Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer tengah berada di ujung tanduk. Manajemen MU dikabarkan siap mendepak Solskjaer andai gagal menang di Goodison Park, Sabtu malam ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MANCHESTER, JUMAT - Laga tandang Manchester United kontra Everton, Sabtu (7/11/2020) pukul 19.30 WIB menjadi momen penghakiman Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer klub itu. Solskjaer wajib menang di Stadion Goodison Park apabila masih berambisi memegang kuasa di tim ”Setan Merah”.
Namun, menang di markas Everton bukan tugas mudah bagi Solskjaer. Dalam tiga duel terakhir dengan ”The Toffees”, MU selalu gagal menang. Pada musim 2018-2019, Everton bahkan mempermalukan MU, 4-0, di Goodison Park.
Selain itu, MU juga tengah dalam kondisi psikologis buruk setelah menderita dua kekalahan beruntun pada pekan ini. MU kalah dari Arsenal 0-1, lalu dibekap Istanbul Basaksehir 1-2 di Liga Champions Eropa.
Selain itu, ”Setan Merah” juga kehilangan ketajaman di dua laga Liga Inggris terakhirnya. Menghadapi Chelsea dan Arsenal, MU gagal mencetak gol. Padahal, dua laga itu digelar di markas mereka, Old Trafford.
”Bermain di kandang Everton tidak pernah mudah. Mereka punya manajer bagus dan sejumlah pemain berkualitas. Kami harus dalam kondisi siap tempur apabila ingin menang atas tim yang telah menunjukkan peningkatan performa pada musim ini,” ujar kiper MU, David De Gea, dilansir laman resmi klub, Jumat (6/11/2020).
De Gea memiliki misi ganda di Goodison Park. Selain mengembalikan MU ke jalur kemenangan, De Gea juga ingin mendapatkan hadiah di hari ulang tahunnya, Sabtu malam nanti. “Sejujurnya, kemenangan atas Everton akan menjadi hadiah terindah di hari ulang tahun saya ke-30,” kata kiper tim nasional Spanyol itu.
Sepak bola buruk
Menurut Paul Merson, kolumnis Sky Sports, Solskjaer telah kehilangan sentuhan terbaiknya guna memperbaiki performa tim. Selain tiga kali kalah dalam enam laga di Liga Inggris musim ini, ungkapnya, MU juga memainkan sepak bola buruk.
Mereka pun kini terpuruk di peringkat ke-15 Liga Inggris. Sejak menangani MU pada 19 Desember 2018, Solskjaer gagal mempersembahkan satu pun gelar juara bagi ”Setan Merah”.
CEO MU Ed Woodward dikabarkan telah bernegosiasi dengan Mauricio Pochettino. Meskipun belum memiliki rekam jejak sebagai manajer berprestasi, Pochetino memiliki reputasi bagus.
Hal itu berbeda dengan para manajer terdahulu, seperti Louis Van Gaal, yang mampu memberikan Piala FA. Adapun bersama Jose Mourinho, MU meraih tiga trofi, yaitu Liga Europa, Piala Liga Inggris, dan Community Shield.
”Solskjaer akan menghadapi laga terbesar dalam kariernya sebagai seorang manajer di markas Everton. Solskjaer menangani MU yang berpredikat salah satu klub sepak bola terbesar di dunia. Maka, berada di peringkat ke-15 saat ini sangat tak bisa diterima,” kata Merson dalam program "Soccer Special".
Baca juga :
Situs bursa taruhan, Oddschecker, pun menjagokan Solskjaer sebagai manajer pertama di Liga Inggris musim ini yang bakal dipecat. Ia mengungguli para manajer lainnya yang juga terancam dipecat, yaitu Slaven Bilic (West Bromwich Albion) dan Scott Parker (Fulham).
Sejumlah nama pun muncul untuk menggantikan Solskjaer, yaitu antara lain Mauricio Pochettino (mantan manajer Tottenham Hotspur), Julian Nagelsmann (pelatih RB Leipzig) dan Massimiliano Allegri (mantan pelatih Juventus). Namun, Pochettino paling diunggulkan. Ia telah lama diincar MU. Sebelum menunjuk Mourinho, 27 Mei 2016 lalu, MU juga sempat melirik Pochettino untuk menjadi pengganti Van Gaal.
CEO MU Ed Woodward pun dikabarkan telah bernegosiasi dengan Pochettino. Meskipun belum memiliki rekam jejak sebagai manajer berprestasi, Pochetino memiliki reputasi bagus dalam memoles pemain muda. Harry Kane, Dele Alli, dan Son Heung-min, telah merasakan dampak besar Pochettino dalam karier mereka.
Bak gayung bersambut, Pochettino pun telah menyampaikan sinyal keinginannya untuk kembali memimpin sebuah klub. Ia berharap dapat segera menemukan klub baru yang ingin menggunakan jasanya.
”Saya selalu siap kembali terlibat di laga. Saya tidak merasa tertekan ketika bekerja maupun berada di tempat latihan,” kata Pochetino, yang nyaris dua tahun menganggur, dalam acara ”Monday Night Football”, Senin (2/11/2020) lalu.
Adapun Solskjaer, seperti biasanya, tetap tenang menghadapi tekanan itu. ”Opini (pemecatan) itu selalu muncul ketika kami menderita kekalahan. Saya dipekerjakan klub untuk melaksanakan tugas dan berusaha memberikan kemampuan terbaik,” kata Solskjaer.
Kondisi tidak ideal pada MU itu berusaha dimanfaatkan Everton. Serupa MU, Everton juga tengah dijauhi kemenangan. Dalam tiga laga terakhir, mereka hanya meraih satu poin. Everton ditahan Liverpool 2-2 dalam derbi Merseyside. Kemudian, mereka tumbang dua kali beruntun dalam laga tandang, yaitu ketika menghadapi Southampton dan Newcastle United.
Peluang Everton
Padahal, mereka sempat tancap gas pada awal musim ini. Maka itu, menjamu MU di Goodison Park menjadi momen tepat bagi ”The Toffees” untuk kembali ke jalur kemenangan. Everton butuh tiga poin demi menjaga persaingan di papan atas klasemen. Saat ini, mereka berada di peringkat keempat, hanya tertinggal tiga poin dari Liverpool yang menguasai puncak klasemen Liga Inggris.
Menurut Manajer Everton Carlo Ancelotti, kondisi mental dan kelelahan MU setelah berlaga di Liga Champions bisa memberikan keuntungan bagi skuadnya. ”Tim besar memiliki jadwal sangat padat sehingga sulit bagi mereka tampil konsisten. Kami akan memanfaatkan keunggulan fisik ketika menghadapi MU,” kata Ancelotti dilansir Liverpool Echo.
Pada laga ini, Everton dapat kembali diperkuat gelandang kreatif, James Rodriguez, yang sempat absen, pekan lalu. Peran dia sangat penting bagi lini serang Everton. Pemain asal Kolombia itu telah mencetak tiga gol dan tiga asis di enam laga Liga Inggris musim ini.