Kematian Asisten Rumah Tangga Asal Waingapu Diwarnai Kejanggalan
Kematian asisten rumah tangga di Waingapu yang ditemukan tewas gantung diri di toko majikan harus diungkap secara adil.
WAINGAPU, KOMPAS — Kasus dugaan gantung diri seorang asisten rumah tangga, Axi Rambu Kareri Toga (16), di toko majikannya di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, menyisakan sejumlah kejanggalan. Pihak keluarga dan elemen masyarakat mendesak polisi mengusut tuntas kematian bunuh diri yang janggal tersebut.
Sebelum kematian korban, terungkap adanya laporan dari majikan kepada polisi yang mengatakan korban mencuri sejumlah barang miliknya. Namun, kasus itu tidak ditangani sebagaimana mestinya. Axi yang dijemput polisi justru dibawa kembali ke rumah majikannya dan diduga mengalami kekerasan fisik dan verbal.
Koordinator Aliansi Lembaga Masyarakat Swadaya Sumba untuk Keadilan Axi Rambu Kareri Toga, Pendeta (Pdt) Herlina Kenya, di Waingapu, Jumat (22/3/2024), mengatakan, orang-orang kecil seperti Axi Rambu Kareri hanyalah ingin mencari penghidupan yang layak. Remaja asal Desa Anakalang, Sumba Tengah, itu datang mengadu nasib di Waingapu pada 14 Januari 2024. Waingapu berjarak sekitar 100 kilometer dari kediamannya di Anakalang.
”Kasus ini harus ditangani seadil-adilnya,” katanya.
Korban baru empat hari bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah majikan. Ia diduga gantung diri di dalam kamar mandi toko Cinta Karya 2 milik majikanya yang berinisial OK, 18 Januari 2024.
Sejumlah kejanggalan terjadi dalam peristiwa ini, antara lain karena korban gantung diri di tiang shower kamar mandi.
”Apakah tiang shower begitu kokoh sampai bisa menahan tubuh seorang remaja. Lagi pula, tiang shower ini tidak boleh diperlihatkan ke siapa pun dari luar, kecuali polisi, karyawan toko, dan pemilik toko. Namun, anehnya tidak ada garis polisi di situ begitu setelah kejadian,” ujar Herlina.
Setelah ada aksi masyarakat, satu pekan setelah kejadian barulah tempat itu dipasangi garis polisi.
Kejanggalan lain, menurut Herlina, posisi telapak kaki korban menyentuh lantai kamar mandi. Posisi wajah menghadap bak cor di dalam kamar mandi itu. Sesuai keterangan penyidik polres, korban naik gantung diri di tiang shower setelah menginjak bak itu.
”Mestinya wajah korban menghadap ke tembok kamar mandi, bukan ke arah bak itu kalau betul gantung diri dengan pijakan bak mandi,” kata Herlina.
Baca juga: Usut Tuntas Tiga Kasus Tiga Pembunuhan Misterius di NTT
Di tubuh korban ditemukan juga luka lebam dan memar di bagian pipi. Pada 18 Januari 2024, sebelum dinyatakan mati gantung diri sore hari, korban ditemukan seorang sopir dari kantor Gereja Sinode Sumba, berinisial JL (27), saat berbelanja pakan ternak di toko itu, pukul 15.00 Wita.
JL menyaksikan korban sedang berjongkok di lantai, di hadapan majikannya OK. Majikan itu duduk di kursi sambil memarahi korban.
”Saksi JL pun melihat CCTV di toko itu sedang menyala di layar komputer. CCTV itu lebih jelas mengungkap semuanya jika tidak direkayasa, dirusak, diganti atau dihapus,” kata Herlina.
Keesokan hari setelah kematian, yakni 19 Januari 2024, sejumlah pengurus gereja mendatangi Polres Sumba Timur untuk menanyakan keberadaan jenazah. Namun, pihak polres mengatakan, jenazah sudah dibawa ke kampung asal di Sumba Tengah.
Kemudian ada informasi lain menyebutkan, jenazah masih di RSUD Waingapu. Setelah dicari, jenazah itu benar ada di RSUD tersebut.
Herlina menduga ada tekanan dari aparat terhadap keluarga korban untuk tidak melakukan otopsi. Keluarga dipaksa menandatangani surat penolakan otopsi dari aparat.
Padahal, otopsi dibutuhkan untuk membuktikan apakah ada atau tidak kekerasan terhadap korban.
Aliansi masyarakat sipil terus memberi pemahaman terhadap keluarga korban, hingga akhirnya mereka setuju otopsi dilakukan. Otopsi pun dilakukan satu pekan setelah pemakaman.
Baca juga: Kematian Warga Sumba Jadi Masalah, Polisi Harus Terbuka
Dituduh mencuri
Tanggal 17 Januari 2024, sehari sebelum gantung diri, majikan OK menghubungi RK, anggota Polres Sumba Timur. OK memberitahukan bahwa asisten rumah tangga yang bekerja di kediamannya melarikan diri sambil membawa barang yang dicuri dari toko, berupa baju kaus dan celana dalam milikistri majikan.
