Hujan diperkirakan masih akan mengguyur saat puncak kemarau di Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Fenomena La Nina diprediksi akan memengaruhi cuaca selama musim kemarau di wilayah Lampung. Hujan diperkirakan masih akan menguyur saat puncak kemarau.
Kepala Stasiun Klimatologi Lampung Indra Purna mengatakan, sebagian kecil wilayah di Lampung baru akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024. Sementara itu, musim kemarau baru akan berlangsung di sebagian besar wilayah Lampung pada Juni 2024. Adapun puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Juli 2024.
Berdasarkan analisis, pada Februari 2024, kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Tengah Ekuator berada pada kondisi El Nino moderat dengan indeks bernilai +1.5. Kondisi El Nino moderat sudah berjalan mencapai 28 dasarian atau sekitar 9 bulan sejak Mei 2023.
BMKG memprediksi fenomena El Nino mulai melemah pada bulan Maret hingga Mei 2024. Selanjutnya, secara berangsur-angsur akan beralih menjadi netral pada bulan Juni hingga Agustus 2024.
Adapun perkembangan kondisi Indeks Dipole Mode (IOD) pada Februari 2024 menunjukkan terjadinya kondisi dipole mode netral dengan indeksnya sebesar -0.21. Kondisi IOD diprediksi bertahan netral hingga pertengahan 2024. Hal ini mengindikasikan potensi intensitas curah hujan pada saat musim kemarau 2024.
Menurut Indra, dinamika atmosfer dan kondisi suhu permukaan laut itulah yang akan memengaruhi musim kemarau di Lampung. Tahun ini, wilayah Lampung diprediksi akan mengalami kondisi kemarau basah karena dipengaruhi fase La Nina.
”BMKG dan beberapa lembaga meteorologi dunia memprediksi bahwa kondisi ENSO netral berpotensi menuju fase La Nina pada kuartal ketiga atau sejak Juli hingga September 2024,” kata Indra saat konferensi pers secara daring pada Rabu (20/3/2024).
Terkait hal itu, pemerintah daerah diminta mengantisipasi dampak musim kemarau terhadap sejumlah aspek, seperti bencana kekeringan dan kebakaran hutan. Selain itu, prediksi musim ini dapat dimanfaatkan dengan baik untuk mengatur jadwal musim tanam padi dan komoditas pertanian lainnya. Para petani mendapat edukasi tentang perubahan musim agar tidak mengalami gagal panen.
Secara umum, kondisi kemarau basah diharapkan membuat wilayah Lampung tidak mengalami kekeringan ekstrem saat puncak musim kemarau. Hujan diprediksi masih akan mengguyur selama periode tersebut.
Koordinator Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Pesawaran Lampung Suparji mengatakan, selain musim kemarau yang mundur, BMKG juga mencatat tren kenaikan suhu rata-rata di Lampung selama periode 1976-2023. Selama periode tersebut, kenaikan suhu berlangsung secara bertahap, mulai dari 0,5-1,5 derajat celsius.
Karena itulah, masyarakat juga diminta mewaspadai panas ekstrem selama kemarau. Cuaca bisa sangat terik jika hujan tidak mengguyur selama lebih dari dua hari berturut-turut.
Suparji menambahkan, BMKG juga akan memberikan rekomendasi terkait pemanfaatan hujan selama musim kemarau. Saat ini, petani diarahkan untuk memanfaatkan curah hujan untuk mengairi persawahan.
Masyarakat juga diminta mewaspadai panas ekstrem selama kemarau. Cuaca bisa sangat terik jika hujan tidak mengguyur selama lebih dari dua hari berturut-turut.
Sementara itu, air yang sudah ditampung dalam bendungan di Lampung baru akan dialirkan saat musim kemarau. Dengan cara itu, pasokan air yang ada di bendungan diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian di Lampung selama kemarau berlangsung.
Di sisi lain, kondisi kemarau basah berpotensi meningkatkan pertumbuhan organisme pengganggu tanaman. Karena itulah, petani juga sebaiknya mengatur pola tanam agar serentak sehingga tidak memicu perkembangan hama vektor.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Roy Pardede mengatakan, saat ini kondisi air di Bendungan Way Sekampung, Kabupaten Pringsewu, sudah cukup melimpah. Bendungan tersebut diharapkan cukup untuk mengairi sekitar 55.000 hektar daerah irigasi di Lampung, terutama saat musim kemarau.
Ia menambahkan, pemerintah juga akan berupaya menyukseskan musim tanam melalui program pemompaan di daerah yang kekurangan curah hujan. Saat ini, pihaknya sedang melakukan survei di sejumlah area pertanian di Lampung untuk program tersebut.
Roy berharap BMKG juga membantu mengeluarkan prediksi hujan di daerah perluasan sawah di Lampung.Dengan begitu, pemerintah bisa lebih mudah menentukan kebijakan untuk program pemompaan.