Bek Manchester City, John Stones, sempat terpuruk pada beberapa musim terakhir. Namun, ia bisa bangkit dan mengantar City kembali ke final Piala Liga Inggris.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Manchester City melaju ke final Piala Liga Inggris dan membidik trofi keempat beruntun setelah menundukkan Manchester United, 2-0, pada laga semifinal di Stadion Old Trafford, Kamis (7/1/2021) pagi WIB. Tiket ke final ini diraih berkat kerja keras pemain untuk memperbaiki diri, terutama bek John Stones.
Pada Maret 2020 ketika City menjuarai Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Aston Villa, 2-1, Stones melakukan kesalahan fatal. Ia terpeleset sehingga Villa leluasa mencetak gol balasan sebelum turun minum. Stones membuat City tak bisa bersantai pada babak kedua.
Kesalahan semacam itu bukan yang pertama bagi Stones. Lebih dari setahun sebelum laga kontra Villa itu, ia tenggelam karena performanya memburuk dan cedera yang membuatnya semakin kehilangan kesempatan bermain.
Namun, laga di Old Trafford memperlihatkan Stones yang baru dan lebih berbahaya. Ia mencetak gol bagi City untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Gol itu tercipta pada menit ke-50 ketika City mendapat tendangan bebas.
Rekan-rekannya langsung memeluk Stones dan merasakan kebahagiaan bek berusia 26 tahun itu. ”Apresiasi setinggi-tingginya untuk Stones. Dalam kariernya, pemain sepak bola terkadang berada di atas atau di bawah, sayangnya Stones harus berjuang lebih lama saat di bawah,” ujar Manajer City Pep Guardiola.
Bangkitnya Stones menjadi perhatian utama Guardiola. Kemauan Stones memperbaiki diri dan bersabar merupakan kunci utama dan contoh bagi para pemain lain. Demi mendapatkan hasil terbaik, Stones telah mendorong kemampuannya dengan bermain hingga enam laga beruntun dan Guardiola menekankan pentingnya tekad semacam itu.
”Saya hanya terus berusaha keras bisa tampil sesering mungkin, bermain sebaik mungkin dan memberikan segalanya untuk tim dan City,” kata Stones. Laga itu juga didedikasikan kepada mantan gelandang legendaris City, Colin Bell, yang baru meninggal dan Stones yakin Bell sedang tersenyum melihat dirinya dan City saat ini.
Duet dengan Dias
Stones pada musim ini menjadi sosok vital pertahanan City ketika diduetkan dengan Ruben Dias. Dalam delapan laga terakhir ketika kedua pemain itu tampil bersamaan, City hanya kebobolan satu gol.
Apresiasi setinggi-tingginya untuk Stones. Dalam kariernya, pemain sepak bola terkadang berada di atas atau di bawah, sayangnya Stones harus berjuang lebih lama saat di bawah.
Kerja sama apik kedua pemain tersebut di luar dugaan banyak orang. ”Beberapa waktu lalu saya rasa karier Stones di City akan berakhir. Saya menyangka Dias akan menjadi bek utama tim dengan (Aymeric) Laporte,” ungkap mantan pemain MU, Gary Neville, dikutip Manchester Evening News.
Dias malam itu dinobatkan menjadi pemain terbaik laga tersebut karena berhasil menjinakkan serangan MU. Berdasarkan data yang dirilis Sky Sports, Dias mencatat 92 operan (85 operan di antaranya sukses), 107 sentuhan, dan enam kali membuang bola. Tidak ada pemain lainnya malam itu yang mencatat angka lebih tinggi dari yang diraih Dias.
”Sangat menyenangkan bisa bermain bersamanya (Dias). Dia langsung menemukan permainan terbaik sejak bergabung dan dia menjadi pemain terbaik lagi,” kata Stones. Dias baru bergabung dengan City pada September lalu dari Benfica.
Duet Stones dan Dias menjadi lebih sempurna dengan hadirnya Fernandinho yang berada di depan mereka. Pada laga itu, Fernandinho juga tampil gemilang sebagai gelandang bertahan yang memastikan City tetap bisa menguasai permainan.
Kutukan semifinal
City selangkah lagi akan mencatat sejarah baru jika berhasil menumbangkan Tottenham Hotspur pada laga final yang akan berlangsung pertengahan April mendatang. Sebaliknya, MU belum bisa lepas dari kutukan semifinal sejak musim lalu.
”Setan Merah” pada musim lalu selalu terhenti di babak semifinal pada ajang Piala FA, Piala Liga Inggris, dan Liga Europa. Ironisnya, City pula yang menyingkirkan mereka pada semifinal Piala Liga Inggris musim lalu.
”Kami harus belajar dari kegagalan ini lagi karena ini bukanlah yang pertama,” ujar gelandang MU, Paul Pogba. MU, kata Pogba, saat ini sudah banyak berkembang, tetapi tim masih bisa gagal karena hal-hal kecil seperti lengah saat lawan mendapatkan tendangan bola-bola mati.
Kegagalan ini menjadi kekecewaan besar bagi MU yang saat ini berada di peringkat kedua klasemen sementara Liga Inggris. Mereka mampu bangkit pada musim ini dan sebenarnya trofi Piala Liga Inggris bisa menjadi penanda kebangkitan tersebut dan menjadi trofi pertama bagi Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer MU. (AFP/REUTERS)