OK pun menyebutkan bahwa Axi sudah melarikan diri ke rumah keluarga bernama Galla di Kambaniru, sekitar 10 kilometer dari Waingapu.
RK pun bergerak menuju kediaman Galla di Kambaniru. Tiba di Kambaniru, majikan OK dan istrinya sudah ada di rumah itu.
Namun, pihak keluarga Galla tidak menemukan barang apa pun yang dibawa korban ke rumah itu, termasuk baju kaus dan celana dalam yang dituduhkan. Kecuali pakaian yang dikenakan korban di badan, satu baju kaus dan celana panjang miliknya, yang dipakai sejak dari kampung asal, di Sumba Tengah.
Axi Rambu Kareri pun dibawa pulang majikan bersama RK ke kediaman majikan. Axi diduga terus mengalami tindak kekerasan, baik verbal maupun fisik, sehingga malam itu korban melarikan diri lagi sekitar pukul 03.00.
Baca juga: Nasib Perempuan Sumba dan Pengakuan Komunitas Agama Asli Marapu
Korban ditemukan warga di jalan di Waingapu, 18 Januari 2024 dini hari, yang kebetulan sedang merayakan pesta. Mereka menanyakan asal-usul korban, tempat kerja, dan alasan lari dari majikan. Setelah menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya, warga ingin mengumpulkan uang secara sukarela untuk memulangkan korban ke Sumba Tengah.
Selain itu, warga menanyakan apakah memiliki anggota keluarga di Waingapu. Korban menyebutkan nama salah satu anggota keluarga di Waingapu bernama Iki. Mereka menghubungi Iki. Kemudian, Iki datang menjemput Axi.
Kepada Iki, korban menceritaan semua kejadian yang menimpa dirinya. Iki pun menghubungi majikan OK, menyampaikan keberadaan korban di Lumbukokur, Waingapu.
Pukul 08.00, majikan OK menghubungi RK, anggota Polres Sumba Timur, dan memberitahukan bahwa Axi melarikan diri lagi.
RK diminta menjemput korban di Lumbukokur. RK pun bergerak ke tempat itu untuk menjemput korban dan membawa ke kediaman majikannya.
Sore harinya, Axi akhirnya meninggal, diduga dengan cara gantung diri.
Herlina mempertanyakan sikap RK, anggota kepolisian, yang tidak membawa korban ke kantor polisi untuk diproses hukum jika ia terbukti mencuri. Namun, ia malah menyerahkan kembali Axi Rambu Kareri ke majikannya. "Mengapa polisi begitu patuh terhadap seorang pengusaha?" kata Herlina.
Baca juga: Perkawinan "Pintu Belakang" dan Perbudakan, Jerat Kekerasan Seksual Perempuan Sumba
Keanehan lain, penyidik tidak melakukan pemeriksaan sidik jari tangan dan kaki korban saat mengambil tali nilon di toko, gagang pintu kamar mandi, di tiang shower, dan di bak kamar mandi yang diinjak korban. Padahal, ada kemungkinan terdapat bekas jari tangan dan kaki korban maupun pihak lain.
Tindakan penyidik itu, menurut Herlina, tidak profesional, seolah mengabaikan tugas dan menganggap kematian itu kasus biasa saja.
”Siapa yang membuka tali nilon itu dari leher korban pertama kali sebelum polisi datang. Mengapa orang itu tidak dimintai keterangan. Bagaimana kronologi penemuan jenazah pertama kali di dalam kamar mandi. Semua harus diungkap demi sebuah keadilan dan kebenaran,” ujar Herlina mendesak.
Belum ada temuan mengarah ke keterlibatan pihak lain, selain gantung diri.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sumba Timur Inspektur Satu Helmi Wildan mengatakan, pihaknya telah melakukan konferensi pers soal ini. Polisi sudah memeriksa sejumlah saksi ahli, melakukan visum luar dan visum dalam, dan otopsi. Polisi juga mengecek kamera pemantau (CCTV) terkait kasus dugaan penganiayaan tersebut.
Baca juga: Polisi Kejar Empat Terduga yang Tewaskan Mahasiswa NTT di Malang
”Hasil visum luar tidak ditemukan luka lain selain bekas luka memar mengelilingi batang leher akibat jeratan tali nilon yang diambil korban dari toko itu. CCTV diperiksa di Laboratorium Forensik Denpasar Bali, juga tidak ada tindak kekerasan apa pun terhadap korban. Itu video asli, tanpa editan dan sisipan atau apa pun,” kata Helmi.
Ia menyebutkan, belum ada temuan mengarah ke keterlibatan pihak lain, selain gantung diri. Polisi segera melakukan gelar perkara atas kasus ini setelah mempelajari dan mendalami keterangan dari semua saksi ahli.