Krisis yang menghantam Liverpool terus berlanjut setelah sang juara bertahan ini ditaklukkan tim dari zona degradasi, Fulham, 0-1. Kekalahan itu lagi-lagi terjadi di Stadion Anfield, kandang Liverpool.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LIVERPOOL, MINGGU — Liverpool telah menjelma sebagai tuan rumah yang sangat ramah kepada tim-tim tamu. Mereka membiarkan para tamunya mengembangkan permainan dan pulang membawa kemenangan, termasuk Fulham yang datang dari zona degradasi di klasemen sementara Liga Inggris.
Fulham hanya butuh waktu 45 menit untuk mencetak gol melalui tendangan Mario Lemina dan menang atas Liverpool, 1-0, Minggu (8/3/2021) malam. Lemina memenangi duel perebutan bola dengan Mohamed Salah dan melepaskan tembakan yang membuat Fulham bisa menang di Stadion Anfield untuk pertama kali sejak 2012.
Gol Lemina membuka harapan Fulham untuk keluar dari zona degradasi karena kini mereka sudah mengantongi 26 poin, sama dengan poin Brighton and Hove Albion yang berada di peringkat ke-17.
”Terus terang, saya masih merasa takut karena Liverpool sangat membutuhkan kemenangan. Namun, saya sangat percaya kami bisa mengatasi Liverpool secara kolektif,” kata Lemina dikutip BBC.
Sejarah kelam
Bagi Liverpool, kemenangan Fulham itu hanya menambah penderitaan. ”Si Merah” telah menelan enam kekalahan beruntun di Anfield, sebuah sejarah baru yang kelam bagi klub. Terakhir kali Liverpool kalah di kandang sendiri sebanyak enam kali terjadi pada musim 1953-1954 atau sudah 67 tahun lalu.
Petaka itu bermula ketika Liverpool dikalahkan Burnley pada akhir Januari lalu. Kekalahan itu telah menghentikan laju Liverpool yang tak terkalahkan di kandang selama 68 laga. Setelah Burnley, tim-tim lain bergiliran untuk merasakan ”keramahan” Liverpool di Anfield, yaitu Brighton and Hove Albion, Manchester City, Everton, Chelsea, dan terakhir Fulham.
Anfield tidak lagi angker bagi tim-tim yang berasal dari papan atas, papan tengah, ataupun papan bawah di Liga Inggris. Semua tim yang datang bisa tampil penuh percaya diri tanpa merasa takut menghadapi permainan menekan, seperti yang ditampilkan Liverpool pada musim lalu. Dalam enam laga kandang terakhir itu, Liverpool pun hanya mampu mencetak satu gol ke gawang City.
Keseimbangan Liverpool musim ini telah hilang setelah para bek utama, seperti Virgil van Dijk, Joel Matip, dan Joe Gomez, cedera. Pertahanan Liverpool kemudian menjadi titik terlemah dan santapan utama lawan-lawannya.
Kombinasi bek ke-20
Fulham bahkan disuguhi duet bek tengah muda Liverpool, yaitu Nathaniel Phillips (23) dan Rhys Williams (20). Mereka berdua merupakan kombinasi duet bek tengah yang ke-20 yang disajikan Liverpool pada musim ini.
Manajer Liverpool Juergen Klopp terpaksa terus membongkar pasang para bek dengan melihat siapa yang cedera dan siapa yang siap tampil. Sayangnya, ia tidak punya banyak stok dan sempat meminta para gelandang untuk menjadi bek tengah dadakan.
Gol Lemina pun menunjukkan bagaimana Salah sampai harus mundur hingga ke kotak penalti dan akhirnya gagal dalam membantu timnya bertahan. Urusan bertahan ini sangat menguras perhatian dan tenaga ”Si Merah” sampai mereka lupa bagaimana cara untuk menyerang.
Butuh sebuah mahakarya untuk bisa mengubah situasi ini dalam semalam.
Jadwal kompetisi yang padat semakin membuat Liverpool terpojok karena Klopp harus pintar merotasi para pemainnya. Saat menghadapi Fulham, Klopp menurunkan tujuh pemain inti yang berbeda dari laga terakhir melawan Chelsea. Ia kembali memainkan Diogo Jota dan Xherdan Shaqiri untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Roberto Firmino dan Sadio Mane.
Rotasi pemain mutlak dilakukan karena Liverpool, setelah laga kontra Fulham, akan kembali menghadapi RB Leipzig pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa. Di level Eropa, harapan hidup Liverpool masih tinggi karena mereka mengalahkan Leipzig, 2-0, pada laga pertama.
[embed]https://youtu.be/xj7CS1r0SA0[/embed]
Liga Champions
Tugas Liverpool di Liga Inggris saat ini hanyalah berjuang untuk bisa finis di peringkat empat besar dan merebut tiket ke Liga Champions musim depan. Kekalahan dari Fulham membuat Liverpool masih bertahan dengan raihan 43 poin dan merosot ke peringkat ketujuh.
Klopp menyadari situasi mereka sangat buruk. Sebagai tim juara Liga Champions musim 2018-2019 dan juara bertahan Liga Inggris, absen di kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu pada musim depan tentu akan menjadi sebuah mimpi buruk. ”Butuh sebuah mahakarya untuk bisa mengubah situasi ini dalam semalam,” ujar Klopp.
Sebuah pekerjaan besar yang tidak hanya menyangkut taktik, tetapi juga memompa kembali semangat para pemain yang mulai kendur. Satu hal yang diyakini Klopp dalam situasi krisis ini adalah kesetiaan para pemainnya yang tidak akan pergi meski mereka terpuruk musim ini dan terancam tidak tampil di kompetisi Eropa pada musim depan. (AFP/REUTERS)