Sepak bola Tanah Air kembali bangkit melalui ajang Piala Menpora 2021. Tugas berat selanjutnya adalah menjaga komitmen untuk selalu menerapkan protokol kesehatan yang ketat pada setiap laga.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua laga pembuka ajang Piala Menpora 2021 telah sukses digelar di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/3/2021). Sepak bola di Tanah Air kembali hidup setelah mati suri selama setahun, dan upaya menjaga komitmen penyelenggaraan kompetisi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat seperti ini menjadi tantangan berikutnya.
Duel antara Arema FC melawan Persikabo 1973 yang berakhir imbang, 1-1, menjadi laga pertama dan dilanjutkan laga kedua antara PSIS Semarang melawan Barito Putera yang juga berakhir imbang, 3-3. Kedua laga digelar tanpa penonton sebagai salah satu syarat utama agar kompetisi sepak bola tidak menghadirkan kluster baru penyebaran Covid-19.
Piala Menpora ini menjadi pengalaman baru bagi para pelaku industri sepak bola dalam menyiapkan sebuah laga yang kini tidak lagi sederhana demi menjaga keamanan bersama. Selama laga berlangsung, panitia pelaksana dituntut bisa memastikan semua orang yang masuk ke stadion sudah negatif Covid-19 yang sudah dibuktikan dengan tes usap.
Jumlah keseluruhan orang yang berada di dalam stadion pun dibatasi maksimal 299 orang. Suara gemuruh dan pengalaman berdesak-desakan tidak lagi bisa dijumpai di stadion. Para pemain tampil tanpa diiringi sorakan ataupun nyanyian para penonton. Suara pelatih dan pemain pun menjadi lebih jelas terdengar.
Para pendukung sepak bola pun tidak boleh menyapa para pemain langsung di sisi luar stadion seperti yang biasa mereka lakukan pada saat sebelum pandemi. Kali ini, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru telah meminta para suporter, dengan melibatkan para koordinator suporter, untuk menyaksikan semua laga dari rumah.
Budaya yang baru pun terlihat saat para pemain masuk ke lapangan dan menanti tendangan mula. Mereka tidak lagi berdiri berdampingan, tetapi berbaris mengikuti garis tengah lapangan. Dengan cara ini, para pemain bisa tetap menjaga jarak.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali juga telah mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan ini dijalankan dengan disiplin di semua lokasi penyelenggaraan Piala Menpora. Turnamen ini bakal digelar serentak di empat lokasi, yaitu Stadion Manahan (Solo, Jawa Tengah), Stadion Kanjuruhan (Malang, Jawa Timur), Stadion Maguwoharjo (Sleman, Yogyakarta), dan Stadion Si Jalak Harupat (Bandung, Jawa Barat).
Ia bersama Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan telah datang di Stadion Manahan sejak Minggu siang untuk memastikan protokol kesehatan berjalan lancar. ”Kami di sini sudah melalukan itu (protokol kesehatan di Stadion Manahan), jangan sampai di tempat lain justru ada (pelanggaran),” katanya.
Persiapan Liga 1
Iriawan kemudian menyampaikan rasa syukurnya saat membuka turnamen ini bersama Amali serta Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Tidak ada seremoni yang megah, tetapi hanya penekanan tombol sirine. ”Piala Menpora ini merupakan ujian bagi PSSI dalam pelaksanaan protokol kesehatan menuju kompetisi Liga 1 nanti,” kata Iriawan.
PSSI ingin Piala Menpora tidak hanya sekadar turnamen pemanasan, tetapi juga sebagai alat mengukur kesiapan untuk menggelar Liga 1 yang beberapa kali batal karena tidak mendapat izin dari kepolisian. Jika penerapan protokol kesehatan ini berhasil dilakukan di ajang Piala Menpora, standar yang sama bisa diterapkan di Liga 1.
Bagi para pemain, turnamen ini sangat bermanfaat untuk kembali memulihkan fisik dan sentuhan mereka yang sempat hilang sejak setahun terakhir. Saat kembali bertanding, para pemain pun banyak melakukan kesalahan dan kehilangan stamina. Piala Menpora ini menjadi kesempatan terbaik untuk memulihkan kekuatan mereka sebelum terjun ke kompetisi yang lebih berat seperti Liga 1.
Saya merasa tegang karena satu tahun tidak bermain bola.
”Saya merasa tegang karena satu tahun tidak bermain bola,” ujar pemain Arema, Dendi Santoso, seusai laga. Arema sempat tertinggal lebih dulu ketika pemain Persikabo, Ahmad Nufiandani, mencetak gol pada menit ke-11.
Menjelang akhir laga, Dendi tampil sebagai penyelamat dalam sebuah gol yang komikal. Ketika pemain belakang Persikabo hendak membuang bola sejauh mungkin dari kotak penalti mereka, bola justru tepat mengenai kepala Dendi dan memantul masuk ke gawang. Dendi dan kawan-kawan kemudian merayakan gol itu dengan tersenyum geli.
Aksi yang lebih dramatis ditunjukkan Barito Putera pada laga kedua. PSIS lebih dulu unggul tiga gol melalui Fandi Eko Utomo, Hari Nur Yulianto, dan Komarudin. Namun, Barito Putera secara mengejutkan bisa tampil beda pada babak kedua dan menyamakan kedudukan berkat gol Bissa Donald, Bayu Pradana, dan terakhir Rizki Pora melalui tendangan bebasnya pada menit ke-90+4.
Pelatih Barito Putera Djadjang Nurdjaman mengatakan, keberhasilan tim menyamakan kedudukan tidak hanya terletak pada motivasi para pemain yang tinggi, tetapi juga perubahan strategi yang ia lakukan. ”Kami lebih berani menusuk (pada babak kedua),” katanya.
Ketika pemain berusaha mengembalikan penampilan terbaik mereka setelah lama vakum, para pelatih kembali mengasah strategi terbaik mereka. Mereka akan terus beradaptasi untuk meningkatkan kualitas, sedangkan pihak lainnya termasuk para suporter bertugas menjaga komitmen yang telah dibangun ini agar sepak bola tidak tertidur lagi.