Rela Antre demi Buka Puasa dengan Jalangkote
Dari masa ke masa, jalangkote selalu punya tempat tersendiri bagi warga Makassar sebagai camilan berbuka puasa.
Siapa tak tahu jalangkote di seantero Sulawesi Selatan? Penganan serupa pastel ini adalah salah satu ikon kuliner daerah tersebut. Saat Ramadhan, jalangkote jadi buruan.
Bahkan, dalam meme yang kerap dibuat warga Kota Makassar, Sulsel, perihal urutan makanan yang paling dicari untuk buka puasa, jalangkote selalu juara, setidaknya ada di tiga teratas.
Di hari biasa, ada banyak toko kue yang menjadikan kudapan ini sebagai jualan utama. Saat bulan Ramadhan, bermunculan penjual jalangkote dadakan. Mereka berjejer di tepi jalan atau berjualan di halaman rumah.
Selasa (12/3/2024) sore, deretan penjual jalangkote dadakan tampak meramaikan jalan di bilangan Panakkukang, Makassar. Di sejumlah ruas jalan, pedagang jalangkote bisa dijumpai bahkan di setiap 10 meter. Umumnya mereka memajang jualan dalam rak kaca. Meski jumlah penjual banyak, pembeli selalu ramai mengerubuti.
Mau di kaki lima hingga resto atau toko yang khusus menjual jalangkote, bentuk penganan itu sama saja. Isian dan ukurannya saja yang beda-beda. Bentuknya setengah lingkaran serupa pastel.
Bedanya, kulit jalangkote lebih tipis dan garing di bagian sisi yang berbentuk seperti jengger ayam. Isiannya adalah sayuran, seperti wortel, kentang, dan taoge yang ditumis dengan aneka bumbu. Ada juga yang menambahkan potongan telur rebus.
Baca juga: Petualangan Lidah Menu Buka Puasa dari Sumatera
Teman makan atau cocolannya adalah cairan semacam saus yang terbuat dari campuran cabai, air, cuka, garam dan gula. Perpaduan jalangkote yang gurih dengan cocolan saus dengan rasa asam, manis, dan pedas itu bikin asyik di lidah.
Harga jalangkote bervariasi, mulai Rp 2.000 hingga Rp 8.000 per biji. Tentu ukuran dan isian jadi patokan yang membuat perbedaan harga ini. Sebagai gambaran, jalangkote premium dengan harga Rp 7.000-Rp 8.000 per biji, isiannya lebih lengkap. Biasanya selain sayuran, juga berisi setengah atau seperempat potong telur ayam rebus.
Sejumlah warga mengaku suka berbuka puasa dengan jalangkote karena tak terlalu mengenyangkan. ”Saya tidak terbiasa berbuka makan nasi. Jalangkote lebih pas karena tak terlalu mengenyangkan dimakan satu sampai dua biji. Cukup jadi pengganjal sampai waktu makan nasi seusai shalat Tarawih. Apalagi kalau diminum dengan teh manis panas,” kata Abdul Rahman (40).
Di kalangan anak-anak muda Makassar, dikenal pula kelakar soal jalangkote. ”Paling asyik dimakan sambil jongkok dekat penjualnya,” demikian lelucon itu menyebut.
Lelucon ini merujuk pada kebiasaan sebagian orang dulu yang membeli jalangkote dari penjual yang berkeliling permukiman atau kampung. Mereka mengambil jalangkote langsung dari wadah, lalu makan sembari jongkok.
Daftar antrean
Banyaknya peminat jalangkote untuk penganan berbuka puasa membuat banyak pembeli mengantre di toko-toko kue yang menjual makanan tersebut. Antrean pembeli itu bahkan sudah terjadi sejak siang hari. Di gerobak-gerobak tepi jalan, kondisi yang sama juga terjadi.
Di Jalangkote Perumnas, Makassar, pembeli bahkan harus mengambil nomor antrean jika ingin membeli. Di warung yang berlokasi di bilangan Perumnas Panakkukang itu terdapat dua jalur antrean, yakni untuk pembeli biasa dan kurir yang melayani pembelian daring. Namun, dua jalur itu biasanya sama padatnya.
