Karier panjang Roger Federer membuatnya menjadi petenis yang dihormati lawan dan dicintai penggemar. Kehadirannya kembali di lapangan di Doha, Qatar, setelah 14 bulan absen pun dinanti dunia tenis dengan antusias.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Setelah 14 bulan absen, Roger Federer akan kembali ke arena persaingan tenis dunia. Kehadirannya tak hanya disambut penggemar tenis yang mencintainya di mana pun ia berada, petenis lain pun menantinya.
“Roger adalah petenis yang unik. Kemana pun dia pergi, orang selalu mencintainya. Setelah lama ‘menghilang’, semua orang menantinya dan ketika dia mengumumkan akan tampil di Doha, orang-orang pun bereaksi, ‘Wow, dia kembali!’,” tutur mantan petenis Spanyol, Alex Corretja.
Awal Februari lalu, Federer mengumumkan akan tampil dalam turnamen ATP 250 Doha, Qatar, 8-13 Maret. Turnamen itu akan menjadi ajang pertama si maestro tenis asal Swiss tersebut setelah Australia Terbuka 2020.
Setelah dikalahkan Novak Djokovic pada semifinal di Melbourne Park, Federer mengalami cedera lutut kanan yang membuatnya harus menjalani dua kali operasi. Rencana bertanding kembali di ajang Wimbledon batal karena Grand Slam klasik di lapangan rumput itu pun tidak digelar akibat pandemi Covid-19.
Setelah Doha, Federer akan melanjutkan penampilan ke ATP 500 Dubai, 14-20 Maret. Semula, petenis peringkat kelima dunia itu akan bersaing pula pada turnamen ATP Masters 1000 Miami, 24 Maret-4 April, tetapi agennya, Tony Godsick, mengumumkan pembatalan. Godsick mengatakan, Federer akan kembali berlatih untuk masa persiapan berikutnya.
Dalam usia menjelang 40 tahun, sisa perjalanan karier Federer tampaknya tak akan begitu panjang, meski dia tak pernah berkomentar tentang rencana pensiun. Alih-alih berbicara tentang masa akhir karier, ayah dua pasang anak kembar itu justru masih membidik Wimbledon dan Olimpiade Tokyo 2020 sebagai target besarnya pada tahun ini.
Setelah lama ‘menghilang’, semua orang menantinya dan ketika dia mengumumkan akan tampil di Doha, orang-orang pun bereaksi, ‘Wow, dia kembali!’.
Lapangan rumput All England Club, London, Inggris, yang bagaikan ruang keluarga bagi Federer, telah memberinya delapan gelar juara, terbanyak di antara tunggal putra lainnya. Sementara itu, Olimpiade menjadi satu-satunya panggung besar yang belum pernah dijuarai Federer.
Mantan petenis Inggris, Tim Henman, menilai, Federer tak kehilangan motivasi untuk menjuarai ajang besar. “Itu tak akan mudah menjelang usia 40 tahun. Namun, saya yakin, Roger bekerja sangat keras untuk mencapainya,” ujar Henman kepada Forbes.
Pendapatan terbesar
Sejak bersaing pada pentas tenis profesional, Federer telah meraih segalanya dalam olahraga yang dia tekuni sejak berusia tiga tahun itu. Dia telah mengumpulkan 103 gelar juara, 20 di antaranya dari arena Grand Slam. Total hadiah yang didapatnya 129,9 juta dollar AS (Rp 1,8 triliun).
Nilai jualnya, meski tak banyak bertanding pada 2020, membuat Federer menjadi atlet dengan pendapatan terbesar pada periode Juni 2019-Juni 2020. Pada periode tersebut, dia mendapat 106,3 juta dollar AS (Rp 1,5 triliun), sebanyak Rp 1,4 triliun di antaranya dari sponsor, uang kehadiran dalam turnamen, serta kerja sama pemasaran dengan berbagai perusahaan.
Sumber penghasilan terbesar berasal dari sponsornya, Uniqlo. Perusahaan mode asal Jepang itu mengikat kerja sama selama 10 tahun sejak 2018 dengan nilai Rp 4,3 triliun.
“Petenis top biasanya memiliki usia karier yang panjang, dan ini sangat membantu sebuah perusahaan dalam mengembangkan nilai-nilai yang mereka miliki. Orang seperti ini, seperti Federer, adalah yang terbaik di bidang yang ditekuni dan orang-orang menyukai yang terbaik,” ujar Presiden Agen Olahraga Octagon, Phil de Picciotto.
“Kami menilai, Roger Federer bisa memberikan dampak yang sangat besar. Tentu saja itu karena statusnya sebagai petenis terbaik sepanjang masa. Selain itu, Roger punya kemampuan membawa dampak positif bagi kami dan dunia di masa depan,” kata Kepala Bidang Kreatif Global Uniqlo John Jay.
Pengaruh besar Federer di dunia tenis terlihat dari banyaknya petenis muda yang begitu mengidolakan Federer. Juara tunggal putri AS Terbuka 2019, Bianca Andreescu, sangat mendambakan bisa bermain ganda dengan Federer sebagai idolanya. Petenis Kazakhstan, Alexander Bublik, pun memimpikan bisa berhadapan dengan Federer di Doha.
Namun, sebelum berharap undian mempertemukannya dengan sang idola, Bublik harus berdoa agar namanya bisa langsung masuk dalam babak utama. Saat ini, dia menjadi petenis alternatif urutan teratas untuk menembus babak utama. Jika kesempatan itu hilang, petenis berusia 23 tahun itu memiliki jalan lain, melalui babak kualifikasi.
“Dia adalah petenis terbaik sepanjang masa. Mengingat, mungkin, kariernya akan segera berakhir, saya ingin sekali mendapat kesempatan melawan Roger. Suatu saat, saya akan menceritakan pertandingan saya melawan Federer pada cucu-cucu saya,” kata Bublik.