Manchester City telah menemukan pola permainan yang efektif untuk memperkokoh posisinya di puncak klasemen Liga Inggris. Liverpool pun telah membuktikannya.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LIVERPOOL, SENIN — Jalan bagi Manchester City untuk merebut trofi Liga Inggris musim ini semakin terbuka lebar seusai mengalahkan Liverpool, 4-1, di Stadion Anfield, Senin (8/2/2021) dini hari WIB. Manajer Manchester City Pep Guardiola telah mengeluarkan ”Kartu As” untuk menumbangkan sang juara bertahan tersebut, yaitu Phil Foden.
Pemain berusia 20 tahun ini kembali bersinar dan tampil sebagai aktor utama dalam upaya City menghancurkan harapan ”Si Merah”. Meski masih tergolong sangat muda, Foden terlibat langsung dalam terciptanya tiga dari empat gol City malam itu. Seorang pemuda, yang dulu berlatih di akademi Manchester City dan sempat menjadi bocah pemungut bola itu, kini menjelma menjadi pemain yang sangat diandalkan Guardiola.
Foden adalah pemain yang bisa menjaga bola dengan baik. Dia bisa agresif serta masih sangat muda dan semoga masih bisa terus berkembang.
”Foden adalah pemain yang bisa menjaga bola dengan baik. Dia bisa agresif serta masih sangat muda dan semoga masih bisa terus berkembang,” ujar Guardiola. Kecepatan, akurasi tembakan, keberanian, dan energi yang dimiliki Foden menjadikannya pemain yang dipercaya Guardiola untuk mengemban tugas khusus yang mirip sebagai penyerang semu (false nine).
Pakar analisis taktik sekaligus penulis buku The Mixer (2017), Michael Cox, dalam artikelnya di ”The Athletic”, menyebut peran Foden bahkan jauh lebih semu daripada seorang penyerang semu. Foden kerap bergerak mundur ke lini tengah, tidak hanya untuk menerima bola dan mempertahankan penguasaan bola, tetapi juga aktif merebut bola saat lini tengah Liverpool mulai membangun serangan.
Kemampuannya untuk memotong bola dari lawan menjadi titik awal terjadi gol pertama City malam itu. Ia merebut bola dan memberikannya kepada Raheem Sterling yang kemudian menciptakan peluang dengan umpan silangnya. Ilkay Gundogan mencetak gol pertama City malam itu setelah menerima bola muntah dari kiper Liverpool, Alisson Becker, yang menahan tembakan Foden.
Pada menit ke-73 Foden memanfaatkan kesalahan Alisson dalam menendang bola. Setelah mendapat bola, Foden bergerak maju dan memberikan asis kepada Gundogan untuk mencetak gol kedua. Tiga menit kemudian, Alisson melakukan kesalahan serupa dan membuat City bisa menambah keunggulan melalui Sterling.
Foden kemudian menutup rentetan gol City malam itu dengan aksi individunya dan menembak dari sisi kanan. Dengan demikian, Foden terbukti sangat berbahaya ketika diberi keleluasan untuk bergerak di sisi lapangan, baik di sisi kiri maupun kanan. Dua bek ”dadakan” Liverpool, yaitu Fabinho dan Jordan Henderson, tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan laju Foden.
Dalam sosok Foden, Guardiola menemukan pemain yang tepat untuk menjalankan taktik City yang dinamis dan berjalan tanpa striker murni. Kehadiran Foden membuat Guardiola dan City tidak perlu khawatir ketika Sergio Aguero dan Kevin De Bruyne absen. ”Gabriel Jesus, Riyad Mahrez, Bernardo Silva, Gundogan, dan De Bruyne telah bergantian dirotasi menjadi striker dalam taktik City yang mengalir ini. Namun, belum ada yang bisa mengambil banyak peran dalam satu laga secara efektif, seperti yang dilakukan Foden,” tulis Cox.
Mengenai tugas yang diberikan Guardiola kepadanya, Foden mengaku sangat menikmatinya. ”Saya tidak harus diam di depan, tetapi saya bisa mundur untuk mendapatkan bola. Saya mencoba menjalankan peran ini sebaik mungkin,” kata Foden dikutip Manchester Evening News.
Memancing kesalahan
Salah satu tugas utama Foden adalah meningkatkan tekanan terhadap lini belakang Liverpool yang sedang krisis bek dan memancing kesalahan dari lawan. Upaya itu berhasil karena beberapa kali Foden membuat Fabinho kewalahan dan Alisson membuat dua kesalahan fatal.
”Kami memaksa lawan melakukan kesalahan dan cara-cara ini sudah sering kami latih,” kata Foden. Taktik cerdas dari Guardiola ini semakin membuat Manajer Liverpool Juergen Klopp kesulitan mencari alasan baru untuk membela diri dan menutup kesalahan tim.
Klopp memilih untuk menyampaikan argumen yang membuat dahi berkerut. ”Sebagian besar dari laga ini adalah penampilan brilian dari tim kami. Pada babak pertama kami tampil bagus dan pada babak kedua City baru mengubah sistem permainannya,” ujar Klopp.
Faktanya, penampilan Liverpool terus memburuk dan mereka telah menelan kekalahan ketiga beruntun di Anfield. ”Si Merah” kini tertinggal 10 poin dari City yang semakin kokoh di puncak klasemen. City mengumpulkan 50 poin dan Liverpool baru mengumpulkan 40 poin.
Klopp kini hanya bisa berharap tim-tim lain, terutama Chelsea, tidak merebut posisinya. Di tangan manajer yang baru, Thomas Tuchel, Chelsea terus melanjutkan tren positif dengan mengalahkan Sheffield United, 2-1, pada laga lainnya. Chelsea kini hanya berjarak satu poin di belakang Liverpool. (AFP/REUTERS)