Cuaca dingin pagi itu seakan tak berasa bagi pelari jika melihat kehangatan di antara para peserta yang berjumlah 26 orang. Mereka saling melempar canda dan tawa meskipun besok akan bersaing di lintasan lomba.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 26 peserta Elite Race Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng menjalani latihan lari terakhir di sekitar area karantina, Hotel Puri Asri, Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (14/11/2020) atau H-1 perlombaan. Alih-alih tegang menjelang lomba, suasana justru amatlah cair.
Para peserta, yang terdiri dari 17 putra dan 9 putri, beranjak dari kamar ke lapangan parkir yang tak jauh dari depan kamar masing-masing sejak pukul 05.30. Di lokasi tersebut, mereka melakukan senam ringan sekitar 15 menit. Membentuk lingkaran dan berhadapan, mereka menjalani pemanasan sambil saling melempar canda.
Cuaca dingin pagi itu seakan tak berasa bagi pelari jika melihat kehangatan di antara mereka. Keakraban membuat suasana menjadi hangat, baik di kalangan pelari maupun panitia yang mengawasi.
Tampak para pelari sudah lama saling kenal dan coba meluapkan kerinduan karena lama tak jumpa karena pandemi Covid-19. Pelari asal Medan, Sumatera Utara, Welman D Pasaribu, misalnya, tiba-tiba mendapat ucapan selamat ulang tahun, padahal dirinya tidak merayakan hari lahir.
Welman yang sempat menepis candaan itu justru membuat gelak tawa di antara pelari dan panitia. ”Saya tidak ulang tahun hari ini. Saya lahir 23 September 1993. Yang ulang tahun itu sebenarnya Robi Siyanturi. Tapi, biasalah teman-teman, hobi bercanda,” ujar Welman.
Ia dan sejumlah pelari lain terakhir kali bertemu 11 bulan lalu pada Jayakarta Loe Gue Run 2020 di Jakarta, 26 Januari. Setelah itu, mereka berkomunikasi melalui aplikasi percakapan atau pertemuan virtual. ”Jadi, sekarang kesempatan kami melepas rindu walaupun tetap bersaing saat lomba,” kata Welman, yang finis di posisi keempat nomor maraton SEA Games 2019 di Filipina dengan waktu 2 jam 33 menit 47 detik.
Pelari putri asal Samarinda, Kalimantan Timur, Irma Handayani (30), juga menyambut positif kebersamaan itu. Apalagi, mereka sudah lama tak bertemu karena sebelum Borobudur Marathon, tak ada lomba maraton tahun ini. Praktis, mereka yang berasal dari sejumlah daerah berbulan-bulan tak bersua.
”Hampir setahun enggak ketemu. Saya sangat bersyukur karena Borobudur Marathon ini menjadi ajang reuni. Kehangatan terasa meskipun besok akan berbeda (persaingan di perlombaan). Namun, setelah lomba, kami bersahabat dan akrab lagi,” kata pemenang ketiga kategori Overall Women pada Borobudur Marathon 2019 itu.
Lari ringan
Setelah senam, para pelari menuju sisi Sungai Progo yang melintasi Hotel Puri Asri. Di antara pepohonan rindang, gemercik air sungai mengalir, pemandangan sawah, dan puncak Gunung Sumbing, para pelari melakukan lari ringan bersama. Pada latihan itu, jalur steril dan tak ada kontak dengan pihak-pihak di luar penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020.
Sepanjang lari, mereka saling bercanda satu sama lain. Napas mereka tidak terengah-engah sehingga obrolan terus mengalir lancar hingga sesi latihan itu berakhir sekitar pukul 07.00 atau sekitar satu jam kemudian.
”Suasananya tenang dan udaranya sejuk. Jadi, kami bisa konsentrasi. H-1 lomba biasanya latihan memang sudah semakin berkurang. Hanya peregangan-peregangan biar enggak kaku. Lebih pada mencari feel untuk lomba besok,” kata Irma.
Adapun Sabtu merupakan hari ketiga mereka di Hotel Puri Asri yang menjadi tempat karantina. Setelah tiba pada Kamis (siang-malam), mereka menguji coba rute di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur pada Jumat pagi. Di tempat karantina, mereka lebih banyak memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat dan bersantai.
Race Director Borobudur Marathon 2020 Andreas Kansil mengatakan, waktu latihan lari bagi peserta memang hanya pada Jumat dan Sabtu pagi. Di luar aktivitas itu, peserta dipersilakan beristirahat. Disediakan pula layanan fisioterapi dengan memesan terlebih dulu. Selain itu, mereka juga bisa bertemu dokter olahraga.
Kendati demikian, aktivitas atau latihan ringan secara mandiri tetap bisa dilakukan selama di dalam area karantina. ”Para pelari juga bisa menghubungi LO (liaison officer) atau pendamping jika membutuhkan sesuatu. Kami maksimalkan persiapan mereka,” ujarnya.
Berbeda degan tahun-tahun sebelumnya yang melewati desa dan berinteraksi dengan warga, kali ini pelari akan berlari di dalam kompleks Taman Wisata Candi Borobudur dengan rute yang akan diputari sebanyak 12 kali untuk mencapai 42,195 kilometer atau jarak maraton. Di samping itu, digelar juga Borobudur Marathon Virtual Challenge yang diikuti peserta umum dan dilakukan di daerah masing-masing.