Banjir Berulang di Kalbar, Perlu Penyelidikan Mendalam
Banjir kerap berulang di Kalimantan Barat sejak awal tahun ini. Perlu penyelidikan mendalam mengenai penyebabnya.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir yang melanda sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat pada Maret kembali berulang di awal April ini. Banjir terpantau menggenangi Kabupaten Melawi dan Kabupaten Ketapang.
Senin hingga Selasa (1-2/4/2024), banjir kembali merendam sejumlah wilayah di Kalbar. Andreas (47), warga setempat, menuturkan, banjir terjadi sejak Senin akibat meluapnya Sungai Maris dan anak-anak sungainya di Desa Maris Permai, Kecamatan Tanah Pinoh, Kabupaten Melawi. Banjir kemudian berlanjut pada Selasa.
Ketinggian banjir di daerah tepian sungai sekitar 1 meter-2 meter. Di tengah kampung, ketinggian banjir sekitar 1 meter. Pada sejumlah titik, banjir masuk sampai ke dalam rumah.
”Akses jalan di tepian sungai tidak bisa dilintasi sehingga (warga) melintasi lokasi lain dan terpaksa menerjang banjir berjalan kaki. Akses jalan direndam banjir sejauh 100 meter dengan ketinggian banjir sekitar 1 meter,” tuturnya.
Belum ada data resmi mengenai jumlah warga terdampak. Ia memperkirakan ratusan warga terdampak.
Pada Senin, sekolah sempat pula dilanda terdampak banjir. Esoknya, banjir perlahan surut. Sebagian warga yang rumahnya terdampak banjir mengungsi ke tempat kerabat atau tetangga yang memiliki rumah dua lantai.
”Warga saat ini memerlukan sembako dan obat-obatan. Seingat saya, dalam tahun ini, banjir sudah dua kali terjadi di sini,” ujarnya lagi.
Sementara itu, warga di Dusun 1 Ensuma Jaya, Desa Pendamar Indah, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, mulai bersiaga karena air sungai mulai meluap ke permukiman. Venansius Abeng (36), warga Dusun 1 Ensuma Jaya, Desa Pendamar Indah, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, menuturkan, hujan lebat Senin malam mengakibatkan Sungai Randau Jekak meluap ke halaman permukiman, Selasa pagi.
”Ketinggian banjir di halaman rumah warga 20 cm-30 cm. Kalau, misalnya, hujan lebat lagi, banjir berpotensi masuk ke dalam rumah warga yang rendah,” kata Abeng.
Warga yang rumahnya rendah sudah mulai memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih aman pada Selasa pagi. Sepeda motor, misalnya, dipindahkan ke dataran tinggi di dekat Kantor Desa Pendamar Indah.
Banjir sudah dua kali terjadi di daerah tersebut dalam dua bulan terakhir. Pada Maret lalu, banjir mencapai 1 hingga 2 meter di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang. Sebanyak 1.640 jiwa terdampak. Banjir itu kemudian meluas ke Kabupaten Melawi (Kompas.id, 8/3/2024). Warga kala itu bertahan di rumah dengan membangun panggung di dalam rumah.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Hendrikus Adam menilai, umumnya banjir kerap terjadi saat curah hujan tinggi pada September sampai Desember. Namun, kondisi akhir-akhir ini terjadi perubahan.
Hal ini mengonfirmasi terjadinya perubahan lingkungan dan krisis iklim. Kondisi itu memengaruhi anomali cuaca, termasuk terjadinya bencana ekologis daerah.
”Intensitasnya dari waktu ke waktu semakin meningkat. Baru terjadi banjir, tidak berselang lama, terjadi lagi,” kata Adam.
Oleh sebab itu, lanjutnya, perlu penyelidikan mendalam terkait faktor utama pemicu banjir. Selain itu, diperlukan upaya serius berkelanjutan melakukan pemulihan wilayah yang diduga kritis dan rusak. Kerusakan bisa jadi karena praktik ekstraksi sumber daya alam.