Karena Hidup Tidak Sekadar dalam 64 Kotak Saja
Kalah menang seharusnya menjadi hal biasa saat catur digelar. Namun, ketika itu semua datang dan pergi, esensi kejujuran dalam catur seharusnya tidak mati.
”Catur tidak hanya sekadar soal kompetisi. Catur juga bisa berarti sebuah keindahan.”
Ucapan itu dikatakan Elizabeth ”Beth” Harmon (Anya Taylor-Joy), pecatur kelas dunia dalam jagad serial tujuh episode, The Queen’s Gambit. Ceritanya diadaptasi dari novel berjudul sama karya Walter Tevis dan ditayangkan perdana oleh Netflix, layanan media streaming digital, pada 23 Oktober 2020.
Dalam serial itu dikisahkan sepak terjang Beth Harmon, perempuan pecatur berbakat yang berlatih sejak umur delapan tahun. Lika-liku hidupnya naik turun. Penuh warna terang hingga suram.
Pernah terbebani harus terus menang, tetapi setelah kaya, karena tak terkalahkan, dia tidak lantas menjamin bahagia. Memilih cara ”curang” dengan menenggak minuman keras dan obat penenang dilakukan Beth Harmon meski belakangan khasiatnya tak ampuh lagi.
Hingga akhirnya, diiringi dua kekalahan besar atas pesaing utamanya dan pertolongan sesama pecatur, ia menemukan banyak hal indah dari catur. Mulai dari jatuh cinta, bahagia memiliki teman, hingga mampu menikmati permainan catur itu sendiri.
Serial ini sukses besar. Dikutip dari Netflix, The Queen’s Gambit masuk 10 besar di 92 negara dan peringkat pertama di 63 negara. Selain itu, dalam 28 hari pertama, serial ini ditonton 62 juta pelanggan atau menjadi yang terbanyak dalam sejarah Netflix.
Demam The Queen’s Gambit, nama yang diambil dari nama strategi awal pengorbanan anak buah untuk menguasai petak tertentu ini, juga hadir di Kota Bandung, Jawa Barat. Bagi Haidar Raihansyah (27), kehadiran serial itu tepat waktu dengan pembukaan SEKO Coffee Shop miliknya di Jalan Natuna No 47, akhir Oktober 2020. Di hari pertama buka, acara utamanya adalah turnamen catur meski digelar secara terbatas untuk 13 orang karena pandemi Covid-19.
”Saya sangat terbantu dengan demam The Queen’s Gambit. Sejak awal, kami ingin kafe ini jadi tempat berkumpul penggemar catur,” ujarnya, Rabu (17/3/2021).
Hingga Februari 2021, tiga turnamen telah diadakan dan selanjutnya bakal diselenggarakan pada akhir Maret. Pertandingan digelar santai. Banyak pesertanya baru berkenalan dengan catur daring. Sebagian bahkan belum pernah bertanding langsung di papan catur. Meski begitu, semuanya dipersiapkan profesional.
Untuk membawa sensasi bermain catur, papan catur standar nasional disediakan pada pertandingan semifinal dan final. Aturan permainan catur profesional juga diterapkan. Setiap pemain tidak boleh bercengkerama. Keduanya memiliki batasan waktu.
Mereka tidak boleh meletakkan kembali buah catur yang telah diangkat. Bahkan, peserta tidak boleh menggunakan tangan berbeda saat menggerakkan bidak dan menyentuh indikator waktu.
Kalau tangan kanan menggerakkan buah catur, tangan kanan juga yang mengetuk indikator waktu. Itu mungkin terlihat sepele dan kecil. Namun, kedisiplinan dan kejujuran adalah kekuatan terbesar dari catur.
”Kalau tangan kanan menggerakkan buah catur, tangan kanan juga yang mengetuk indikator waktu. Itu mungkin terlihat sepele dan kecil. Namun, kedisiplinan dan kejujuran adalah kekuatan terbesar dari catur,” ujar Haidar yang bersama saudaranya, Fakhri Arkansyah (26), belajar catur dari ayahnya, Ferry Firmansyah (61). Ferry adalah pemain master nasional catur asal Kota Bandung.
