Inter Milan tidak mampu mengalahkan Fiorentina dalam laga pekan ke-35 Liga Italia, Kamis dini hari WIB. Hasil 0-0 itu membuka jalan Juventus untuk mengunci "scudetto" dalam laga kontra Udinese, Jumat dini hari WIB nanti.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MILAN, KAMIS — Kegagalan Inter Milan meraih kemenangan atas Fiorentina di Stadion Giuseppe Meazza, Kamis (23/7/2020) dini hari WIB, menghadirkan titik terendah dalam karier kepelatihan Antonio Conte dalam sembilan tahun terakhir. Pasalnya, Conte hampir dipastikan gagal mempersembahkan gelar di musim perdananya menangani ”Si Hitam Biru”.
Sejak dipercaya menangani Juventus pada musim 2011-2012, Conte seakan menjadi jaminan bagi tim yang diasuhnya untuk meraih gelar pada musim pertamanya. Di musim perdana bersama Conte, ”Si Nyonya Besar” berhasil meraih kembali scudetto (gelar juara Liga Italia) setelah diterpa skandal Calciopoli pada 2006 dan mengalami periode penurunan prestasi sepanjang lima tahun berikutnya.
Sejak hadirnya Conte, pelatih yang juga mantan pemainnya, Juve pun kembali menggeliat. Selama tiga musim di Juventus, 2011-2014, Conte selalu mengantarkan Juve meraih trofi Liga Italia. Akhir 2014, Conte pergi dari Juve untuk mencoba petualangan baru sebagai pelatih tim nasional Italia.
[embed]https://youtu.be/f56bbaIqtJM[/embed]
Selanjutnya, pada musim 2016-2017, Conte hijrah ke Inggris untuk menerima pinangan Chelsea. Di ”Negeri Ratu Elizabeth”, tuah Conte kembali membuahkan gelar bagi Chelsea. Conte mempersembahkan gelar Liga Primer Inggris keenam untuk ”Si Biru” di musim perdananya memimpin di Stadion Stamford Bridge.
Lalu, pada musim keduanya di klub Inggris itu, Conte gagal mempertahankan trofi liga. Akan tetapi, Chelsea masih mampu meraih gelar juara Piala FA.
Setelah mengakhiri kerja sama di Chelsea, musim panas 2018, Conte akhirnya memilih kembali ke Italia untuk menangani Inter Milan mulai musim ini. Conte pun menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun dengan ambisi mengembalikan ”Si Ular Besar” sebagai tim pesaing scudetto.
Sempat hadirkan sukacita
Kedatangan Conte ke Inter Milan, Mei 2019, menghadirkan sukacita bagi para fans dan petinggi tim. Alhasil, Presiden Inter Steven Zhang tidak segan mengeluarkan dana transfer sekitar 100 juta euro (Rp 1,69 triliun) untuk membentuk skuad sesuai keinginan Conte.
Berkat dana transfer itu, Inter membeli penyerang Romelu Lukaku dari Manchester United, penyerang sayap Matteo Politano dari Sassuolo, gelandang Stefano Sensi dari Sassuolo, bek sayap Ashley Young dari Manchester United, serta gelandang Christian Eriksen dari Tottenham Hotspur. Sejumlah pemain baru itu menjadi andalan Conte di 35 laga Liga Italia yang telah dijalani Inter.
Sayangnya, permainan Inter inkonsisten. Melawan Fiorentina yang berjarak 30 poin di papan klasemen, Inter memang mampu menguasai pertandingan dengan menguasai 61 persen penguasaan bola dan mampu melakukan 19 tembakan. Adapun ”Si Ungu”, julukan Fiorentina, hanya mencatatkan 8 tembakan.
Sepanjang 90 menit, Inter hanya mampu menghasilkan satu peluang berbahaya lewat tandukan Lukaku yang membentur mistar gawang di menit ke-17. Inter pun harus puas bermain imbang tanpa gol di laga itu.
Menurut Conte, anak asuhannya telah memainkan penampilan yang baik dengan intensitas tinggi dan pergerakan operan yang cepat. Oleh karena itu, ia enggan mengkritik dan melontarkan protes kepada para pemainnya yang gagal mencetak satu gol pun ke gawang Fiorentina yang dikawal kiper Pietro Terracciano.
Meningkatkan naluri membunuh
”Tetapi, ketika kami kehilangan poin, selalu ada sesuatu yang salah. Kami berusaha untuk terus meningkatkan naluri membunuh. Saya merasa tim ini belum matang di musim ini sehingga mengamankan tiket Liga Champions adalah hasil yang cukup baik,” kata pelatih berusia 50 tahun itu.
Sementara itu, Presiden Fiorentina Rocco Commisso bahagia dengan keberhasilan pasukannya membawa pulang poin dari kandang Inter. Meskipun gagal menciptakan gol, lanjut Commisso, seluruh pemain telah menampilkan komitmen kuat untuk bekerja keras di lapangan hijau.
”Kami telah menunjukkan penampilan baik melawan sebuah tim yang kuat. Kami mampu bermain sangat bagus di lini pertahanan, terutama penampilan super Terracciano yang mampu menggagalkan peluang Inter,” ujar Commisso, seperti dilansir laman resmi Fiorentina.
Atas hasil imbang itu, Inter gagal menggeser Atalanta di posisi kedua. Si Ular Besar memiliki 73 poin dari 35 laga, sedangkan ”Si Dewi”, yang bertahan di peringkat dua, memiliki 74 poin.
Peluang Juve juara
Tidak hanya gagal naik peringkat, kegagalan Inter menang atas Fiorentina juga memberi jalan bagi Juventus untuk mengunci gelar Liga Italia ketika melawan Udinese di Stadion Dacia Arena, Jumat (24/7/2020) pukul 00.30 WIB. Apabila Juventus meraih kemenangan, Si Nyonya Besar akan memastikan gelar scudetto kesembilan secara beruntun.
Jika menang atas Udinese, Juve akan mengemas 83 poin atau unggul sembilan poin dari tim peringkat kedua, Atalanta. Keunggulan sembilan poin ini cukup bagi Juve untuk mengunci gelar scudetto meskipun masih tersisa tiga pekan lagi di Liga Italia. Penyebabnya, Juve memiliki keunggulan agregat pertemuan atas Atalanta, yaitu menang 3-1 dan imbang 2-2.
Peringkat kedua tidak berarti di mata saya. Posisi itu adalah urutan pertama untuk pecundang. (Antonio Conte)
Conte pun tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya gagal mengantarkan Inter meraih scudetto musim ini. Ia pun tidak lagi berambisi lagi mengudeta Atalanta dari peringkat kedua.
”Peringkat kedua tidak berarti di mata saya. Posisi itu adalah urutan pertama untuk pecundang,” ucap Conte.
Atas dasar itu, Conte menilai Inter harus belajar dari cara yang telah ditempuh Juventus untuk menjaga dominasi selama sembilan musim terakhir. Di musim depan, Conten berharap manajemen Inter bersedia membantu dirinya memperkuat skuad timnya agar lebih kuat menantang Juventus. (AFP)