Imbas Banjir Kudus, Tujuh Orang Meninggal karena Tenggelam dan Tersetrum
Tujuh orang meninggal imbas banjir di Kudus, Jateng. Sementara itu, ribuan orang masih mengungsi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·2 menit baca
KUDUS, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian hingga 70 sentimeter masih merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (19/3/2024) pagi. Hingga Selasa atau hari keenam banjir, sebanyak tujuh orang dilaporkan meninggal imbas banjir. Para korban itu meninggal karena tenggelam di kubangan banjir dan tersetrum di sekitar tiang listrik yang terendam banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus Mundir mengatakan, masih ada 51 desa di lima kecamatan yang terendam banjir pada Selasa. Lima kecamatan yang masih terendam itu adalah Kaliwungu, Mejobo, Jekulo, Jati, dan Undaan.
”Banjir berdampak pada 13.568 keluarga atau sekitar 39.272 jiwa. Sedikitnya 6.523 rumah dan 2.295 hektar area persawahan juga terendam akibat banjir yang melanda Kudus pada Kamis (14/3/2024),” kata Mundir saat dihubungi, Selasa.
Menurut Mundir, ada 4.505 warga yang mengungsi di 26 tempat pengungsian yang ada di Kudus. Dari jumlah pengungsi tersebut, sebanyak 2.538 orang merupakan warga Kudus dan sebanyak 1.967 orang merupakan warga Kabupaten Demak, Jateng.
Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi para pengungsi dan korban terdampak banjir, pemerintah setempat bersama sejumlah pihak mendirikan dapur-dapur umum. Hingga Selasa, ada 16 tempat dapur umum yang tersebar di sejumlah kecamatan.
”Kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh para pengungsi adalah bahan makanan, nasi bungkus, makanan kering, air mineral, dan elpiji. Mereka juga membutuhkan bantuan berupa tikar, kasur, selimut, obat-obatan, pampers anak dan dewasa, serta pembalut wanita,” ujar Mundir.
Banjir di Kudus juga menimbulkan korban jiwa. Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kudus Munaji mengatakan, ada tujuh orang yang meninggal imbas banjir. Dari tujuh orang tersebut, sebanyak enam orang meninggal lantaran tenggelam di kubangan banjir dan satu orang meninggal setelah tersetrum.
”Rinciannya, satu orang tenggelam dan terperosok di persawahan Temulus, tiga orang tenggelam di persawahan Kirig, satu orang tenggelam di dekat tanggul sungai, satu orang tenggelam di persawahan Dukuh Goleng, dan satu orang kesetrum listrik saat berada di sekitar tiang listrik yang tergenang banjir,” ucap Munaji.
BPBD Kudus beserta tim gabungan masih terus mengevakuasi warga dan memantau di lokasi-lokasi terdampak banjir. Selain itu, penyaluran kebutuhan logistik bagi warga, pendampingan psikososial, dan penanganan medis bagi warga yang membutuhkan juga terus dilakukan.
Banjir berdampak pada 13.568 keluarga atau sekitar 39.272 jiwa. Sedikitnya 6.523 rumah dan 2.295 hektar area persawahan juga terendam
Dalam penanganan banjir, Pemerintah Kabupaten Kudus mendapatkan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa dana siap pakai sejumlah Rp 250 juta. Selain itu, BNPB juga menyalurkan dukungan logistik berupa 500 paket bahan makanan, 500 paket makanan siap saji, 500 bungkus biskuit protein, 500 paket alat kebersihan, dan 1.008 botol sabun cair.
Tak hanya itu, BNPB juga memberikan alat-alat penunjang untuk penanganan pengungsi, yakni sepuluh pompa alkon, dua lampu panel surya, 100 tenda keluarga, dua tenda pengungsi, 500 lembar selimut, 500 lembar matras, dan 100 unit kasur lipat. Perahu karet dan satu mesin, dua gergaji mesin, serta satu mobil dapur umum, juga turut diserahkan.
Bantuan-bantuan itu diserahkan oleh Kepala BNPB Suharyanto dalam Rapat Koordinasi Persiapan dan Penanganan Bencana di Wilayah Jateng di Kantor Gubernur Jateng, Senin (18/3/2023). Dalam kesempatan itu, Suharyanto mendorong pemerintah daerah yang wilayahnya dilanda bencana untuk segera menetapkan status tanggap darurat bencana.
”Setelah ada status tanggap darurat, pemerintah pusat melalui BNPB akan turun menggelontorkan anggaran. Terkadang masih ada pemimpin daerah yang tidak mau menetapkan status tanggap darurat karena merasa masih mampu. Padahal, tidak masalah, karena ini supaya pemerintah pusat lebih leluasa dalam memberikan bantuan,” ujar Suharyanto.
Hingga Selasa, sembilan daerah di Jateng telah menetapkan status tanggap darurat bencana. Kesembilan daerah tersebut adalah Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kendal, Kota Semarang, Demak, Kudus, Pati, Jepara, dan Grobogan.
Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan, wilayahnya merupakan daerah yang rawan bencana. Sejak Januari hingga 14 Maret 2024, BPBD Jateng melaporkan sebanyak 134 bencana, terdiri dari 61 bencana angin kencang, 53 bencana banjir, 18 bencana tanah longsor, dan 2 bencana kebakaran permukiman/gedung.
”Atas rentetan bencana itu, sebanyak 226.601 orang terdampak, sebanyak 36.086 orang mengungsi, dan sebanyak 15 orang meninggal,” kata Nana.