”Saya bersama Fakhri dididik bapak bermain catur. Tapi, saat akhir SMP, saya tidak mau lagi melanjutkan, lelah. Semua terlalu serius, saya tidak suka tekanannya. Tapi, Fakhri masih melanjutkan,” ujar Haidar.
Meski begitu, Haidar mengatakan masih dipengaruhi banyak hal baik dari catur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbisnis, misalnya, dia tetap menyeimbangkan kualitas produk dengan keuntungan yang ada.
Contohnya, saat pandemi ini, pengunjungnya berkisar 50-100 orang per hari. Jumlah itu menurutnya belum ideal. Namun, hal itu tidak membuatnya mengurangi kualitas menu kafe dengan rentang harga Rp 18.000-Rp 27.000 per hidangan tersebut.
Baca juga : ”Fair Play” Jadi yang Terutama
Seperti bermain catur, selalu ada strategi yang diluncurkan untuk tetap bertahan, bahkan menang. Salah satunya menggelar turnamen catur. ”Dari catur, saya juga belajar lebih teliti dalam pekerjaan dan berpikir panjang saat mengambil keputusan. Selain itu, catur mengajarkan saya agar tidak curang. Curang sulit dilakukan, apalagi saat bertanding langsung saling berhadapan,” katanya.
Akan tetapi, seperti banyak taktik dan gaya bermain, catur dari masa ke masa terus beradaptasi. Salah satunya tidak perlu lagi saling bertemu muka untuk mengasah ilmu.
Pecatur kini bisa berlaga lewat kemudahan teknologi. Pandemi bahkan membuat pertandingan catur lebih kerap dilakukan dalam jaringan lewat beragam aplikasi. Beragam tips untuk mengasah kemampuan pecatur daring juga jadi pesona lainnya.
Akan tetapi, catur daring juga berpotensi menjerat pecatur bermain curang. Penggunaan alat bantu dari program komputer atau engine rawan terjadi. Bila semua dilakukan, catur sejatinya tiada arti lagi. Tanpa kejujuran, catur pasti kehilangan roh sebagai permainan para kesatria beradu strategi.
Kontroversi sempat muncul lewat kisah ”Dewa Kipas” yang mengguncang percaturan Tanah Air belakangan ini. Akun milik Dadang Subur (60), pecatur asal Bandung, Jawa Barat, dituding curang setelah mencatatkan statistik mengesankan di aplikasi permainan catur, Chess.com.
Baca juga : Chess.com Tegaskan ”Dewa Kipas” Melanggar ”Fair Play”
Pada periode tertentu, ia menang dengan fantastis. Akurasi langkah rata-rata di atas 90 persen dalam permainan catur 10 menit. Ini mengagumkan. Alasannya, beberapa lawan yang dikalahkan Dadang tak sembarangan. Salah satunya berstatus master internasional (IM), yakni pecatur Amerika Serikat, Levy Rozman, pemilik akun GothamChess.
Mencoloknya statistik kemenanganan itu membuat pengelola Chess.com turun tangan menyelidikinya. Hasilnya, ”Dewa Kipas” dianggap melanggar aturan fair play sehingga akunnya ditutup.
Dadang membantah tudingan itu. Ia mengatakan tidak menggunakan alat bantu atau engine apa pun. Menurut dia, kemiripan langkahnya dengan engine karena terbiasa bertanding melawan komputer di aplikasi catur lain. ”Hasilnya memang tidak selalu menang. Namun, langkah-langkah pertandingan (catur) saya catat dan pelajari,” ujarnya di Bandung, Selasa (16/3/2021).
Polemik Dewa Kipas mengundang pro dan kontra. Sebagian orang memercayai keputusan Chess.com yang menyatakan akun itu mutlak curang. Sementara sebagian lainnya mengakui kemenangan mengesankan Dewa Kipas karena kemampuan ciamik Dadang.
