Kekalahan dari Istanbul Basaksehir menunjukkan kembali lemahnya lini pertahanan Manchester United di musim ini. MU perlu segera bangkit agar tidak tergusur dari puncak grup H.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
ISTANBUL, KAMIS - Kelengahan lini belakang menghadirkan petaka bagi Manchester United. Dua kesalahan dalam permainan bertahan membuat MU harus pulang tanpa poin dari Stadion Fatih Terim, markas Istanbul Basaksehir, dalam laga ketiga Grup H Liga Champions, Kamis (5/11/2020) dini hari WIB.
Kekalahan itu jelas mengejutkan banyak pihak. Pasalnya sebelum laga itu dimulai, MU menyandang predikat pemuncak klasemen grup H setelah menumbangkan Paris Saint-Germain (PSG) dan RB Leipzig. Di sisi lain, Basaksehir justru menderita kekalahan dengan skor identik 0-2 dari Leipzig dan PSG dalam dua laga perdana di musim debut Liga Champions.
Hasil di lapangan berbanding terbalik. Permainan kokoh MU di lini pertahanan ketika mampu membendung lini serang PSG yang dipimpin Neymar dan Kylian Mbappe serta permainan kolektif Leipzig seakan menguap di Istanbul.
Kuartet bek MU yang dipimpin sang kapten, Harry Maguire, bersama Axel Tuanzebe, tidak mampu menampilkan permainan solid seperti di dua laga Liga Champions sebelumnya. Gol pertama Basaksehir yang diciptakan penyerang veteran, Demba Ba, di menit ke-13 merupakan bukti nyata lemahnya koordinasi pemain belakang “Setan Merah”.
Gol itu tercipta melalui skema serangan balik. Ba mampu membaca keteledoran pemain belakang MU yang tidak bersiaga di garis tengah lapangan ketika memiliki peluang melalui sepak pojok. Kondisi itu dimanfaatkan penyerang sayap Basaksehir, Edin Visca, untuk memberikan umpan jauh kepada Ba yang berlari tanpa kawalan menuju jantung pertahanan. Hanya gelandang bertahan, Nemanja Matic, yang dekat dengan Ba. Tetapi, pemain asal Serbia itu tidak mampu mengimbangi kecepatan Ba yang menggiring bola untuk berhadapan satu lawan satu dengan kiper MU, Dean Henderson.
Itu adalah gol pertama Basaksehir di kancah Liga Champions. Sebelum diambil alih oleh Partai Keadilan dan Pembangunan Turki sejak 2014, Basaksehir memiliki nama Istanbul Buyuksehir Belediyespor yang berdiri pada 1990. Perubahan pemilik dan mengubah nama membawa Basaksehir menjadi salah satu tim kuat di Liga Turki. Di musim 2019-2020, Basaksehir meraih trofi Liga Turki pertama.
Mantan gelandang MU, Paul Scholes, menilai, gol pertama Basaksehir itu merupakan bentuk kekeliruan organisasi di lini belakang “Setan Merah”. Gol itu, lanjutnya, murni kesalahan para pemain bukan kesalahan staf atau tim pelatih MU yang menyusun strategi tim.
Gol itu seperti pertunjukan komedi, membuat orang tertawa melihatnya. Permainan bertahan MU seperti permainan sepak bola tim di bawah usia 10 tahun. Sangat memalukan.
“Gol itu seperti pertunjukan komedi, membuat orang tertawa melihatnya. Permainan bertahan MU seperti permainan sepak bola tim di bawah usia 10 tahun. Sangat memalukan,” ujar Scholes dilansir Manchester Evening News, Kamis (5/11/2020).
Kritik keras juga dilontarkan legenda MU lainnya, Rio Ferdinand. “Tidak ada organisasi dari permainan bertahan itu. Ketika menyaksikan permainan sepak bola di Hackney Marshes (taman di London) tidak ada tim yang melakukan pola pertahanan seburuk itu,” kata Ferdinand, yang menjadi bagian skuad MU ketika meraih trofi Liga Champions musim 2007-2008, dikutip BBC.
Performa buruk lini pertahanan “Setan Merah” kembali terlihat ketika Basaksehir mencetak gol kedua melalui sepakan Visca di menit ke-40. Lewat serangan balik, penyerang sayap Basaksehir, Deniz Turuc, memberi operan matang kepada Visca yang berdiri bebas di kotak penalti MU.
Bebasnya Visca untuk mencetak gol ke gawang MU tidak lepas dari kecerdasan Ba yang mengecoh Maguire dan Tuanzebe. Alih-alih menerima umpan Turuc, Ba justru membiarkan bola melewati sela kakinya untuk mengarah kepada Visca yang tidak dikawal bek MU. Adapun "Setan Merah" mendapat satu gol hiburan lewan tandukan Anthony Martial di menit ke-43.
Butuh “roket”
Berkat dua gol mudah yang dicetak Basaksehir, Ferdinand berharap Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer secara terbuka memberitahu skuad MU bahwa performa di Istanbul telah mempermalukan reputasi manajer asal Norwegia itu.
“Ole (Solskjaer) harus meluapkan amarahnya di ruang ganti, sebab pemain MU membutuhkan hantaman roket untuk menyadarkan betapa buruknya penampilan mereka di awal musim ini,” kata Ferdinand.
Di Liga Inggris musim ini, “Setan Merah” belum mampu menunjukkan identitas sebagai salah satu tim raksasa di Inggris. MU masih tertahan di peringkat ke-15 setelah hanya meraih tujuh poin dari enam laga. Catatan gol MU di kompetisi domestik pun minus empat gol. MU baru mencetak 9 gol, tetapi telah kebobolan 13 gol.
Menurut Solskjaer, lini pertahanan akan menjadi fokus perbaikannya. Kesalahan permainan bertahan harus dibayar MU dengan kekalahan di dua laga terakhir. Sebelum tumbang dari Basaksehir, MU menderita kekalahan dari Arsenal di Liga Inggris, pekan lalu, setelah kebobolan lewat eksekusi penalti.
“Kami tidak bisa lagi kebobolan dengan mudah. Kemasukan gol akibat kesalahan sendiri membuat kami kesulitan untuk memenangkan pertandingan,” kata Solskjaer yang telah memimpin MU dalam 101 laga.
Kekalahan di Turki memutus rekor MU yang mencatat 10 kemenangan beruntun sekaligus 18 laga tak terkalahkan pada laga tandang di seluruh kompetisi.
Terbuka
Sementara itu, Pelatih Basaksehir Okan Buruk menilai, kemenangan atas MU menjadi bekal skuadnya untuk percaya diri mampu lolos ke fase gugur. Raihan tiga poin di laga ketiga itu merupakan poin perdana dan kemenangan pertama Basaksehir di Liga Champions.
“Menang di pertandingan ketiga membuka kesempatan kami untuk bersaing lolos dari grup ini. Kami akan bekerja keras dan berusaha untuk meraih poin dari tim lain,” ucap Buruk, yang pernah bermain untuk Inter Milan pada periode 2001-2004.
Meskipun masih bertahan di posisi puncak Grup H Liga Champions dengan mengoleksi enam poin, MU tidak bisa kembali terpeleset di tiga laga tersisa. Pasalnya, poin MU setara dengan koleksi poin RB Leipzig. Adapun PSG dan Basaksehir sama-sama telah mengumpulkan tiga poin. (AFP)