Iga Swiatek, Fenomena Bintang Jatuh Roland Garros
Iga Swiatek bagai fenomena bintang jatuh di Perancis Terbuka. Sebelumnya ia dianggap pemain penggembira, tapi nyatanya dia jadi juara.
Suaranya bergetar, agak terbata-bata. Matanya berlarian ke kiri dan kanan. Wajahnya yang polos tampak tegang. Semua kecanggungan itu diperlihatkan Iga Swiatek, gadis 19 tahun asal Polandia, saat diwawancara usai memenangi titel Perancis Terbuka 2020.
Swiatek belum luwes menjawab hujan pertanyaan dari para wartawan. Wajar saja. Ini adalah gelar bergengsi pertamanya. Dia mengaku seperti sedang di alam mimpi karena bisa menjuarai turnamen level Grand Slam di lapangan tanah liat Roland Garros.
“Saya menyadari, tidak ada batas untuk sebuah impian, meskipun Anda masih muda dan bukan unggulan. Kadang saya membayangkan memenangi Grand Slam, tetapi saya juga merasa itu seperti masih terlalu jauh,” kata Swiatek, ditemani trofi perak miliknya, dalam konferensi pers, Sabtu (10/10/2020).
Jangankan orang lain, perempuan kelahiran Warsawa, Polandia, ini juga masih terkejut. Dia tidak menyangka mimpi itu menjadi kenyataan begitu cepat. Dua minggu lalu, dia hanyalah petenis remaja papan bawah. Kemarin, seluruh penggemar tenis dunia menyanjung namanya.
Setelah pukulan forehand mematikan penentu kemenangan di final atas Sofia Kenin, Swiatek langsung menunjukkan ekspresi syok. Tangannya menutup separuh wajah. Kemudian, dia jongkok sambil menatap ke bawah, seakan masih tidak percaya kemenangan ini nyata.
Bintang jatuh
Swiatek adalah sebuah fenomena. Kehadirannya seperti bintang jatuh. Dia datang ke turnamen sebagai petenis peringkat ke-54. Dengan hanya catatan tujuh kali bermain di tujuh turnamen besar dan belum pernah menembus babak ke-4, kehadiran Swiatek dianggap hanya pemain penggembira dan pelengkap Perancis Terbuka.
Dilihat dari fisik, petenis setinggi 1,76 meter ini sama sekali tidak meyakinkan. Tubuhnya tampak kurus kering dengan jersei longgar yang digunakan. Fisik itu kalah atletis dari para pemain top putri lainnya.
Namun, siapa sangka, dia justru merengkuh juara dengan selalu menyapu bersih dua set langsung atau straight sets sejak babak 128 besar. Petenis murah senyum ini melewati tujuh babak tanpa kesulitan berarti, meski dihadang para petenis veteran.
Simona Halep, unggulan pertama turnamen, menjadi korbannya di babak 16 besar. Halep, yang sudah meraih dua gelar Grand Slam saat Swiatek masih duduk di bangku sekolah, tidak berdaya menghadapinya. Nasib sama dialami Kenin, petenis dengan rekor kemenangan 16-1 di turnamen besar sepanjang tahun ini. Kenin takluk tanpa perlawanan berarti, 4-6, 1-6.
Gelar juara ini menyandingkan Swiatek bersama petenis putri legendaris Monica Seles. Dia jadi petenis termuda yang bisa juara di turnamen ini setelah Seles pada 1992. “Ini sangat menakjubkan untuk saya. Ini seperti pengalaman yang mengubah hidup. Saya merasa seperti baru saja membuat sejarah,” ucap remaja kelahiran 2001 tersebut.
Penampilan fenomenalnya dapat sanjungan langsung dari petenis top Victoria Azarenka. “Dia seperti seorang pemenang dari segala sisi. Saya sangat senang dengan sikapnya di lapangan. Dia sangat positif dan selalu mencari solusi. Saya terkesan dengannya,” ucap mantan petenis peringkat satu dunia tersebut.
Membentuk pikiran
Potensi besar dan kehebatan Swiatek tidak terlepas dari peran besar keluarganya. Bakat olahraga sudah mengalir dalam darahnya. Ayahnya, Tomasz, adalah mantan atlet dayung Polandia, sedangkan sang kakak, Agata, pernah menjadi petenis di level yunior.
