Prana, pameran dari lima perupa Bali digelar di Titik Dua Art Space, Ubud. Pameran berlangsung sampai Sabtu (27/4/2024).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
Lima perupa Bali mengadakan pameran bersama bertajuk Prana di Titik Dua Art Space, Ubud, Gianyar, mulai Sabtu (6/4/2024) sampai dengan Sabtu (27/4/2024). Sebuah pameran seni, yang menghadirkan sekitar 30 lukisan, yang merefleksikan bentuk visual pengaruh energi penciptaan dan penggalian kreatif seniman tentang prana atau energi itu sendiri.
Kelima perupa itu, yakni Wayan Redika, Pande Nyoman Wijaya Suta, I Made Wiradana, dan Nyoman Sujana Kenyem serta Ni Wayan Sutariyani, bersama-sama menghadirkan karya mereka dalam pameran seni visual bertajuk Prana tersebut.
Para seniman itu menampilkan ekspresi visual masing-masing yang merepresentasikan jiwa tiap seniman ataupun gagasan mereka tentang pengaruh kekuatan energi cipta atau prana pada proses penciptaan karya.
”Prana ini sebuah power atau kekuatan batiniah para perupa yang dapat mensyukuri sebuah takdir lahiriah,” kata Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Wali Kota Denpasar periode 2016-2021, yang membuka pameran.
”Kemunculan ide atau gagasan tidak luput dari dorongan energi kehidupan, yang disebabkan oleh proses mental perupa tersebut. Ini yang diistilahkan dengan prana, yang menjadi tema dari pameran di Titik Dua Art Space,” ujar Rai Mantra lagi.
Prana dalam bahasa Sanskerta dimaknai sebagai kekuatan hidup meskipun prana sejatinya memiliki cakupan yang lebih luas daripada kekuatan hidup itu. Bagi masyarakat Bali, prana dipahami sebagai kekuatan irasional hasil dari proses spiritual.
Dalam pengantar pameran bertajuk Prana itu disebutkan, prana menjadi katalisator dalam melatih intuisi agar menjadi peka dalam menarasikan gagasan sehingga pada akhirnya tercipta karya visual.
Oleh karena itu, prana atau energi penciptaan yang dibangun para seniman tentunya tidak sama antara satu seniman dan seniman lain karena hal itu sangat mempribadi.
Perupa Wayan Redika menyebutkan, prana menjadi bagian yang memengaruhi emosi pribadi dan selalu menawarkan ruang kreasi, yang kemudian direduksi menjadi gagasan cipta. Dengan demikian, setiap karya visual itu harus dinikmati melalui pemahaman.
Wayan Redika menghadirkan belasan karya visual berupa lukisan dalam pameran itu. Setiap karyanya menampilkan perpaduan obyek dari penggalian penggalan budaya dan fenomena kekinian.
Hal itu dapat dilihat dari karya Redika, di antaranya, berjudul ”Perang Maya Tuan Kwan Kong (2020)” dan ”Vintagenic (2023)”. Pada karya lainnya, Redika menghadirkan serial lukisan 12 panel berjudul ”Tantri Wakya (2023)”, yang menunjukkan ketekunan dan kekuatan teknik sang seniman.
Prana ini sebuah power atau kekuatan batiniah para perupa yang dapat mensyukuri sebuah takdir lahiriah.
Adapun perupa I Nyoman Sujana Kenyem menghadirkan karya dengan tampilan artistik dengan olahan citra warna. Karya Sujana memikat dengan goresan abstrak dekoratif dengan keseimbangan pola dan warna.
Energi, yang ditempatkan perupa Sujana Kenyem, dapat dirasakan ketika memandangi karya-karya dalam pameran bertajuk Prana, antara lain berjudul ”Penjaga Ibu Pertiwi (2023)” dan ”Tree Houses (2021)”.
Sapuan spontan dan cipratan liar akrilik yang menghadirkan lelehan tak beraturan tetapi penuh makna ditampilkan perupa asal Kota Denpasar, I Made Wiradana, dalam karya-karyanya berukuran besar, 200 cm x 200 cm, antara lain ”New Energy (2024)”, ”Turbulent (2024)”, dan ”Mother Cow (2024)”.
Seniman lulusan ISI Yogyakarta itu juga menyelipkan sosok orang bermeditasi pada beberapa karya lukis bercorak figuratif itu sehingga karya Wiradana juga memvisualkan proses energi penciptaan.
Perupa Pande Wijaya Suta menampilkan karya lukis bergaya surealisme di atas kanvas. Pande Wijaya Suta mengekspresikan energinya dengan goresan garis tegas yang diperkuat warna-warna kontras, antara lain dalam karya berjudul ”Gelap Dalam Kesucian (2024)” dan ”Keseimbangan Prana (2024)”.
Ni Wayan Sutariyani menjadi garis tengah bersama empat perupa Bali itu. Karya-karya Sutariyani, yang ditampilkan dalam pameran Prana di Titik Dua Art Space, Ubud, menghadirkan perenungan tentang kehidupan dalam sosok ibu.
Sutariyani juga memvisualkan pesan positif melalui karya berjudul "vIn Grief I Choose to Grow 1” dan vIn Grief I Choose to Grow 3”.
Penyelenggaraan pameran Prana di Titik Dua Art Space, ruang pameran di hotel bergaya modern, yang berlokasi di jalur wisata Mas–Ubud, Gianyar. Pameran ini membuka kesempatan bagi khalayak penikmat seni untuk mengapresiasi karya lima perupa Bali sembari menyerap prana, yang divibrasikan para seniman melalui karya kreatif mereka.