Ambisi Liverpool untuk mempertahankan gelar liga di musim ini harus diakhiri secara prematur. Penampilan buruk selama 2021 membuat “Si Merah” berpotensi tidak mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT – Setelah mampu mengakhiri puasa gelar liga selama tiga dekade di musim 2019-2020, Liverpool dipastikan harus menunggu hingga musim depan untuk merasakan kembali mengangkat trofi Liga Inggris. Kekalahan 0-1 dari Chelsea pada laga pekan ke-27, Jumat (5/3/2021) dini hari WIB, di Stadion Anfield membuat perolehan poin maksimal “Si Merah” di musim ini tidak akan bisa memenuhi standar poin minimal untuk menjadi raja di liga terbaik di dunia itu.
Setelah menelan kekalahan kelima secara beruntun di Anfield, Liverpool baru mengumpulkan 43 poin dari 27 pertandingan. Dengan menyisakan 11 laga, maka secara matematis Liverpool akan mengakhiri liga musim 2020-2021 dengan perolehan maksimal 76 poin. Jumlah poin itu sangat jauh dengan poin para penguasa Liga Inggris dalam empat musim terakhir. Sejak musim 2016-2017, juara Liga Inggris harus mampu menembus koleksi 90 poin setelah menjalani 38 laga.
Sebagai contoh, Chelsea yang menjadi kampiun liga edisi 2016-2017 mengumpulkan 93 poin. Kemudian, Manchester City mengoleksi 100 poin untuk menjadi juara di musim 2017-2018, lalu “The Citizens” memiliki 98 poin untuk mempertahankan gelar di musim berikutnya. Pada musim lalu, Liverpool juara dengan koleksi 99 poin.
Apabila membandingkan sepak terjang City, yang menguasai klasemen Liga Inggris saat ini, Liverpool berselisih 22 poin dari City. Itu adalah jarak poin terbesar yang dimiliki kedua tim sejak mulai bersaing merebut titel liga pada musim 2018-2019.
Bahkan, hingga ke pekan ke-27, jarak poin City menuju poin maksimal yang bisa diraih Liverpool, yakni 76 poin, masih lebih sedikit dibandingkan selisih poin yang dibutuhkan Liverpool untuk mengejar poin sang rival di papan klasemen. Sebab, “The Citizens” hanya memerlukan 11 poin lagi untuk mencapai 76 poin.
“(Kekalahan) ini sebuah kerugian yang besar bagi kami. Kami selalu kehilangan semangat juang saat tertinggal, sehingga kami harus segera mencari jalan keluar untuk menyelamatkan sisa musim ini,” ujar Klopp dilansir laman klub.
Keluar zona Eropa
Klopp paham apabila Liverpool belum mampu keluar dari situasi buruk, “Si Merah” berpotensi akan keluar dari persaingan untuk merebut tiket Liga Champions bahkan terlempar pula dari zona Liga Europa. Pasalnya, setelah melalui 27 pertandingan, Liverpool tertahan di posisi ketujuh.
Mohamed Salah dan kawan-kawan tertinggal tiga poin dari Everton yang berada di posisi kelima yang menjadi batas untuk merebut tiket langsung ke fase grup Liga Europa. Selain itu, Liverpool berjarak empat poin dari Chelsea yang menduduki peringkat keempat yang menjadi posisi terakhir untuk berlaga di Liga Champions.
Sejak musim 2016-2017, yang menjadi musim penuh perdana Klopp menangani “Si Merah”, peringkat keempat menjadi prestasi terburuk Liverpool di Liga Inggris. Untuk perolehan poin, Liverpool mengumpulkan 75 poin pada musim 2017-2018 menjadi kumpulan poin terendah Liverpool di era Klopp. Kala itu, “Si Merah” mengakhiri musim di posisi keempat. Liverpool juga pernah mengakhiri musim 2016-2017 dengan raihan 76 poin dan duduk di posisi empat.
Oleh karena itu, menyapu bersih kemenangan di 11 laga tersisa adalah kewajiban bagi Liverpool apabila ingin memastikan tiket ke Liga Champions musim 2021-2022. Andai gagal konsisten meraih tiga poin, “Si Merah” perlu bergantung kepada hasil laga sembilan tim lain yang masih berpeluang mengejar tiket ke kompetisi antarklub Eropa musim depan.
“Kami tidak bisa lagi melihat ke masa lalu, capaian musim lalu sudah selesai. Tim ini tidak cukup bagus untuk menunjukkan kualitas Liverpool yang sesungguhnya,” kata bek sayap Liverpool, Andrew Robertson, kepada Sky Sports.
Ketajaman buntu
Satu hal yang perlu diperbaiki Klopp untuk membawa Liverpool kembali ke jalur kemenangan adalah mengembalikan ketajaman lini depan. Dalam lima laga terakhir di Anfield yang berujung kekalahan, “Si Merah” hanya mampu mencetak sebuah gol lewat eksekusi penalti Salah saat tumbang 1-4 dari City, 7 Februari lalu.
Oleh karena itu, Liverpool belum mampu mencetak gol melalui situasi permainan terbuka lebih dari 10 jam atau 618 menit. Secara akumulasi, Liverpool telah melakukan 99 tembakan, tetapi tidak ada satu pun yang berbuah gol. Itu adalah catatan terburuk selama Liverpool ditangani Klopp yang dikenal dengan permainan menyerang. Adapun lima kekalahan di Anfield juga baru pertama kali dirasakan “Si Merah” sejak bermarkas di Anfield pada 1892 atau 129 tahun silam.
Dalam laga kontra Chelsea, catatan 54 persen penguasaan bola yang dilakukan Liverpool seakan sia-sia karena hanya mampu melakukan satu kali tembakan mengarah ke gawang tim tamu.
Kami memiliki tim yang baik, pemain yang berkualitas, tetapi kami tidak mampu menciptakan peluang yang berbahaya. Masalah ini bukan cuma soal taktik, tetapi juga mengenai keinginan hati untuk bermain sungguh-sungguh.
“Kami memiliki tim yang baik, pemain yang berkualitas, tetapi kami tidak mampu menciptakan peluang yang berbahaya. Masalah ini bukan cuma soal taktik, tetapi juga mengenai keinginan hati untuk bermain sungguh-sungguh,” ucap manajer berkebangsaan Jerman itu.
Jamie Carragher, legenda Liverpool, menilai, Klopp mulai termakan dengan ucapannya sendiri beberapa tahun lalu yang tidak membutuhkan sosok pemain bernomor punggung 10 di lini tengah. Melihat penampilan Liverpool selama 2021 yang inkonsisten dan kesulitan mencetak gol, lanjut Carragher, Klopp jelas membutuhkan pemain yang mampu membuka ruang di zona pertahanan lawan.
“Permainan menekan dengan intensitas tinggi Liverpool tidak akan berarti apabila gagal menciptakan peluang. Saat ini Liverpool tidak memiliki pemain tengah dengan keahlian menjadi pembuka ruang sekaligus bisa menyajikan operan kunci dan umpan akhir untuk memanjakan trio penyerang,” kata Carragher kepada Sky Sports.
Sementara itu, Chelsea mulai menapaki era baru bersama Thomas Tuchel. Dari 10 laga bersama Tuchel di seluruh kompetisi, “Si Biru” meraih tujuh kemenangan dan tiga hasil imbang. Capaian itu mengantarkan Chelsea kembali menembus posisi empat besar.
“Saya melihat seluruh pemain semakin berkembang di setiap laga. Kami harus mempertahankan performa ini demi menjaga persaingan di papan atas,” kata Tuchel. (AFP)