Harga Beras Naik, Sebagian Mahasiswa Perantau di Yogyakarta Terdampak
Sejumlah warung makan di Yogyakarta menaikkan harga jual. Hal ini berimbas pada meningkatnya pengeluaran mahasiswa.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Dampak kenaikan harga beras dan bahan pangan lain ikut dirasakan sebagian mahasiswa perantau di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasalnya, sejumlah warung makan di provinsi itu turut menaikkan harga jual.
Niko (23), mahasiswa sebuah universitas swasta di Yogyakarta, mengatakan, sejumlah warung makan langganannya ikut menaikkan harga menyusul harga beras yang melambung. Kenaikannya ada yang berkisar Rp 1.000-Rp 2.000 per porsi makan, tetapi ada juga yang sampai Rp 4.000 per porsi.
Menurut Niko, dampak kenaikan harga itu cukup terasa. Sebab, mahasiswa perantau seperti dirinya sangat sering membeli makanan di warung. ”Setiap hari beli makan tiga kali, dikali sebulan, jadi lumayan signifikan jumlahnya,” ujarnya, Jumat (1/3/2024).
Walaupun masih ada warung makan yang tidak menaikkan harga, Niko mengatakan, porsi makanan yang disajikan ternyata dikurangi. ”Ada juga warung yang tadinya bebas ambil nasi sendiri, sekarang jadi diambilkan oleh pelayannya,” ucap mahasiswa asal Jakarta ini.
Meski begitu, Niko mengaku memahami kesulitan para penjual makanan di tengah kenaikan harga-harga bahan pokok saat ini. Karena itu, dia mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut.
Selain sesekali masih mendapat kiriman dari orangtua, mahasiswa semester 10 ini juga membiayai sebagian pengeluaran dari pekerjaan paruh waktu yang ditekuninya, salah satunya mengajar ekstrakurikuler siswa sekolah. ”Sesekali ada juga pekerjaan lepas lain, jadi lumayan bisa menutupi pengeluaran,” ucapnya.
Sementara itu, Putra (21), mahasiswa asal Sulawesi Selatan yang berkuliah di Yogyakarta, mengatakan, dirinya memilih membeli makanan dari warung yang tak menaikkan harga jual. Hal ini agar uang kiriman yang tak bertambah dari orangtuanya tetap bisa mencukupi kebutuhan.
Beruntung, di sekitar kampus dan tempat tinggalnya masih banyak pilihan warung makan yang tidak menaikkan harga jual. ”Sebisa mungkin pengeluaran dihemat,” katanya.
Secara terpisah, pendiri gerakan filantropi Nasi Gratis Jogja, Ilham Prihatin, mengatakan, pihaknya kerap menerima permintaan bantuan makanan dari mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk membeli makanan. Namun, menurut dia, tidak ada lonjakan permintaan yang berarti setelah adanya kenaikan harga pangan beberapa waktu terakhir.
”Kami terbuka bagi siapa saja yang memerlukan bantuan. Biasanya kami arahkan untuk datang ke 13 lokasi etalase Nasi Gratis Jogja atau bisa ke warung makan gratis kami di daerah Piyungan, Kabupaten Bantul,” ujarnya.
Ada juga warung yang tadinya bebas ambil nasi sendiri, sekarang jadi diambilkan oleh pelayannya.
Kenaikan harga pangan, terutama beras, membuat pemerintah daerah juga melakukan upaya intervensi dengan operasi pasar murah. Hal itu, di antaranya, dilakukan oleh pemerintah DIY dan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Pemkot Yogyakarta menggelar pasar murah beras secara bergiliran di 14 kecamatan di seluruh wilayah kota sejak 26 Februari. Total beras yang disediakan sebanyak 34 ton, dengan masing-masing kecamatan mendapat jatah 2-4 ton, disesuaikan dengan jumlah penduduk.