Harga Beras di Kalteng Diprediksi Turun Saat Panen Raya Pertengahan Maret-April
Sebagian besar petani di Kalteng belum panen padi. Mundurnya masa panen itu memengaruhi harga beras.
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kenaikan harga beras di Kalimantan Tengah dipicu banyak faktor, mulai dari panjangnya jalur distribusi hingga belum tibanya masa panen raya.
Heriyanto (45), anggota Kelompok Tani Sido Mekar petani dari Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, mengatakan, sebagian besar petani diwilayah Pulang Pisau belum memasuki masa panen. Mereka mulai menanam pada November tahun lalu.
”Biasanya akhir pertengahan April baru mulai panen,” ujar Heriyanto saat dihubungi dari Palangkaraya, Selasa (5/3/2024).
Dengan kondisi saat ini, lanjut Heriyanto, dirinya tidak bisa memprediksi hasil panen dari sawah seluas hampir 3 hektar miliknya. Namun, biasanya ia bisa menghasilkan 3-4 ton gabah kering per hektarnya. ”Kalau dilihat dari tumbuhnya ini bagus, semoga enggakada angin atau banjir,” kata Heryanto yang juga pernah ikut dalam program Food Estate atau Lumbung Pangan Nasional.
Hal itu dipertegas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng Eko Marsoro. Menurut dia, kenaikan harga beras terjadi karena sebagian besar petani belum masuk masa panen. Ia memperkirakan harga beras bakal turun seusai Lebaran.
Puncak panen padi, kata Eko, diprediksi terjadi pada pertengahan Maret hingga April. Apabila tidak ada kendala atau gangguan, diperkirakan produksi padi pada saat panen, khususnya di Kalteng, akan melebihi capaian tahun lalu.
Baca juga: Limbung Beras
Dari data BPS Provinsi Kalteng, pada 2022 produksi padi di Kalteng mencapai 343.920 ton gabah kering giling (GKG). Pada 2023 jumlahnya meningkat sedikit menjadi 334.730 ton GKG.
Walakin, kata Eko, jumlah produksi padi di Kalteng belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen sehingga harus impor dari Provinsi Kalimantan Selatan dan beberapa daerah di Pulau Jawa.
”Kenaikan harga beras ini karena mundurnya masa tanam dan panen raya. Namun, kita meyakini bahwa harga beras berangsur akan turun pada saat bulan Ramadhan. Jika produksi belum cukup memenuhi kebutuhan, pasokan terganggu, harga bisa naik lagi. Akan tetapi, ada langkah pemerintah mendatangkan dari Jawa atau Kalsel,” ucapnya.
Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko mengungkapkan, pihaknya telah membentuk Tim Satuan Tugas Pangan Provinsi yang diisi oleh petugas dari berbagai instansi, mulai dari Bulog hingga aparat keamanan. Tim ini bertugas melakukan inspeksi harga di lapangan hingga membantu operasi pasar.
”Dalam inspeksi beras yang disebar dalam program SPHP masih dijual dengan harga normal, stok juga masih banyak,” kata Yuas.
Dari sisi pasokan, menurut Yuas, Kalteng memiliki pasokan beras cukup untuk beberapa bulan ke depan. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Bulog dan instansi lainnya untuk menjaga pasokan beras.
Baca juga: Program Pmerintah Dinilai Belum Efektif Turunkan Harga Beras di Palangkaraya
Kepala Kantor Wilayah Badan Urusan Logistik (Bulog) Kalteng Budi Cahyanto menjelaskan, stok beras di dua gudang milik bulog saat ini mencapai 3.000 ton yang merupakan beras campuran antara SPHP (beras subsidi) seharga Rp. 11.500 per kilogram dan beras komersial dengan jenis pulen dan karau. Ketersediaan beras tersebut disediakan sampai dengan akhir Lebaran 2024 ini.
”Namun, seandainya saya lihat satu minggu masuk di bulan puasa perlu tambahan, maka akan saya tambahkan kembali stok beras. Saya datangkan dari Kalimantan Selatan atau Jawa Timur,” tutur Budi.
Selain beras, lanjut Budi, pihaknya juga memiliki 2.000 liter minyak goreng. ”Stok minyak goreng akan ditambah sekitar 400.000 liter lagi, gula juga kurang lebih ada 70 ton,” ujar Budi.
Budi menyebutkan, stok yang ada saat ini masih mampu penuhi kebutuhan masyarakat hingga lebaran. Pasokan akan terus ditambah jika stok menipis. “Secara umum Bulog punya stok beras, gula, minyak goreng, daging kerbau 40 ton, daging sapi kurang lebih 30 ton dan daging ayam 20 ton. Semua daging disiapkan dalam keadaan beku,” katanya.
Sejak lama petani di Kalteng memproduksi gabah yang terpaksa dijual dan diolah di Kalimantan Selatan. Setelah diolah, ironisnya, beras itu dijual lagi ke Kalteng.
Selain beras, lanjut Budi, pihaknya juga memiliki 2.000 liter minyak goreng. “Stok minyak goreng akan ditambah sekitar 400.000 liter lagi, gula juga kurang lebih ada 70 ton,” ungkap Budi.
Budi menyebutkan, stok yang ada saat ini masih mampu penuhi kebutuhan masyarakat hingga Lebaran. Pasokan akan terus ditambah jika stok menipis. ”Secara umum Bulog punya stok beras, gula, minyak goreng, daging kerbau 40 ton, daging sapi kurang lebih 30 ton, dan daging ayam 20 ton. Semua daging disiapkan dalam keadaan beku,” katanya.
Baca juga: Panen Anjlok Petani Food Estate Kalteng Minta Pola Tanam Disesuaikan
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Palangka Raya, Fitria Husnatarina, menjelaskan, sejak lama petani di Kalteng memproduksi gabah yang terpaksa dijual dan diolah di Kalimantan Selatan. Setelah diolah, ironisnya, beras itu dijual lagi ke Kalteng. Hal itu membuat rantai pasok atau jalur distribusi berbiaya tinggi sehingga memengaruhi harga.
”Jalur distribusi ini yang harus dipotong dengan membuat kawasan industri untuk padi di Kalteng sehingga beras tidak keluar,” kata Fitria.
Selain itu, lanjut Fitria, pasar penyeimbang merupakan solusi jangka pendek yang tidak cocok untuk masalah klasik seperti beras. Dalam momen tertentu, seperti hari raya, pasar penyeimbang bisa jadi efektif, tetapi untuk hadapi persoalan beras yang sudah puluhan tahun ini solusi yang diperlukan harus lebih besar.