Teknologi modifikasi cuaca di Jateng bakal dilakukan hingga Rabu guna mencegah hujan ekstrem. Perbaikan tanggul dikebut.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah hujan ekstrem akan dilakukan di sejumlah wilayah di Jawa Tengah hingga Rabu (20/3/2024). Upaya itu diharapkan bisa membantu mempercepat proses perbaikan tanggul-tanggul sungai yang jebol.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Suharyanto mengatakan, teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Jateng sudah dilakukan sejak Sabtu (16/3/2024). Pada Sabtu, ada tiga sortie penerbangan dengan total bahan semai NaCl sebanyak 3 ton.
Lokasi semai untuk sortie satu dan dua berada di atas perairan utara Jateng. Sementara itu, penerbangan sortie ketiga dilakukan di atas langit Kabupaten Tegal, Pemalang, dan Pekalongan.
”Per hari ini, sudah ada sembilan kali penerbangan menebar garam. Dalam satu hari, ada tiga kali penerbangan. Dengan teknologi ini, awan hujan yang tadinya mau terbentuk di atas langit Demak, misalnya, jadi bisa bergeser ke tengah laut,” kata Suharyanto dalam Rapat Koordinasi Persiapan dan Penanganan Bencana di Wilayah Jateng di kantor Gubernur Jateng, Senin (18/3/2023).
Menurut Suharyanto, TMC yang sudah dilakukan beberapa hari terakhir efektif menghalau hujan ekstrem di Jateng. Menurut rencana, TMC masih akan dilakukan, setidaknya sampai Rabu. Kondisi itu diharapkan bisa membantu proses perbaikan tanggul-tanggul jebol yang sedang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
”Tanggul-tanggul yang jebol ini harus benar-benar tertutup. Maka dari itu, TMC nanti bisa diperpanjang sampai tanggul tertutup karena itu sumber masalah (banjir),” ujar Suharyanto.
Banjir akibat tanggul sungai yang jebol salah satunya terjadi di Demak. Suharyanto menyebut, lokasi tanggul yang jebol pekan lalu itu sama dengan lokasi tanggul yang jebol pada Februari. Sebenarnya, perbaikan sudah dilakukan hingga tanggul-tanggul yang jebol itu tertutup.
Ini mengakibatkan hujan yang ekstrem, bahkan jauh melampaui ekstrem. Harusnya curah hujan ekstrem itu sekitar 150 milimeter per hari, kemarin ini mencapai 230 mm per hari. (Dwikorita Karnawati)
Namun, tanggul-tanggul yang masih dalam proses pemadatan itu akhirnya kembali jebol akibat tidak mampu menahan debit air yang cukup besar akibat hujan ekstrem.
Memicu
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengatakan, ada beberapa fenomena yang memicu hujan ekstrem di Jateng. Pertama, adanya tiga bibit siklon di selatan Indonesia yang berdampak meningkatkan intensitas curah hujan. Kedua, masuknya kumpulan awan hujan yang berarak dari timur Afrika masuk ke wilayah Jateng. Ketiga, adanya transisi masuknya angin Benua Australia.
”Ini mengakibatkan hujan yang ekstrem, bahkan jauh melampaui ekstrem. Harusnya curah hujan ekstrem itu sekitar 150 milimeter per hari, kemarin ini mencapai 230 mm per hari,” ujar Dwikorita.
Dwikorita menambahkan, situasi menjadi kian sulit karena beberapa hari terakhir di perairan utara Jawa sedang terjadi fenomena perigee atau gelombang tinggi. Air hujan yang seharusnya bisa langsung mengalir ke laut dihadang oleh gelombang pasang kembali ke daratan.
Menurut Dwikorita, hujan ekstrem masih berpotensi terjadi hingga Rabu. Setelah Rabu, tren hujan ekstrem di Jateng diperkirakan mereda, dengan catatan tidak ada gangguan atmosfer lokal. Untuk itu, ia meminta semua pihak untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan prediksi cuaca dari BMKG.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan, pihaknya masih terus berupaya menangani warga terdampak banjir, terutama yang mengungsi di sejumlah titik. Selain itu, pihaknya juga berupaya membantu menutup tanggul-tanggul sungai yang jebol di Demak dan bekerja sama dengan berbagai pihak.
”Tanggul jebolnya di tempat yang sama. Kalau yang dulu jebolnya itu 20 meter dan 30 meter, yang sekarang ini jebolnya 20 meter dan 25 meter. Dari kemarin sudah diupayakan. Semoga bisa segera ditutup kembali,” tuturnya.
Nana menambahkan, pihaknya bakal melakukan evaluasi terhadap persoalan jebolnya tanggul-tanggul sungai di wilayahnya. Secara bertahap, perbaikan hingga rehabilitasi tanggul-tanggul sungai bakal dilakukan untuk mencegah banjir serupa terulang.