Julang Emas, Sumur Gas Baru Temuan Pertamina di Banggai
Pertamina EP menemukan sumur gas baru di Banggai. Meski masih akan diuji, potensi sumur ini diyakini baik ke depannya.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
BANGGAI, KOMPAS — Eksplorasi dari Pertamina EP menemukan titik sumur gas baru di Banggai, Sulawesi Tengah. Sumur Julang Emas yang sedang uji produksi ini masih menunggu hasil akhir untuk mengetahui potensi terbukti. Meski begitu, temuan ini menambah potensi pengembangan di tengah rencana produksi hingga 12 miliar standar kaki kubik per hari di 2030.
Pada Minggu (31/3/2024), tim eksplorasi dari Pertamina EP melakukan uji produksi di titik sumur Julang Emas (JLE)-001 di Desa Benteng, Moilong, Banggai, Sulawesi Tengah. Salah satu tahapan dilakukan dengan uji nyala (firing test) sumur.
”Hari ini kami melakukan uji produksi di kedalaman 2.395 meter. Sejauh ini, dari firing test yang dilakukan hasilnya bagus dan menggembirakan. Namun, tentunya terkait potensi dan kapasitas produksi nantinya setelah melalui uji yang lengkap,” tutur Teddy Kusuma, testing specialist saat mengawasi uji tersebut, di Banggai.
Uji coba kandungan lapisan sumur gas yang dilakukan berlangsung selama empat jam. Tes akan kembali dilanjutkan empat jam berselang, selama tiga hari ke depan. Api terlihat menyala dengan ketinggian hingga 12 meter dengan nyala api yang sedikit tipis dan berbayang.
Menurut Teddy, nyala api dengan tekstur tersebut menunjukkan kandungan gas alam yang dominan. Selain itu, dari pengukuran sementara, kadar hidrogen sulfida (H2S) cukup rendah, yaitu di kisaran 200 part per million (PPM). Di beberapa sumur lainnya, kadar H2S sering kali di atas 1.000 PPM.
Henry Prasetya, drilling supervisor di sumur Julang Emas, menjelaskan, proses pengeboran dilakukan hingga kedalaman 2.550 meter. Temuan gas berada di dua lapisan, yaitu lapisan 2.421-2.425 meter dan lapisan 2.395-2.406 meter. Pengeboran dilakukan dengan teknik diagonal berarah dengan formasi batuan karbonat.
”Kami bersyukur dengan temuan ini karena terlihat hasil yang baik. Ini temuan pertama di tahun ini di mana waktu pengeboran juga lebih cepat dari target yang ditentukan,” katanya. Total waktu pengeboran rencananya berlangsung 80 hari. Namun, hingga uji produksi saat ini, tim telah mempersingkat hingga enam hari dari rencana sebelumnya.
Field Manager Donggi Matindok Filed (DMF) Ridwan Kiay Demak menuturkan, temuan ini bisa menambah produksi gas ke depannya. Saat ini, DMF mampu memproduksi hingga 95 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), di mana 85 MMSCFD untuk pasar ekspor. Hasil produksi gas ini diperoleh dari 15 sumur yang saat ini dikelola.
Menurut Ridwan, kapasitas produksi fasilitas pengolahan DMF masih bisa mencapai 115 MMSCFD per hari. ”Tentunya jika Julang Emas beroperasi akan menambah produksi kita yang saat ini masih stabil,” katanya.
Dalam keterangan resminya, Direktur Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina Muhamad Arifin mengatakan, potensi migas, khususnya gas bumi, di wilayah Sulawesi ini cukup besar sehingga Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong dilaksanakan kegiatan eksplorasi di wilayah ini untuk mendukung target produksi nasional 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.
”Pengeboran eksplorasi yang kami lakukan merupakan rangkaian drilling campaign untuk menggenjot temuan cadangan di wilayah Indonesia bagian timur. Setelah tahun 2022, kami melakukan pengeboran eksplorasi di Papua. Tahun 2023 hingga 2025, kami akan mengekplorasi area Sulawesi,” ujarnya.
Dia meminta agar pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dengan menjunjung tinggi aspek keselamatan kerja yang harus diikuti oleh seluruh pekerja dan kontraktor yang terlibat.
Vice President Eksplorasi Regional Indonesia Timur Dedi Yusmen menjelaskan, jika pengeboran telah mendapatkan hasil yang ditargekan, plan of development (PoD) sumur Julang Emas akan dilakukan pada tahun 2025. ”Kemudian dilanjutkan pembuatan surface facility yang direncanakan tahun 2025-2026 dan ditargetkan onstream pada 2027,” tuturnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan strategi eksplorasi untuk semakin agresif kedepannya. Utamanya, di area Indonesia timur yang masih menyimpan prospek-prospek dengan potensi besar.
Kami bersyukur dengan temuan ini karena terlihat hasil yang baik.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif, di Jakarta, Senin (15/1/2024), mengatakan, temuan sumber gas baru serta lapangan-lapangan yang telah berproduksi terus dipacu. ”Ini akan kita dorong agar kepastian untuk berproduksinya dicapai. (Sumber-sumber gas di Indonesia) Pada tahun 2030 harus sudah bisa termanfaatkan,” katanya.
Tahun 2023, performa sektor gas bumi ditandai dengan penemuan dua sumber gas besar. Pertama adalah temuan di laut lepas Kalimantan Timur oleh perusahaan minyak dan gas bumi asal Italia, Eni, dengan potensi 5 triliun kaki kubik (TCF) gas. Kedua, temuan di sumur eksplorasi Layaran-1, South Andaman, di lepas pantai Sumatera bagian utara, dengan potensi 6 TCF gas.
SKK Migas mencatat, dua temuan itu menjadi yang terbesar di Indonesia sejak 2000 atau ketika ditemukannya sumber gas di lapangan Abadi, Blok Masela, Maluku (Kompas, Senin 22/1/2024).