Sarri Merayu Si ”Nyonya Besar”
Maurizio Sarri berambisi meraih gelar Liga Italia musim ini sebagai penawar keraguan terhadap kemampuannya menangani Juventus. Untuk meraih ”scudetto”, Juventus hanya butuh tambahan empat poin dari empat laga terakhir.
TURIN, SELASA — Kegagalan meraih trofi Piala Super Italia dan Piala Italia membuat ”rapor” Maurizio Sarri pada musim perdananya sebagai Pelatih Juventus tidak cukup cemerlang. Sarri pun mulai diterpa kabar akan didepak manajemen Juventus pada akhir musim ini.
Maka dari itu, scudetto atau gelar juara Liga Italia menjadi cara Sarri meyakinkan kembali ”Si Nyonya Besar” agar mempertahankannya pada musim depan.
Setelah menang 2-1 atas Lazio pada laga pekan ke-34 Liga Italia, Selasa (21/7/2020) dini hari WIB, Juve kian dekat dengan trofi scudetto kesembilan beruntun. Juventus telah mengumpulkan 80 poin sehingga unggul delapan poin atas Inter Milan yang berada di peringkat kedua dengan koleksi 72 poin.
Dengan selisih poin itu, Juve hanya membutuhkan empat poin dari empat laga terakhir liga musim ini, yaitu kontra Udinese, Sampdoria, Cagliari, dan AS Roma. Bahkan, Juve bisa merayakan gelar juara Liga Italia pada pekan ini apabila mampu meraih poin penuh atas Udinese, sedangkan Inter gagal menang atas Fiorentina.
Laga Inter melawan Fiorentina akan dimainkan di Stadion Giuseppe Meazza, Kamis (23/7/2020) pukul 02.45 WIB, lalu Juventus akan bertandang ke markas Udinese, Jumat (24/7/2020) pukul 00.30 WIB.
Baca juga: Ronaldo Dekati Juventus Menuju ”Scudetto”
Sarri mengatakan, scudetto merupakan salah satu target utama Juventus pada musim ini. Ia mengakui, timnya tidak menjalani perjalanan yang mudah menuju scudetto karena sempat menjalani masa sulit, seperti paceklik kemenangan pada tiga laga sebelum menghadapi Lazio.
Di tangan Sarri, Juventus menjadi tim dengan pendekatan lebih menyerang dibandingkan dengan musim lalu. Juventus mampu mencetak dua gol atau lebih dalam 11 laga terakhirnya. Capaian itu belum pernah dicapai ”Si Nyonya Besar” sebelumnya. Musim ini, dari 52 laga di semua ajang, Juventus rata-rata mencetak dua gol per laga. Sementara pada musim lalu, Juve hanya mencetak rata-rata 1,86 gol per laga.
Salah satu keberhasilan Sarri ialah mampu mengeluarkan kemampuan terbaik Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala. Kedua bintang itu telah menyumbangkan 51 gol pada musim ini. Catatan itu telah menyamai perolehan duet Dybala dengan Gonzalo Higuain pada musim 2016-2017. Adapun kolaborasi duet penyerang terbaik Juve sepanjang masa masih dipegang Ferenc Hirzer dan Pietro Pastore yang mencetak 61 gol pada musim 1925-1926.
Meski begitu, pada musim ini, Juve memiliki rapor buruk di pertahanan, yaitu rata-rata kebobolan 1,05 gol per laga di ajang Liga Italia. Sebagai perbandingan, musim lalu, ketika masih dilatih Massimiliano Allegri, Juve rata-rata kebobolan 0,74 per laga.
”Kesempatan menang selalu hadir ketika kami bisa mencetak gol. Akan tetapi, gol akan sia-sia apabila kami gagal meraih target pada musim ini. Kami hanya butuh empat poin, tetapi harus tetap fokus di setiap laga agar tidak lagi kehilangan poin,” ujar Sarri, seperti dikutip Sky Sports Italia, Selasa.
Rumor Pochettino
Atas berbagai hasil yang kurang memuaskan setelah 12 bulan menangani Juve, Sarri dikabarkan akan dipecat akhir musim ini. Media Italia, Il Giornale, edisi Senin (20/7/2020), mengklaim Juve telah memulai pembicaraan dengan mantan Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino sebagai calon pengganti Sarri. Padahal, Sarri diikat kontrak dengan Juve hingga Juni 2022.
Di tengah rumor itu, Direktur Olahraga Juventus Fabio Paratici memastikan posisi Sarri aman pada musim depan. Menurut Paratici, media terlalu banyak membuat spekulasi terhadap Juventus seiring kegagalan mereka menang pada setiap laga yang dijalaninya.
”Juventus sudah hampir sepuluh tahun menguasai Liga Italia. Kami bisa meraih trofi meskipun sempat mengalami hasil imbang ataupun kalah. Oleh karena itu, tanpa ragu, saya pastikan Sarri akan menjadi pelatih Juventus pada musim depan,” kata Paratici.
Adapun Sarri tidak memedulikan situasinya sebagai Pelatih Juve yang kini tengah digoyang. Ia menekankan, performa skuad Juventus musim ini tidak bisa dibandingkan dengan permainan brilian Napoli yang mampu mengumpulkan 91 poin pada musim 2017-2018. Pasalnya, capaian bekas timnya itu diraih pada tahun ketiganya memimpin ”I Partenopei”.
”Di Juventus, saya merasakan tekanan media terasa lebih berat karena disorot seluruh Italia. Sementara ketika di Napoli, tekanannya hanya bersifat lokal. Namun, tekanan adalah bagian pekerjaan dan saya senang banyak pihak mengamati saya setiap waktu,” ucap Sarri.
Menurut editor La Gazzetta dello Sport, Stefano Barigelli, Sarri telah menunjukkan permainan Juve yang lebih baik dibandingkan dengan era Allegri dalam sejumlah laga pada musim ini. Kemampuan Sarri memaksimalkan dua pemain terbaiknya, Ronaldo dan Dybala, juga menjadi nilai tambah pelatih berusia 61 tahun itu.
Sarri pantas diberikan kesempatan musim depan. Syaratnya, Juve perlu meningkatkan kualitas lini tengah agar bisa menjalankan skema permainan, seperti yang diinginkannya.
Namun, ungkap Barigelli, Sarri masih memiliki pekerjaan rumah untuk menghadirkan keseimbangan dalam pola ”Sarriball”. ”Sarri pantas diberikan kesempatan musim depan. Syaratnya, Juve perlu meningkatkan kualitas lini tengah agar bisa menjalankan skema permainan, seperti yang diinginkannya,” ujar Barigelli.
Tidak adil
Sementara itu, Pelatih Inter Milan Antonio Conte menuturkan, kritik yang diterima anak asuhannya setelah gagal memberi tekanan kepada Juventus dalam perebutan scudetto musim ini terasa tidak adil. Timnya, tambahnya, masih dalam proses awal membangun tim juara, sedangkan Juventus telah berproses dalam delapan musim terakhir.
”Semua pihak seharusnya mengapresiasi Inter yang kembali mampu bersaing untuk meraih scudetto. Terakhir kali ketika semua pihak di Inter berani berbicara scudetto adalah pada sepuluh tahun lalu,” ucap Conte.
Jelang laga melawan Fiorentina, Inter berambisi menjaga napas persaingan scudetto. Conte bertekad anak asuhannya bermain maksimal demi menumbangkan ”Si Ungu” sehingga bisa menunda pesta scudetto Juventus lebih awal. Pada pertemuan pertama kedua tim, 16 Desember lalu, Inter berbagi satu poin dengan Fiorentina. (AFP)