Piala Menpora 2021 menghadirkan “parade” kesalahan yang mengawali gol demi gol. Sebanyak 35 persen gol tercipta akibat kesalahan yang dilakukan pemain di zona pertahanan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Piala Menpora 2021, yang menjadi turnamen pramusim sekaligus uji coba penerapan protokol kesehatan menjelang Liga 1 2021, belum mampu menghadirkan performa terbaik dari para pesepak bola elite di Indonesia. Kevakuman kompetisi selama satu tahun serta persiapan yang kurang dari sebulan membuat kondisi fisik pemain belum maksimal, sehingga kesalahan mendasar cukup sering terjadi.
Menjelang laga pertama partai final antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung, Kamis (22/4/2021) ini, di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, telah tercipta 88 gol dalam waktu normal dari 36 pertandingan yang telah berlangsung dari penyisihan hingga semifinal. Secara rata-rata dalam setiap laga Piala Menpora menghadirkan 2,44 gol. Jumlah itu merupakan rata-rata jumlah gol per laga yang paling rendah dalam perhelatan turnamen pramusim sejak diselenggarakan pertama kali pada 2015.
Dalam dua edisi pramusim perdana yang digunakan untuk melipur lara pesepak bola lokal di tengah sanksi FIFA, yaitu Piala Presiden 2015 dan Piala Presiden 2017, produktivitas justru lebih baik dibandingkan dengan Piala Menpora 2021 yang diselenggarakan setelah Liga 1 terhenti selama satu tahun akibat pandemi Covid-19.
Pada Piala Presiden 2015 tercipta 38 gol dari 94 laga sehingga rata-rata gol mencapai 2,47 gol per pertandingan. Kemudian, jumlah rata-rata 2,5 gol per pertandingan tercipta pada Piala Presiden 2017.
Adapun pada dua edisi terakhir Piala Presiden yang diselenggarakan pada 2018 dan 2019, rata-rata gol mencapai 2,85 gol per laga dan 3,1 gol per laga. Bahkan, Piala Presiden 2019 menghasilkan 124 gol hanya dalam 37 pertandingan (rata-rata 3,3 gol per laga). Itu masih menjadi rekor gol terbanyak dalam turmanen pramusim di Tanah Air. Meskipun Piala Menpora 2021 masih menyisakan tiga pertandingan, rekor gol di Piala Presiden 2019 itu dipastikan tidak akan bisa disamakan.
Selain jumlah gol yang amat minim dibandingkan empat penyelenggaraan turnamen pramusim terdahulu, Piala Menpora menghasilkan sebuah statistik yang buruk dari sisi skema terciptanya gol. Menurut catatan Kompas, dari 88 gol yang dihasilkan sebanyak 31 gol tercipta akibat kesalahan para pemain yang menguntungkan sang lawan. Artinya, 35,2 persen gol yang tercipta di Piala Menpora merupakan buah dari kesalahan.
Jenis kesalahan itu meliputi pelanggaran yang menyebabkan penalti, sapuan atau tepisan bola yang tidak sempurna, kesalahan mengoper di zona pertahanan sendiri, dan miskomunikasi pemain belakang.
”Parade” kesalahan itu paling banyak terjadi di pekan pertama babak penyisihan. Terdapat 10 gol yang tercipta dalam enam pertandingan pembuka fase grup.
Sofie Imam Faizal, mantan pelatih fisik timnas U-19 Indonesia, mengungkapkan, gaya permainan terbuka dan agresif tim-tim di Indonesia membutuhkan kondisi fisik yang prima agar mampu memainkan performa terbaik. Persiapan terbatas yang dijalani pemain menjelang Piala Menpora, tambahnya, tentu memengaruhi penampilan di dalam pertandingan.
Dengan kultur sepak bola Indonesia yang agresif, kesalahan berpeluang terjadi ketika kondisi fisik tidak maksimal.
