Sebanyak 1.500 peserta mengikuti Borobudur Interhash Reunion, Sabtu (27/10/2018), yang mayoritas berusia 50 tahun ke atas dari 15 negara. Selama tiga hari, 25-27 Oktober, mereka berkegiatan di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Borobudur Interhash Reunion, lari lintas alam non kompetisi yang diikuti para hasher, bertajuk reuni (reunion). Itu karena mayoritas peserta mengikuti Borobudur Interhash 2012.
Para peserta bersemangat berlari melintasi alam perbukitan Menoreh. Raymond Chee (60), hasher dari Sabah, Malaysia, tidak sabar berlari dalam kategori long, sekitar 10 kilometer. Kategori lain super long sepanjang 21 km dan short sejauh 3-5 kilometer.
Chee baru pensiun dari perusahaan asuransi. “Bagi saya, paling relaks dilakukan berlari ke bukit dan berteriak keras-keras melepas beban bersama teman-teman,” ujarnya. Sabtu pagi, ia siap berlari mengenakan kaos, sepatu olahraga, dan kaos kaki panjang hampir selutut.
Kesiapan berlari juga dilakoni kakak-beradik Rosita (65) dan Ester (61), dari Gresik dan Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka siap lelah, pegal-pegal, ataupun lecet. Itu bagian dari kegembiraan. “Banyak beraktivitas, berlari di alam, juga upaya kami melawan pikun,” ujar Rosita, nenek tiga cucu itu.
Eko Haryanto (67), hasher asal Magelang yang aktif sejak tahun 1990-an, mengatakan, luka, jatuh, terpeleset, dan terjerembab, bagi seorang hasher sangat dimaklumi.
Dalam ajang itu, Eko bertugas sebagai hare atau penentu rute dan perlintasan. Jalur yang menantang menjadi kata kunci setiap rute hashing, sehingga jalan yang ditempuh selalu jalan setapak, bukan jalan umum yang dilewati kendaraan atau pejalan kaki.
Liem Chi An, Ketua Panitia Borobudur Interhash Reunion, mengatakan, di dunia hashing, rute lari bisa ratusan kilometer dengan jalur sangat ekstrem. “Bisa saja hasher menempuh rute dengan memerosotkan diri, menuruni bukit,” ujarnya.
Menurut dia, hashing adalah cara mahal dan gila untuk menyiksa diri. Namun, akhirnya disukai banyak orang berusia tua, termasuk dirinya. Hashing pertama kali dikenalkan tentara Inggris di Malaysia, sekitar tahun 1950-an.
Di alam Magelang, ribuan peserta yang tak muda lagi menantang diri. Tantangan yang berbuah rasa bahagia.