Senin (15/3/2021), Master Internasional Anjas Novita melayangkan surat terbuka ajakan bertarung catur cepat 10 menit untuk menguji kemampuan Dadang. Namun, Dadang menolaknya.
Dia mengatakan lelah dengan kontroversi dan tuduhan miring yang menerpanya. Ia memilih pasrah dan ”pamit” dari pertarungan catur yang meroketkan namanya dalam sekejap.
Akan tetapi, sensasinya ternyata tidak berhenti sampai di situ. Ia tidak sepenuhnya pamit. Dadang kabarnya justru menerima tawaran tanding dengan Grand Master Wanita Irene Kharisma Sukandar, Senin (22/3/2021).
Terlepas dari perdebatan Dewa Kipas yang masih bergulir, Pelatih Sekolah Catur Tunas Priangan, Bandung, Haryatun Armansyah mengatakan, aplikasi catur berguna sebagai media berlatih anak didiknya. Sebab, selama pandemi, latihan tatap muka dibatasi hanya sekali seminggu dari sebelumnya tiga kali seminggu.
Haryatun tidak mewajibkan siswanya menang saat bermain catur daring. Hal ini untuk menghindari siswa menggunakan segala cara demi mengalahkan lawan. Salah satunya menggunakan engine.
Kekhawatirannya tak berlebihan. Aplikasi alat bantu atau engine banyak berseliweran. Bahkan, beberapa di antaranya bisa diunduh secara gratis di telepon pintar.
Aplikasi memang membantu, tetapi kejujuran lebih utama dan harus ditanamkan serta jadi pegangan sejak dini. Sebab, saat bermain online, bisa saja menggunakan alat bantu atau diajari oleh orang lain.
”Aplikasi memang membantu, tetapi kejujuran lebih utama dan harus ditanamkan serta jadi pegangan sejak dini. Sebab, saat bermain online, bisa saja menggunakan alat bantu atau diajari oleh orang lain,” ujarnya.
Haryatun tidak ingin siswanya terjerumus meraih kemenangan mudah yang ditawarkan engine. Oleh karena itu, ia selalu mengawasi dan mengevaluasi hasil tanding siswanya dalam catur daring.
Dari situ, ia dapat menilai akurasi langkah siswanya. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Haryatun sendiri yang menjadi lawan latih tanding menggunakan aplikasi.
Jika bertanding melawan komputer, wasit nasional catur itu menganjurkan siswanya tidak menggunakan elo rating (tingkat keterampilan). Tujuannya agar siswa bermain lepas tanpa tekanan psikologis karena mengetahui kualitas lawannya.
”Kalau lawannya jago, rating-nya tinggi, mental siswa bisa jatuh. Padahal, main catur online bukan untuk mencari menang-kalah, tetapi menambah jam berlatih saja,” ujarnya.
Menurut Haryatun, kecurangan dalam permainan catur daring sangat rentan terjadi. Minimnya pengawasan menjadi salah satu penyebab utamanya. Apalagi, tidak semua orang berpegangan lebih mengedepankan sportivitas dibandingkan dengan kemenangan.
Bahkan, dalam permainan catur offline pun kecurangan tak jarang terjadi. Di kejuaraan catur amatir anak-anak, misalnya, orangtua sering kelepasan berteriak menyampaikan langkah catur selanjutnya. Hal ini terjadi karena orangtua tak ingin anaknya kalah.
”Di sinilah peran penting sekolah catur. Nilai-nilai fair play ditekankan dari awal. Dilarang keras curang, termasuk pakai cheat,” ujarnya.
Kalah menang seharusnya jadi hal biasa, termasuk dalam catur. Dalam The Queen’s Gambit, Beth Harmon pernah berkata merasa nyaman ”hidup” di dalam 64 kotak, merujuk hitam putih papan catur.
Akan tetapi, di akhir serial, dia membuktikan kalau semua pendapatnya dulu tidak melulu benar. Dia ternyata tidak hanya bahagia saat bersama catur, tetapi juga nyaman dengan orang-orang yang mencintainya.
Lets Play !!!
Baca juga : WandaVision dan Dewa Kipas dalam Jeratan Hiper-realitas