”Dengan kultur sepak bola Indonesia yang agresif, kesalahan berpeluang terjadi ketika kondisi fisik tidak maksimal. Apalagi dalam kondisi bertahan, termasuk ketika melakukan transisi negatif, pemain lebih membutuhkan kondisi fisik dan fokus yang lebih besar karena satu kesalahan bisa berakibat fatal bagi tim,” ujar Imam yang kini menjabat sebagai pelatih fisik Sabah FA, tim Liga Super Malaysia, yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (21/4/2021).
Imam menambahkan, persiapan Piala Menpora yang kurang dari satu bulan tidaklah ideal untuk mengembalikan kondisi kebugaran pemain. Apalagi, lanjutnya, seluruh pemain di Indonesia telah mengalami libur kompetisi selama satu tahun.
”Persiapan satu bulan bisa dilakukan apabila pemain tetap intens berkompetisi. Dengan situasi di Indonesia, pemain membutuhkan minimal waktu dua bulan untuk mencapai kondisi kebugaran yang ideal untuk menjalani pertandingan,” kata Imam.
Terbanyak
PSM Makassar dan Persebaya Surabaya adalah tim yang tercatat melakukan kesalahan berbuah gol terbanyak dalam satu laga. Kedua tim legendaris itu melakukan dua kesalahan di satu pertandingan.
Dua kesalahan PSM tercipta saat menjalani laga terakhir fase Grup B melawan Borneo FC. Kesalahan itu membuat tim ”Juku Eja” harus melepas keunggulan 2-0 dan hanya puas meraih satu poin. Gol pertama Borneo tercipta karena handball bek PSM, Erwin Gutawa, sehingga wasit memberikan penalti kepada Borneo, kemudian bek PSM lainnya, Hasyim Kipuw, melakukan kesalahan sapuan bola yang seakan memberikan ”asis” kepada pemain Borneo untuk mencetak gol penyama kedudukan.
”Setelah menjalani dua laga, kami kelelahan di pertandingan ketiga. Kondisi itu membuat kami mudah kehilangan fokus dan komunikasi antarpemain tidak berjalan sehingga kami menciptakan kesalahan di pertahanan sendiri,” kata Hasyim.
Sementara itu, pemain Persebaya melakukan dua kesalahan di zona pertahanan sendiri saat tumbang 2-3 dari Persib Bandung pada babak perempat final. Dua kesalahan itu membuat ”Bajul Ijo” tertinggal 0-3 pada babak pertama.
”Kami tidak perlu mencari alasan atas kesalahan itu. Terpenting, kami harus memetik pelajaran dan memperbaiki diri agar bisa tampil lebih baik di Liga 1 nanti,” ujar kapten Persebaya, Rachmat Irianto.
Secara umum, Persebaya menjadi tim kedua yang paling banyak memberikan ”hadiah” gol kepada lawan. Dari lima pertandingan yang dijalani, anak asuhan Aji Santoso itu melakukan empat kesalahan yang berbuah gol untuk lawan.
Kesalahan itu tercipta satu kali saat menang 2-1 atas Persik Kediri, lalu satu kesalahan yang berujung penalti saat tumbang 0-1 dari PSS, serta dua kesalahan di babak perempat final. Alhasil, sekitar 66,66 persen dari total enam gol kemasukan yang dialami gawang Persebaya tercipta akibat kesalahan sendiri.
Adapun tim yang paling banyak melakukan kesalahan ialah Persik Kediri. Dari empat pertandingan fase grup, tim berjuluk ”Macan Putih” itu kebobolan lima gol yang diakibatkan kesalahan para pemain. Empat gol di antaranya tercipta karena pemain belakang melakukan kesalahan di kotak penalti yang menyebabkan wasit menghukum Persik dengan penalti.
Kesalahan fatal yang berakibat gol dilakukan oleh 15 tim dari total 17 kontestan Pialan Menpora. Artinya, hanya ada dua tim tidak melakukan kesalahan sendiri, yakni Bali United dan Persiraja Banda Aceh yang sama-sama tergabung dalam Grup D.