Berharap permainan sepak bola modern hadir di Indonesia masih jauh dari harapan. Tim terbaik di Tanah Air masih mengutamakan hasil akhir dibandingkan perang taktik untuk menampilkan permainan atraktif dan menghibur.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
ANTARA/ANDREAS FITRI ATMOKO
Sayap serang Persib Bandung, Frets Butuan (kanan), menggiring bola dengan kawalan bek tengah Persebaya Surabaya, Arif Satria, pada laga perempat final Piala Menpora 2021 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (11/4/2021).
Setelah Piala Menpora 2021 merampungkan 32 pertandingan, yakni 28 laga penyisihan grup dan 4 laga perempat final, terdapat benang merah pendekatan taktik yang digunakan mayoritas peserta, termasuk empat tim yang lolos ke semifinal. Pola permainan pragmatis yang mengutamakan hasil masih dominan diterapkan tim-tim terbaik di Indonesia.
Dari empat tim terbaik Piala Menpora 2021, hanya Persija Jakarta yang tidak tampil inferior dari lawannya di perempat final. Meskipun unggul dari sisi kualitas pemain, ”Macan Kemayoran” mampu diimbangi Barito Putera. Kedua tim berbagai penguasaan bola 50 persen dan sama-sama membuat delapan tembakan dalam 90 menit.
Namun, kualitas dan mental juara Persija mampu memberikan perbedaan. Persija maju ke semifinal berkat gol tunggal Marko Simic, 1-0.
Sementara itu, tiga tim lain, yakni Persib Bandung, PSM Makassar, dan PSS Sleman, tak mampu tampil mendominasi lawan di babak delapan besar.
Persib, misalnya, tak lebih superior dari Persebaya Surabaya yang didominasi pemain muda dan tidak memiliki pemain asing. ”Maung Bandung” memang menang, 3-2, setelah unggul lebih dulu 3-0. Namun, Persebaya mampu unggul duel di lini tengah sehingga mampu menguasai bola dan menciptakan peluang lebih banyak.
ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO
Sayap serang Persija Jakarta, Riko Simanjuntak (kiri), berusaha melewati gelandang bertahan Bhayangkara Solo FC, Mohammad Hargiyanto, pada laga penutup Grup B Piala Menpora di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu (31/3/2021). Persija mengalahkan Bhayangkara, 2-1.
”Bajul Ijo” harus mengakui keunggulan Persib, padahal lebih dominan menguasai bola dengan 54 persen berbanding 46 persen. Secara total, Persebaya juga menciptakan 12 peluang berbanding 11 peluang Persib. Anak asuhan Aji Santoso itu juga menampilkan permainan sepak bola modern yang mengutamakan operan pendek.
Hal itu terlihat dari capaian Persebaya yang menjadi tim dengan umpan pendek terbanyak di babak delapan besar. Bajul Ijo adalah satu-satunya tim yang mampu menyentuh 500 operan per laga di Piala Menpora. Melawan Persib, Persebaya membuat 511 operan. Akurasi operan juga yang terbaik karena mencapai 85 persen. Adapun Persib membuat 446 operan dengan tingkat sukses 84 persen.
Meski demikian, Pelatih Persib Robert Rene Alberts tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Menurut dia, yang terpenting timnya bisa maju ke semifinal dan tetap berpeluang tampil di pertandingan kompetitif untuk meningkatkan kondisi pemainnya jelang Liga 1 2021.
”Kami menang karena mampu mencetak tiga gol. Memang mereka mencetak dua gol, tetapi yang terpenting kami menang. Tidak mudah menjaga permainan di level tinggi setelah satu tahun tidak bermain,” ucap Alberts seusai laga melawan Persebaya, Minggu (11/4/2021).
Sementara itu, PSM dan PSS lolos melalui adu penalti. Kedua tim mampu menahan lawan yang tampil mendominasi laga, yaitu PSIS Semarang dan Bali United. Selama 90 menit, dua laga itu berakhir imbang tanpa gol.
ANTARA/M AGUNG RAJASA
Bek Persebaya Surabaya Frank Rikard Sokoy (kedua kiri) berusaha merebut bola dari peneyrang sayap PS Sleman Irkham Mila (kanan) pada laga terakhir Grup C Piala Menpora di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/4/2021). PS Sleman mengalahkan Persebaya, 1-0.
Pada laga itu, PSM dan PSS hanya mencatat penguasaan bola 48 persen dan 44 persen. Kedua tim itu juga kalah dalam jumlah peluang selama 90 menit waktu normal. Namun, lini belakang PSM dan PSS tampil tenang dan fokus untuk meredam gempuran lawan.