Baca juga: Pilihan Menu Berbuka dari Berbagai Negara
Di toko Jalangkote Perumnas, ada pula petugas khusus yang mengatur nomor antrean. Setiap kali jalangkote selesai digoreng, dia akan mengemas sejumlah kudapan itu sesuai dengan pesanan. Setelah itu, dia memanggil pembeli sesuai nomor antrean.
Agar tak mengantre lama, sebagian warga memilih membeli sejak siang hari. ”Mending saya beli siang dan ambil yang setengah matang. Nanti jika akan berbuka, tinggal digoreng lagi sampai matang. Kalau datang sore, bisa-bisa sampai waktu berbuka tiba, kita masih antre tunggu giliran,” kata salah seorang warga, Rezky Aulia (37).
Jalangkote lebih pas karena tak terlalu mengenyangkan dimakan satu sampai dua biji. Cukup jadi pengganjal sampai waktu makan nasi seusai shalat Tarawih
Umumnya, di toko-toko kue yang menjadikan jalangkote sebagai jualan utama, memang disediakan tiga pilihan. Salah satunya adalah jalangkote beku yang biasa dibawa sebagai oleh-oleh. Ada juga jalangkote setengah matang dan matang.
Harga jalangkote di toko Jalangkote Perumnas Rp 7.000 per biji. Makan dua sampai tiga biji jalangkote di sini kenyangnya serupa makan nasi sepiring. Pembeli di tempat ini juga ramai di hari biasa. Namun, antrean saat Ramadhan menjadi yang terpanjang. Apalagi, banyak warga yang memesan khusus untuk jamuan berbuka puasa.
Pemilik usaha Jalangkote Perumnas adalah Baso Mukhtar. Dia merintis usaha jalangkote itu lebih dari 10 tahun lalu. Saat itu, dia hanya berjualan jalangkote. Tempat berjualannya pun di dalam gang.
Kini, toko tersebut menempati lokasi di pinggir jalan raya. Jualannya sudah beraneka ragam. Ada banyak kue tradisional yang dijual. Semua enak. Namun, jalangkote tentu saja tetap juaranya.
Turun-temurun
Tak banyak catatan yang bisa jadi acuan terkait sejarah jalangkote. Namun, satu hal yang pasti, beberapa penjual jalangkote di Makassar saat ini adalah generasi ketiga.
Hal ini, antara lain, terlihat di usaha Jalangkote Lasinrang. Beberapa waktu lalu, dalam wawancara dengan Kompas, Lily Montolalu, generasi kedua yang menjalankan usaha Jalangkote Lasinrang, mengatakan, orangtuanya menjual jalangkote sejak 1985.
Saat ini, anak-anak Lily lebih banyak memegang kendali atas usaha jalangkote yang punya banyak cabang di Makassar itu. ”Beberapa cabang sudah dikelola anak saya. Kami orangtua tinggal memantau saja,” katanya.
Baca juga: Seharian Tahan Lapar-Haus, Hindari ”Balas Dendam” Saat Berbuka Puasa
Pada zaman dulu, jalangkote adalah camilan yang dijajakan anak-anak kecil dengan keluar masuk permukiman atau perkampungan. Sembari berjalan, mereka akan berteriak ”jaaaalaaangkooteee”. Pengucapannya dipanjangkan dengan irama tertentu.
Jalangkote dibawa dalam keranjang belanjaan yang dijinjing atau dikepit di siku. Cairan saus disimpan dalam botol kaca bekas sirop markisa. Sebelum sepopuler sekarang, jalangkote bukan hanya camilan untuk sajian arisan, kumpul keluarga , atau berbuka. Sejak dulu, jalangkote juga jadi buah tangan perantau seusai mudik.
”Dulu kalau pulang kampung dan mau balik ke Jakarta, biasanya dibuatkan jalangkote banyak. Nanti di Jakarta dibagi-bagi ke teman. Kadang dimakan ramai-ramai di kantor. Sekarang enak karena yang jual lebih banyak. Bisa dibawa dalam kondisi beku juga,” kata Syamsinar (55), pedagang yang bolak-balik Makassar-Jakarta.
Di tengah serbuan aneka jenis jajanan, termasuk dari luar negeri, jalangkote tetap punya tempat di hati warga Makassar dan Sulsel. Sebagai sajian berbuka, camilan ini juga masih menjadi favorit.