Tiga kekuatan utama sepak bola di Italia kembali memanaskan perburuan "scudetto" . AC Milan, Inter Milan, dan Juventus, terlibat dalam "perang gladiator" yang lama tidak terlihat.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MILAN, MINGGU - Memasuki pekan ke-20, persaingan scudetto atau gelar juara Liga Italia musim ini mengerucut ke tiga kekuatan tradisional yang sudah lama tidak bersaing di waktu bersamaan. AC Milan, Inter Milan, dan Juventus, kian menampilkan permainan konsisten demi asa scudetto.
Terakhir kali sebelumnya ketiga klub itu bersaing sengit mengejar scudetto adalah pada musim 2004-2005. Persaingan sengit saat itu mulai tercipta pada pekan ke-21 hingga berakhirnya musim itu. Kala itu, Juve finis pertama, disusul Milan dan Inter.
Persaingan serupa pun terjadi pada musim ini. Pada Sabtu (30/1/2021) waktu Italia, Milan menjaga posisi di puncak klasemen setelah unggul 2-1 atas tuan rumah Bologna. Kemudian, Juve meraih tiga poin pula seusai menumbangkan Sampdoria, 2-0. Seperti tidak mau ketinggalan, Inter menghancurkan tim promosi, Benevento, 4-0.
Milan, pemuncak klasemen, kini mengemas 46 poin. Inter membuntuti di posisi kedua dengan 44 poin. Adapun Juve naik ke posisi ketiga dengan 39 poin. ”Si Nyonya Besar” berpeluang memangkas jarak poin dengan duo tim Milan itu karena memiliki satu laga tunda, yaitu kontra Napoli.
Penampilan ketiga tim itu pada Januari ini ibarat gladiator, petarung hidup-mati di era Kekaisaran Romawi. Ketiga tim pengoleksi scudetto terbanyak itu tidak rela kehilangan poin di setiap laga.
Dari enam laga sepanjang Januari, Milan mengumpulkan 12 poin karena sempat menderita kekalahan dari Juventus dan Atalanta. Adapun Inter meraih 11 poin, termasuk berkat kemenangan atas Juve di pekan ke-18. Sementara itu, Juve mengemas 15 poin yang menjadi sinyal kembalinya mereka ke persaingan scudetto pada musim ini.
Kemenangan atas Benevento mengembalikan Inter ke tren kemenangan setelah ditahan Udinese, 0-0, pada pekan ke-19 lalu. Asisten pelatih Inter, Cristian Stellini, mengingatkan timnya untuk menjaga konsistensi demi mengejar Milan di puncak.
”Seluruh pemain memahami, untuk menang, mereka harus menjaga konsistensi level permainan selama 90 menit. Tentunya, gema suara (Antonio) Conte selalu membantu pemain untuk tetap fokus,” ujar Stellini, yang mendamping Inter dalam laga versus Benevento, seperti dilansir La Gazzetta dello Sport.
Stellini menggantikan Conte yang dilarang mendampingi timnya selama dua laga. Hukuman itu diterimanya akibat berseteru dengan wasit Fabio Maresca yang memimpin laga Inter versus Udinese.
Walaupun tanpa Conte, duet striker Inter, Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez, mampu tampil tajam. Lukaku memborong dua gol ke gawang Benevento. Martinez menyumbang satu gol yang sekaligus mengakhiri paceklik golnya di enam laga terakhir di berbagai kompetisi.
”Sebagai penyerang, tugas utama saya mencetak gol. Selama musim ini, saya memang mengutamakan kemenangan tim. Namun, saya paham perlunya meningkatkan ketajaman untuk membantu tim meraih prestasi,” ujar Martinez yang telah mengemas 11 gol sepanjang musim ini.
Milan memang tim yang lebih baik, tetapi kami menciptakan peluang lebih banyak dari permainan terbuka. Mereka hanya mampu mencetak gol dari penalti.(Sinisa Mihajlovic)
Secara terpisah, Pelatih Juventus Andrea Pirlo semakin optimistis tim asuhannya memiliki peluang menyapu bersih scudetto dalam satu dekade terakhir. Sejak tumbang 0-2 dari Inter, 18 Januari lalu, Juve selalu menang di empat laga terakhir tanpa kebobolan. Itu adalah catatan tidak kebobolan beruntun terbaik Juve sepanjang musim ini.
”Butuh waktu (penyesuaian) yang agak lama. Namun, kami kini punya pijakan tepat. Kami masih bisa terus berkembang,” ucap Pirlo dikutip Football-Italia.
Inter dan Juve akan terus berupaya meneror Milan, tim yang mulai dirongrong sinisme karena posisinya di puncak klasemen. "Si Merah Hitam" merupakan tim dengan “hadiah” penalti terbanyak pada musim ini. Dalam 20 laga yang telah dijalaninya, Milan telah menerima 14 tendangan penalti. Dari jumlah tendangan penalti itu, sebanyak 10 tembakan berhasil dikonversi menjadi gol, sehingga tingkat keberhasilan penalti Milan ialah 71,4 persen.
Jumlah penalti yang diterima Milan itu hanya terpaut satu buah dari jumlah penalti terbanyak sepanjang musim lalu, yaitu 15 penalti, yang diterima Lazio. Namun, bedanya, total penalti itu didapat Lazio selama semusim penuh atau 38 laga.
Sementara itu, Juve dan Inter, masing-masing, baru menerima lima dan empat tendangan penalti di musim ini. Alhasil, catatan unik itu dikomentari Pelatih Bologna Sinisa Mihajlovic.
“Milan memang tim yang lebih baik, tetapi kami menciptakan peluang lebih banyak dari permainan terbuka. Mereka hanya mampu mencetak gol dari penalti,” kata Mihajlovic seusai menghadapi Milan.
Pada laga itu, Milan dihadiahi dua penalti. Namun, satu penalti gagal dieksekusi sempurna oleh striker gaek Milan, Zlatan Ibrahimovic.
Pernyataan negatif Mihajlovic itu disambut dingin Pelatih Milan Stefano Pioli. Menurut Pioli, pasukannya telah bekerja keras untuk meraih tiga poin.
“Kami harus bercucuran keringat demi mendapatkan poin demi poin. Kami tidak naïf, mengakui membuat kesalahan, hingga Bologna bisa mencetak satu gol. Tetapi, secara keseluruhan, kami pantas kembali meraih tiga poin setelah menjalani pekan-pekan yang sulit dalam satu bulan terakhir,” ujar Pioli kepada Milan TV.
Matt Santangelo, kolomnis Football-Italia, menilai, Milan tidak boleh lagi kehilangan poin jelang menghadapi dua lawan yang relatif memiliki kualitas di bawah skuad asuhan Pioli itu. Pada dua pertandingan liga selanjutnya, Milan akan menghadapi Crotone dan Spezia, sebelum berduel dengan Inter pada 21 Februari.
“Kedatangan (Soualiho) Meite, (Mario) Mandzukic, dan (Fikayo) Tomori, merupakan wujud kesungguhan Milan untuk menjaga kedalaman skuad di paruh kedua musim ini dan mempertahankan penampilan di level tinggi,” tulis Santangelo di kolomnya. (REUTERS/SAN)