Festival Merayakan Marya akan digelar di Puri Kaleran Tabanan. Marya dikenal mendunia sebagai seniman Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kolaborasi lembaga Arsip Bali 1928 bersama Mulawali Institute, Gurat Institute, Bang Dance, Ninus, serta Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Stikom Bali menghadirkan festival bertajuk ”The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya” di Puri Kaleran Tabanan, Tabanan, mulai Jumat sampai Minggu (26-28/4/2024). Marya atau Mario adalah maestro dari Bali yang dikenal melalui karya tari Kebyar Duduk dan Oleg Tamulilingan.
Festival bertajuk ”The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya” juga melibatkan komunitas seni ataupun sanggar seni dari sejumlah daerah di Bali, misalnya Sanggar Sunari Wakya, Komunitas Seni Arjuna Production, Bang Dance, dan Sanggar Haridwipa, untuk mengisi pertunjukan berbasis arsip dan karya I Ketut Marya (1897-1968), seniman tradisional Bali yang dikenal mendunia sebagai Mario. Serangkaian festival perayaan Marya di Puri Kaleran Tabanan itu diisi sejumlah program, antara lain, pameran arsip, lokakarya, diskusi, dan pergelaran, serta wisata edukasi.
”Program festival ini adalah membaca dan memaknai ulang tentang sosok dan karya I Ketut Marya, seorang tokoh penting di Bali, yang karyanya sampai sekarang masih dikenal, tetapi sosok Marya masih jarang dibaca,” kata Direktur Artistik Mulawali Institute, yang juga penggagas program perayaan Marya, Wayan Sumahardika, dalam konferensi pers di Kampus ITB Stikom Bali, Kota Denpasar, Sabtu (13/4/2024).
Sumahardika menambahkan, festival perayaan Marya sudah digagas sejak 2021 sebagai proyek artistik yang lintas disiplin.
Budayawan Bali, I Made Bandem, mengatakan, Marya dikenal sebagai Mario berkat etnolog Miguel Covarrubias mulai 1930-an. Sosok Marya atau Mario kemudian mendunia melalui sejumlah buku, antara lain, buku Dance and Drama in Bali karya Beryl de Zoete dan Walter Spies (1938), serta buku Dance Out of Bali (1952) dan Dancers of Bali (1953) karya John Coast.
Selain buku, menurut Bandem, Marya juga dikenal melalui film dokumenter, antara lain film Learning to Dance in Bali karya Margaret Mead dan Katharine Mershon serta film dokumenter tentang I Marya dan I Gusti Ngurah Raka karya Rolf de Mare dan Claire Holt tahun 1937. ”Marya adalah seniman jenius,” ujar Bandem, yang juga dikenal sebagai Joe Papp dari Bali.
Bandem menerangkan, Marya adalah seniman tradisional dari Klungkung, yang kemudian diperintahkan Raja Puri Kaleran Tabanan untuk mengabdi di Puri Kaleran Tabanan. Marya memiliki kecerdasan di bidang seni dan menjadi penari unggulan di Sekaa Gong Pangkung. Bandem menyebutkan, Marya memiliki tiga karya monumental, yakni tari Kebyar Trompong, tariKebyar Duduk, dan tari Oleg Tamulilingan.
Bandem menyatakan, Marya adalah seniman jenius yang menemukan gaya nyeregseg atau gerakan menyeret kaki secara bersilangan dan berputar sambil meliukkan badan. Bandem menambahkan, dalam tari Kebyar Duduk sejatinya sang penari tidak duduk, tetapi jongkok sehingga dikenal pula sebagai igel jongkok atau tari jongkok.
Dalam konferensi pers itu, koordinator proyek Arsip Bali 1928, I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, mengungkapkan, tari Kebyar Duduk warisan I Marya diperkirakan hampir berusia satu abad. Marlowe menambahkan, tidak sedikit dokumentasi terkait seni budaya Bali berada di luar negeri, termasuk arsip mengenai I Marya. Dalam festival perayaan Marya nanti, kata Marlowe, didiseminasikan pula arsip terkait I Marya.
”Kami dari Arsip Bali 1928 mendorong generasi muda untuk mengeksplorasi dan menghasilkan karya baru dari materi arsip, yang sudah direpatriasi ataupun sudah direstorasi,” ujar Marlowe.
Sastrawan, yang juga Pemimpin Redaksi Tatkala.co, I Made Adnyana Ole, mengatakan, seniman seperti Marya berkreativitas menghasilkan karya monumental selaras dengan alam. Menurut Adnyana, gerakan-gerakan dalam tarian karya Marya merupakan upaya seniman mencapai batas maksimal kemampuan dirinya.
Adnyana menyatakan sependapat dengan Marlowe perihal pemakaian arsip sebagai sumber referensi asal dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya di Bali.