ATP Vienna, Turnamen Kelas Menengah "Rasa" Grand Slam
ATP Vienna, turnamen tenis berlevel menengah, seolah "naik kelas" tahun ini dengan kehadiran sejumlah petenis top dunia seperti Dominic Thiem, Stefanos Tsitsipas, dan Novak Djokovic yang mendapat "wildcard".
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Minimnya panggung kompetisi yang bisa diselenggarakan pada masa pandemi Covid-19 membuat hampir setiap turnamen tenis kini diminati banyak petenis bintang. ATP Vienna, Austria, yang merupakan ajang kelas menengah, akan diwarnai persaingan “rasa” Grand Slam dengan hadirnya enam petenis putra peringkat 10 besar dunia.
Tunggal putra nomor satu dunia, Novak Djokovic, menjadi salah satu petenis kalangan atas yang akan bersaing di Vienna, 26 Oktober-1 November. Ini menjadi keikutsertaan pertama petenis Serbia tersebut setelah tampil dan menjuarai ATP Vienna 2007.
Djokovic akan menjadi penantang utama petenis peringkat ketiga dunia yang juga juara bertahan, Dominic Thiem. Selain itu, masih ada tantangan dari Stefanos Tsitsipas (peringkat kelima), Daniil Medvedev (6), Andrey Rublev (8), dan finalis 2019, Diego Schwartzman (9).
“Gila! Saya tak pernah menghadapi tantangan seberat ini di Vienna,” ujar Thiem dalam surat kabar yang terbit di Austria, Der Standard. Juara Grand Slam AS Terbuka itu bersaing di ATP Vienna sejak 2010 dan selalu menjadi unggulan teratas dalam dua musim terakhir.
Berkategori ATP 500 sejak 2015, turnamen Vienna berada pada level kedua dalam struktur turnamen tenis profesional putra yang dikenal dengan istilah ATP Tour. ATP 500 berada di antara ATP Masters 1000 dan ATP 250.
Dengan kehadiran petenis-petenis yang telah memastikan kedatangannya, persaingan kali ini akan menjadi yang terketat. Setidaknya sejak 2010, hanya ada satu hingga empat petenis 10 besar dunia yang turut bersaing.
Pembatalan turnamen di Swiss
Djokovic dan kawan-kawan berkumpul di Vienna setelah terjadi pembatalan turnamen berlevel sama, juga pada pekan yang sama, di Basel, Swiss. Turnamen yang seharusnya digelar di kota kelahiran Roger Federer itu menjadi salah satu yang dibatalkan akibat Covid-19.
Pandemi virus yang mengganggu sistem pernafasan tersebut telah menunda dan membatalkan turnamen tenis sejak pertengahan Maret. Wimbledon, yang seharusnya diselenggarakan 29 Juni-12 Juli, menjadi panggung terbesar yang gagal diselenggarakan. Pembatalan Wimbledon ini untuk pertama kalinya terjadi sejak 1945 pada masa Perang Dunia II.
Gila! Saya tak pernah menghadapi tantangan seberat ini di Vienna.(Dominic Thiem)
Selain sesama petenis di jajaran sepuluh besar dunia, Thiem juga tak dapat meremehkan kehadiran para senior, seperti Stan Wawrinka, Kevin Anderson, Grigor Dimitrov, dan Kei Nishikori.
Dari jajaran petenis berusia 21 tahun ke bawah, ada Denis Shapovalov, Felix Auger-Aliassime, dan Jannik Sinner. Sinner, petenis Italia berusia 19 tahun, untuk pertama kalinya memasuki jajaran 50 besar dunia, dengan menempati peringkat ke-46, setelah menembus Grand Slam Perancis Terbuka.
Persaingan ketat
Auger-Aliassime telah tiga kali tampil di final pada tahun ini, salah satunya di Cologne, Jerman, pekan lalu. Adapun Shapovalov mencapai penampilan terbaiknya ketika menembus Grand Slam AS Terbuka, September.
“Vienna selalu menjadi target besar saya setiap tahun. Saya pun sangat fokus untuk tampil di sini. Kondisi saya sudah pulih, akan berlatih di ‘gelembung’ Vienna. Saya harus benar-benar berada dalam kondisi terbaik mengingat persaingan tahun ini yang akan sangat ketat,” ujar Thiem.
Petenis berusia 27 tahun itu kelelahan setelah menjuarai AS Terbuka, lalu menembus perempat final Perancis Terbuka yang digelar dalam selang dua pekan. Apalagi, dalam dua laga terakhirnya di Roland Garros, Thiem selalu bermain lima set.
Sementara, Djokovic memiliki target menambah perolehan poin guna memperbesar peluangnya bertahan di puncak peringkat dunia hingga akhir tahun. Absen di Vienna pada tahun lalu, Djokovic tak memiliki kewajiban mempertahankan poin. Ia pun bisa mendapat tambahan poin secara utuh.
Djokovic perlu memperlebar jarak dengan Nadal (peringkat kedua) yang masih memiliki peluang menggeser posisinya jika menjuarai Paris Masters dan Final ATP. Atas dasar itu, Djokovic pun memilih tampil di Vienna dengan meminta wildcard.