Harga Pangan di Jatim Naik Signifikan Jelang Ramadhan
Harga beragam komoditas bahan pangan pokok di Jawa Timur mengalami kenaikan signifikan menjelang Ramadhan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Harga beragam komoditas bahan pangan pokok di Jawa Timur mengalami kenaikan signifikan menjelang Ramadhan. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada telur ayam broiler, sedangkan kenaikan yang rendah, tetapi berdampak besar terjadi pada beras premium dan medium.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Iwan mengatakan, berdasarkan hasil pantauan di 120 pasar tradisional di 38 kabupaten dan kota, sampai dengan Minggu (3/3/2024), kenaikan harga telur ayam broiler mencapai 9,8 persen. Kenaikan tersebut memicu harga jual telur rata-rata di kisaran Rp 29.800 per kilogram (kg) atau jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp 27.000 per kg.
”Selain telur, kenaikan harga komoditas yang cukup signifikan juga terjadi pada cabai merah 7,43 persen (Rp 75.763 per kg), daging ayam broiler naik 4,8 persen (menjadi Rp 35.347 per kg), dan beras,” ujar Iwan, Senin (4/3/2024).
Adapun untuk beras, lanjut Iwan, mengalami kenaikan harga sebesar 2,37 persen untuk jenis premium dan 0,35 persen untuk jenis medium. Saat ini, harga beras medium dijual Rp 11.889 per kg. Harga tersebut jauh di atas HET Rp 10.900 per kg.
Harga beras medium tertinggi dilaporkan terjadi di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Rp 14.650 per kg. Sementara harga beras medium terendah di Kota Probolinggo Rp 10.900 per kg atau sesuai HET. Tercapainya harga beras yang ideal itu tak lepas dari tata kelola perdagangan yang cukup bagus.
Menurut Iwan, tingginya harga beras di Jatim tidak lepas dari tingginya harga gabah di tingkat petani. Saat ini, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di wilayahnya mencapai Rp 7.100 per kg hingga Rp 7.300 per kg. Harga itu jauh melapui HET GKP Rp 5.000 per kg.
Dibandingkan dengan provinsi lain, harga gabah di Jatim merupakan yang paling rendah. Sebagai gambaran, harga gabah kering panen di Jawa Barat mencapai Rp 7.350 per kg, di Jawa Tengah mencapai Rp 7.160 per kg, dan Daerah Istimewa Yogyakarta Rp 7.400 per kg. Artinya, berdasarkan data Bapanas per tanggal 3 Maret 2024, harga gabah kering panen di tingkat petani sudah berada di atas Rp 7.000 per kg.
”Semoga harga gabah yang di atas Rp 7.000 per kg ini dinikmati oleh para petani kita sehingga daya beli mereka juga tinggi,” kata Iwan.
Dia menambahkan, harga beras medium di Jatim yang berada di kisaran Rp 11. 900 per kg hingga Rp 12.500 per kg masih lebih rendah dibandingkan dengan harga beras serupa di Jakarta yang sudah mencapai Rp 14.600 per kg. Bahkan di Jateng dan Jabar harga beras medium sudah Rp 15.000 per kg.
Iwan memperkirakan harga bahan pokok termasuk beras di Jatim memasuki bulan puasa masih tinggi, tetapi kenaikannya sudah terkendali. Salah satu faktornya, mulai Februari 2024 lalu sudah ada produksi beras di tingkat lokal menyusul terjadinya panen di berbagai daerah walaupun belum merata.
Pada Februari 2024, misalnya, potensi panen di Pasuruan, Jember, Bojonegoro, Tuban, mencapai 389.472 ton. Adapun pada Maret 2024 ada potensi panen lokal di Ngawi, Gresik, Nganjuk, Bondowoso, dan Lamongan dengan produksi 1,031 juta ton. Sementara pada April 2024 diperkirakan ada produksi beras lokal menyusul panen di Bojonegoro, Lamongan, Jember, Jombang, dan Ponorogo dengan potensi 1.390.306 ton.
”Kami sangat menjaga terkait dengan perkembangan harga di pasar. Namun, terkait dengan stok beras di Jatim dalam enam bulan ke depan dipastikan aman,” ucap Iwan.
Pemerintah Provinsi Jatim, lanjut Iwan, akan terus berkoordinasi dengan berbagai sektor termasuk Satgas Pangan untuk menjaga kelancaran dan keamanan pasokan bahan pangan serta menjaga stabilitas harga di pasar dan tingkat konsumen. Juga memantau alur distribusi barang di pasar ataupun ritel modern agar tetap tercukupi.
Selain itu, Disperindag Jatim terus berupaya melakukan stabilisasi harga pangan dengan menggelar operasi pasar atau pasar murah bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan kota. Untuk anggarannya, menyesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap pemda.
Tujuannya antara lain memudahkan masyarakat memperoleh kebutuhan pokok selama bulan Ramadhan dan Lebaran. Menjaga daya beli rakyat dengan menjaga stabilitas harga barang. Juga mengendalikan laju inflasi melalui intervensi harga di pasar.
Mengatur belanja
Menyikapi kenaikan harga beragam komoditas pangan menjelang puasa, sejumlah warga bersiasat dengan mengatur belanja. Suwarni (46), misalnya, mengaku memprioritaskan pembelian beras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
”Belanja lauk-pauk terutama telur dikurangi. Belanja daging ayam juga sudah jarang sejak harganya terus naik,” ucap Suwarni.
Pemprov Jatim akan terus berkoordinasi dengan berbagai sektor termasuk Satgas Pangan untuk menjaga kelancaran dan keamanan pasokan bahan pangan serta menjaga stabilitas harga di pasar dan tingkat konsumen.
Karyawan pabrik dengan penghasilan di bawah Upah Minimum Kabupaten Sidoarjo ini mengaku pusing mengatur pengeluaran keluarga karena kenaikan harga pangan yang semakin tinggi. Bebannya semakin berat menghadapi puasa dan Lebaran yang memerlukan pengeluaran lebih besar untuk kebutuhan lainnya, seperti belanja pakaian dan kue.
Warga lainnya, Endang Lismari (47), mengaku sejak harga beras mahal, dia tak mampu lagi membeli dalam kemasan 5 kg. Untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya, pekerja serabutan itu memilih membeli beras secara eceran dalam jumlah 1 kg dan 2 kg sesuai kondisi keuangannya.