Kami menang karena mampu mencetak tiga gol. Memang mereka mencetak dua gol, tetapi yang terpenting kami menang. Tidak mudah menjaga permainan di level tinggi setelah satu tahun tidak bermain.
Pelatih PSS Dejan Antonic juga tidak terlalu memusingkan dengan catatan statistik anak asuhannya. Ia menegaskan, taktik yang diterapkannya menyesuaikan dengan kondisi fisik pemain yang sulit tampil 100 persen karena durasi pertandingan yang amat singkat.
”Kemenangan menjadi tujuan utama kami. Saya harus memahami para pemain yang memiliki masa pemulihan sangat singkat,” kata Antonic.
Paling rendah
Menurut catatan statistik Lapangbola.com, PSM bahkan menjadi tim dengan persentase penguasaan bola terendah dari 17 peserta Piala Menpora 2021. “Juku Eja” di fase grup hanya mencatatkan 38 persen penguasaan bola.
Selain itu, PSM juga melaju ke fase gugur meskipun menjadi tim dengan catatan tembakan tepat sasaran yang paling minim. Dalam tiga laga fase grup, PSM hanya menciptakan tujuh tembakan atau rata-rata 2,33 tembakan tepat sasaran. Meski begitu, “Juku Eja” mampu tampil efektif karena mampu menciptakan lima gol di fase grup.
ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO
Pesepak bola Borneo FC Samarinda Terens Owang (tengah) berusaha melewati hadangan dua pesepak bola PSM Makassar Abdul Rahman (kiri) dan Erwin Gutawa (kanan) dalam lanjutan pertandingan Piala Menpora Grup B di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu (31/3/2021). Pertandingan tersebut berakhir imbang dengan skor 2-2.
“Kami menginstruksikan pemain untuk bermain bertahan, sekaligus mempersiapkan serangan balik mematikan. Itu fokus permainan kami,” kata Pelatih PSM Syamsuddin Batola.
Hal yang didapatkan PSM tentu amat kontras dengan capaian Madura United. Padahal, Madura adalah satu-satunya tim yang konsisten tampil menyerang di empat pertandingan fase grup.
“Laskar Sape Kerrab” adalah satu-satunya tim yang selalu mampu mencatatkan minimal 66 persen penguasaan bola, dengan rata-rata 70 persen penguasaan bola selama fase grup Piala Menpora. Alberto Goncalves dan kawan-kawan adalah pencipta tembakan tepat sasaran terbanyak di fase grup bersama Persebaya. Kedua tim mencatatkan 22 tembakan ke arah gawang, tetapi dari jumlah itu hanya lima peluang mampu dikonversi menjadi gol oleh Madura.
Sepak bola menyerang Madura terbukti tidak cukup mampu mengantarkan prestasi. Madura tidak hanya gagal melaju ke fase gugur, bahkan menjadi juru kunci grup C yang berisi lima tim.
“Jelang liga kami akan lakukan evaluasi. Tetapi, saya berterima kasih kepada seluruh pemain yang telah menjalankan instruksi saya dengan baik,” kata Pelatih Madura United Rahmad Darmawan.
Miskin taktik
ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI
Striker Madura United Alberto Goncalvez (tengah) berebut bola dengan dua pemain Persik Kediri Andri Ibo (kanan) dan Aldo Claudio (kiri) pada laga lanjutan Grup C Piala Menpora 2021 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (3/4/2021). Persik Kediri memenangi pertandingan melawan Madura United dengan skor 2-1.
Taktik permainan yang hanya mengutamakan hasil akhir menjadi salah satu perhatian Pelatih Fisik Timnas Indonesia asal Korea Selatan Lee Jae-hong. Lee, yang sempat menyaksikan laga fase grup di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat, mengkritik keras taktik yang diterapkan mayoritas tim di Piala Menpora 2021.
Menurut Lee, klub profesional Indonesia, termasuk para pemain, hanya mementingkan sepak bola praktis yang berorientasi kepada hasil tanpa memedulikan penerapan taktik yang efektif.
“Tempo permainan terlalu lambat. Padahal, daya saing liga profesional akan bermuara kepada tim nasional, jadi seharusnya tim menunjukkan penampilan indah dan menghibur,” tulis Lee di akun Instagram pribadinya, @rogerio2026a, akhir Maret lalu.
Gelandang baru Persib, Farshad Noor, juga menilai, tim Indonesia mengesampingkan penggunaan taktik. “Di Indonesia, sepak bola lebih banyak mengandalkan lari. Di Eropa, kami bermain lebih taktikal jadi tidak banyak berlari, tetapi lebih mengutamakan taktik untuk menutup dan memaksimalkan ruang,” ujar Noor, yang merupakan pemain timnas Afghanistan, seperti dilansir laman Persib.