Indonesia menggelar ajang Interhash pada 2026. Ajang di Prambanan itu diharapkan bisa mengungkit pariwisata.
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·3 menit baca
QUEENSTOWN, SABTU — Indonesia akan kembali menggelar ajanghash internasional atau Interhash pada 2026. Menurut rencana, ajang dua tahunan itu akan dilangsungkan di seputaran Candi Prambanan, Jawa Tengah. Diharapkan, ajang tersebut dapat mengungkit perkembangan pariwisata di lokasi penyelenggaraan.
Hal itu diungkapkan Ketua Penyelenggara Interhash 2026Liem Chie An, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (8/3/2024). Menurut Liem, keputusan Indonesia menjadi tuan rumah itu diambil di sela-sela gelaran Interhash 2024 yang berlangsung di Queenstown, Selandia Baru, 7-10 Maret.
”Awalnya Indonesia dan Turki menjadi kandidat negara Interhash 2026. Dalam proses bidding, Turki mengundurkan diri untuk menjadi tuan rumah sehingga Indonesia menjadi satu-satunya negara penyelenggara Interhash 2026. Rencana dilaksanakan di Candi Prambanan, 7-9 Mei 2026,” kata Liem di sela-sela mengikuti ajang Interhash 2024 di Queenstown.
Saya targetkan peserta Interhash tahun 2026 nanti sekitar 4000 orang, 90 persen di antaranya peserta dari luar negeri.
Liem menyebutkan, Indonesia sudah tiga kali menyelenggaran ajang ini, yaitu pada 2012 di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, dan di Bali pada 2016. Kedua ajang itu diikuti 6.000 hasher, sebutan untuk para peserta hash, dari berbagai negara.
Hash adalah semacam olahraga rekreasi atau non-kompetitif. Olahraga ini memadukan antara lari lintas alam, orienteering, dan permainan jejak. Konsepnya dimulai sekitar tahun 1938 di Malaysia oleh sekelompok ekspatriat Inggris yang ingin menjaga kebugaran mereka dengan cara yang menyenangkan.
Dalam olahraga hash, sekelompok orang (disebut hasher) mengikuti jejak yang ditandai oleh seorang pelari sebelumnya, yang disebut ”hare”. Jejak ini dapat berupa jalur di hutan, jalan setapak, atau lingkungan perkotaan. Tujuan utamanya adalah untuk menyelesaikan rute jejak dengan menemukan markah atau petunjuk yang ditandai oleh hare.
Setelah menyelesaikan rute, para peserta biasanya berkumpul untuk minum-minum atau makan bersama di tempat yang disebut ”Hash House”. Hash menarik banyak orang dari berbagai latar belakang karena kombinasi olahraga, petualangan, dan aspek sosialnya.
Liem menjelaskan, di Indonesia, olahraga ini berkembang di kalangan warga senior dan belum terlalu menarik bagi anak muda. Diharapkan dengan adanya ajang internasional, olahraga ini akan kian berkembang.
”Di Indonesia saat ini ada sekitar 200 perkumpulan hash, anggotanya biasanya memang orang-orang tua, yang mapan, dan masih aktif,” ujarnya.
Menurut Liem, dalam ajang hash, peserta bisa memilih jarak yang nantinya ditempuh, mulai dari short (di bawah 5 kilometer), medium (5-7 km), long (10-11 km), dan superlong (20-25 km).
Ia menyebut, pihaknya sudah siap menyelenggarakan ajang internasional ini. Liem menargetkan peserta akan mencapai minimal 4.000 orang, yang sebagian besar dari luar negeri.
Pada ajang sebelumnya di Borobudur dan Bali, ajang itu diikuti 5.000-6.000 hasher. ”Saya targetkan peserta Interhash tahun 2026 nanti sekitar 4.000 orang, 90 persen di antaranya peserta dari luar negeri,” ujar Liem.
Hasher dari berbagai penjuru dunia mengikuti Interhash 2024 di Selandia Baru, 7-10 Maret.
Banyaknya peserta dari luar negeri dan lama tinggal di Indonesia bisa menjadi peluang pariwisata di Indonesia. ”Kami sangat berharap dukungan dari pihak terkait untuk bisa menyukseskan event internasional ini karena akan berdampak di sektor pariwisata Indonesia,” kata Liem.
Saat Indonesia pernah menjadi tuan rumah Interhash, yaitu di Candi Borobudur pada tahun 2012, banyak peserta yang menyebut itu adalah ajang hashing terbaik. ”Menurut saya, Interhash yang terbaik yang pernah saya ikuti,” ungkap Martin, hasher dari New Zealand yang sekarang usianya sudah menginjak 67 tahun ini.
Sementara itu, Hasher dari Denmark, Peder Nielson, menyampaikan ajang Interhash di Borobudur saat itu luar biasa. ”Luar biasa, sangat terorganisasi,” katanya.
Sementara itu, hasher muda dari Belanda, Xenia Blair, penasaran sekali untuk mengikuti ajang Interhash 2026 di candi Prambanan, Indonesia. ”Saya sangat penasaran dengan Indonesia, Candi Prambanan seperti apa?, saya sudah mendaftar dan siap hadir ke Indonesia, dan saya siap membantu menjadi komite,” kata Xenia Blair.
Peserta Interhash 2012 waktu itu antara lain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara. ”Saat itu dihadiri 5.000 peserta, dari 50 negara, bahkan saat itu Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono menyempatkan hadir di event internasional ini,” kata Liem.
Liem menyebutkan, saat ini setidaknya sudah ada sekitar 400 hasher yang sudah bersedia mendaftar untuk mengikuti Interhash di Prambanan. (*)