untuk beradaptasi dengan perubahan yang akan dihadapi, Barty menilai, turnamen Charleston yang memiliki ciri khas tanah liat berwarna hijau menjadi tempat yang tepat sebelum bersaing di Eropa. Sebelum Perancis Terbuka, petenis-petenis putri disajikan panggung persaingan turnamen tingkat atas di WTA 500 Stuttgart, serta WTA 1000 Roma dan Madrid.
Barty mengatakan, dia tak menetapkan target besar untuk turnamen pertama di lapangan tanah liat pada tahun ini. ”Saya hanya akan menikmati proses adaptasi secara perlahan, terutama adaptasi tubuh terhadap lapangan. Saya juga akan bereksperimen dengan cara bermain di tanah liat,” katanya.
Seperti sebelum latihan fisik pada pagi ini, saya dan mereka berdiskusi dulu tentang apa yang harus saya lakukan, alat apa yang dipakai, dan apa target untuk pekan ini. Saya hanya harus beradaptasi dengan situasi yang ada.
Selain Barty, petenis lain yang akan tampil di Charleston dan juga telah menjadi kompetitor di Miami, di antaranya Garbine Muguruza, Sofia Kenin, dan Petra Kvitova.
Penting
Tanpa turnamen WTA 1000 Indian Wells, yang biasanya digelar berurutan sebelum Miami, Charleston pun menjadi bagian penting dari karier petenis top putri pada tahun ini. Tahun ini WTA 1000 Indian Wells dibatalkan karena pandemi Covid-19.
”Tanah liat adalah lapangan favorit saya. Saya sangat antusias hingga harus sedikit mengontrolnya, mengingat tak terlalu banyak turnamen pada tahun ini. Dengan kondisi tersebut, saya harus tampil baik sejak turnamen pertama,” kata Muguruza, juara Perancis Terbuka 2016 dan Wimbledon 2017.
Meski selalu menjadi kompetitor tangguh di tanah liat, Muguruza mengatakan, bermain di Charleston memunculkan tantangan tersendiri. ”Saya tumbuh di lapangan tanah liat, tetapi bermain di tanah liat hijau terasa berbeda, rasanya lebih sulit. Saya pun sudah delapan tahun tak bermain di sini,” ujar Muguruza, yang hanya tampil di Charleston 2013 dan kalah pada babak pertama.
Ditempatkan sebagai unggulan keenam, salah satu dari 17 unggulan dalam turnamen tersebut, Muguruza mendapat bye pada babak pertama. Dia memulai penampilan melawan petenis kualifikasi, Magdalena Frech, pada babak kedua, Selasa siang waktu setempat atau Rabu dinihari waktu Indonesia.
Petenis lain yang juga tampil sejak Selasa adalah unggulan ketiga, Petra Kvitova, Ons Jabeur (12), dan petenis remaja AS, Cori Gauff.
Di bagian putra, persaingan petenis papan atas akan dimulai pada ATP Masters 1000 Monte Carlo, 11-18 April, dilanjutkan ATP 500 Barcelona, dan ATP 100 Masters Madrid dalam dua pekan berikutnya.
Sementara itu, Kementerian Olahraga Perancis mendiskusikan kemungkinan menunda pelaksanaan Perancis Terbuka beberapa hari. Diskusi ini juga membahas bagaimana cara mengakomodasi penggemar tenis, setelah pada penyelenggaraan tahun lalu hanya 1.000 orang yang diizinkan menonton setiap hari. Hal ini terkait pengetatan kembali pembatasan sosial di Perancis sepekan terakhir. (REUTERS/AFP)