Selain bakat fisik, pola pikir juaranya juga datang dari kedua sosok tersebut. Tomasz, yang pernah tampil di Olimpiade Seoul 1988 selalu mengajarkan komitmen dan sikap profesional sebagai atlet. Sementara itu, Agata memberikan jiwa kompetitif kepadanya. Mereka selalu bersaing dan saling mengalahkan.
Dengan modal tersebut, dia semakin matang karena dilatih sejak usia 15 tahun langsung oleh petenis lokal Polandia, Piotr Sierzputowski. Latihan keras bertahun-tahun menghadirkan teknik dan kepintaran bermainnya.
Tidak heran petenis pengguna tangan kanan ini berprestasi sejak yunior. Dia pernah juara tunggal putri Wilmbledon dan ganda putri Perancis Terbuka di level yunior. Puncaknya, dia meraih emas ganda putri Olimpiade Remaja Buenos Aires 2018.
Walaupun demikian, kunci terbesarnya sukses di panggung tertinggi, level senior, adalah keputusan menggunakan psikolog olahraga, Daria Abramowics, pada usia 17 tahun. Dia menyadari pikiran dan mental berperan penting untuk menjadi juara.
“Saya percaya ketangguhan mental adalah yang terpenting dalam tenis saat ini Semua orang punya kemampuan sama bermain di level tertinggi. Tetapi tidak semua bisa mengatasi tekanan besar,” kata petenis dengan ciri khas seragam serba putih itu.
Ibarat pendaki gunung, Swiatek seakan sudah mengetahui jalan pintas untuk menggapai puncak. Hal itu yang dimanfaatkannya. Dia tidak perlu lagi kesasar di perjalanan berliku-liku. Pentingnya sisi psikologis ini yang jarang dilihat oleh petenis muda lainnya.
Menurut Abramowics, banyak atlet muda menyia-nyiakan bakat besar karena tidak mampu mengatasi tekanan pikiran. Mereka sering menyimpan sendiri masalah yang dihadapi, baik problem di dalam maupun luar lapangan.
Padahal, masalah di pikiran itu bisa sangat mengganggu permainan. Misalnya, karena terlalu gugup, pemain merasakan sakit di bagian tubuhnya yang sebenarnya tidak ada cedera.
Bisa juga, petenis muda merasa harus tampil baik karena sudah berlatih keras selama latihan. Kata “harus” tanpa disadari bisa jadi beban dalam pikiran. Sering kali, beban itu justru menjadi sebuah penyebab yang merusak permainan mereka.
“Bagi para atlet muda, menerima sesuatu ke dalam pikiran dan mencernanya adalah sebuah tantangan besar. Karena itu mereka butuh bantuan untuk bisa menyelesaikannya,” ucap Abramowics.
Masa depan cerah
Mantan petenis top putra Mats Wilander bisa melihat masa depan cerah pada diri Swiatek. Dari segi permainan dasar, dia melihat sang remaja mirip dengan “raja” tenis putra saat ini, Novak Djokovic.
“Saya pikir Iga (Swiatek) bisa mendominasi di semua sisi lapangan. Dia memiliki servis yang bagus, pengembalian luar biasa baik, dan pukulan memutar yang kuat. Dia berbeda dari semua petenis putri lain. Saya yakin dia bisa juara Grand Slam berkali-kali,” sanjung Wilander.
Baca Juga: Lahirnya Bintang Baru di Roland Garros
Swiatek, dari bintang jatuh, kini menjadi bintang bersinar yang menjadi harapan tenis di masa depan. Setelah kemenangan itu, dia akan naik dari peringkat ke-54 menjadi peringkat ke-17. Artinya, petenis dengan dasar bermain ganda ini akan bisa tampil di seluruh turnamen Grand Slam.
Kini, warga Polandia punya pahlawan baru. Setelah memiliki Robert Lewandowski dari sepak bola, mereka punya Swiatek dalam tenis. Perancis Terbuka hanyalah pembuka keran prestasinya. Dengan kematangan fisik dan pikiran, gelar demi gelar menungunya di masa depan. (AP/AFP)
Iga Swiatek
Lahir: 31 Mei 2001, di Warsawa, Polandia
Peringkat WTA: 54
Pencapaian:
- Juara tunggal putri Perancis Terbuka (2020)
- Medali emas ganda putri Olimpiade Remaja Buenos Aires (2018)
- Juara tunggal putri Wilmbledon Yunior (2018)
- Juara ganda putri Perancis Terbuka Yunior (2018)