Romo Michael Sastrapratedja, Pendidik yang Dikenal Visioner Itu Berpulang
Romo Sastrapratedja berpulang pada Sabtu karena sakit. Ia dikenal sebagai sosok yang visioner dan perhatian.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kabar terkait berpulangnya Romo Michael Sastrapratedja SJ, akademisi sekaligus mantan rektor dari sejumlah perguruan tinggi Katolik, pada Sabtu (17/2/2024) malam mengejutkan sejumlah pihak. Mantan rekan kerja hingga mahasiswanya mengenang Romo Sastrapratedja sebagai sosok pendidik yang visioner, perhatian dengan pendidikan sesama dosen, serta menghormati mahasiswa.
Kabar meninggalnya Romo Sastrapratedja di usianya yang ke-80 tahun itu salah satunya diterima oleh Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Ferdinandus Hindiarto pada Sabtu malam. Kabar itu diterimanya dari salah satu mantan dosen di Unika Soegijapranata yang sekaligus merupakan kerabat Romo Sastrapratedja.
”Beberapa waktu belakangan, kesehatan Romo Sastrapratedja disebut menurun, beberapa kali masuk rumah sakit. Saya dapat informasi, beliau berpulang tadi malam di Rumah Sakit St Elisabeth Kota Semarang,” kata Ferdinandus saat dihubungi, Minggu (18/2/2024) pagi.
Menurut Ferdinandus, jenazah Romo Sastrapratedja disemayamkan di Gereja St Stanislaus Girisonta, Kabupaten Semarang. Sebelum dimakamkan di Girisonta, pada Senin (19/2/2024), akan ada misa requiem yang dipimpin para romo yang merupakan mantan rektor dari Unika Soegijapranata dan Sanata Dharma.
Ferdinandus mengatakan, Romo Sastrapratedja dua kali menjadi rektor di Unika Soegijapranata, yakni pada tahun 1988-1992 dan tahun 2004-2005. Pada periode pertama menjabat, Romo Sastrapratedja konsisten mendorong para dosen untuk melakukan studi lanjut ke luar negeri. Berkat dorongan itu, banyak dosen Unika Soegijapranata yang kemudian melanjutkan studi S-2 dan S-3 di Belanda, Amerika Serikat, dan lain-lain.
”Baginya, seorang dosen harus selalu belajar dan belajarnya itu memang agak dipaksa ke luar negeri. Bukan menganggap luar negeri jauh lebih baik daripada dalam negeri, tapi beliau ingin teman-teman dosen punya wawasan yang lebih luas,” ujar Ferdinandus.
Pada periode kedua memimpin Unika Soegijapranata, Romo Sastrapratedja tekun menyiapkan transformasi kepemimpinan. Selama bertahun-tahun, kampus itu selalu dipimpin oleh rektor yang berasal dari pihak luar Unika Soegijapranata, seperti romo ataupun bruder.
”Waktu itu Romo Sastrapratedja mengatakan, mulai sekarang semua harus siap (menjadi rektor). Itu adalah peninggalan yang paling sesuatu banget karena tanpa itu kami tidak berani mengambil peran sebagai rektor. Kala itu, beliau menyiapkan betul teman-teman internal kampus menjadi rektor,” kata Ferdinandus.
Baginya, seorang dosen harus selalu belajar dan belajarnya itu memang agak dipaksa ke luar negeri.
Setelah selesai bertugas di Unika Soegijapranata, posisi Romo Sastrapratedja sebagai rektor digantikan oleh dosen internal, Teguh Sismanto. Sejak saat itu, jabatan rektor diisi oleh orang-orang dari dalam Unika Soegijapranata.
Tangkapan layar video wisuda daring dengan teknologi face tracking dan realitas berimbuh (augmented reality) oleh Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah.
Ferdinandus menilai, selain sebagai sosok yang visioner, Romo Sastrapratedja juga merupakan orang yang perfeksionis. Untuk membuat sebuah sambutan dalam acara wisuda, misalnya, Romo Sastrapratedja harus membaca berpuluh-puluh buku supaya apa yang disampaikan dalam sambutan itu benar-benar bagus.
Romo Sastrapratedja juga dikenal sangat disiplin oleh para dosen dan mahasiswa di Unika Soegijapranata. Jika acara kampus tidak tepat waktu atau molor, biasanya Romo Sastrapratedja akan meninggalkan acara tersebut. Hal itu kemudian membuat para dosen dan mahasiswa di kampus terbiasa menyelenggarakan acara tepat waktu.
Kepada para dosen, Romo Sastrapratedja juga disebut Ferdinandus sangat perhatian, terutama terkait nilai-nilai TOEFL para dosen. Sebab, nilai TOEFL yang baik diyakini Romo Sastrapratedja akan melancarkan para dosen menjalani studi lanjut di luar negeri.
Didie SW
Sebelum meninggalkan Unika Soegijapranata pada tahun 2005, Romo Sastrapratedja memberikan hadiah kepada empat wakil rektornya, termasuk Ferdinandus yang kala itu menjadi wakil rektor 3. Hadiah yang diberikan Romo Sastrapratedja disebut Ferdinandus berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan setiap penerimanya. Butuh waktu lebih dari satu bulan bagi Romo Sastrapratedja untuk menyiapkan hadiah-hadiah tersebut.
”Wakil rektor yang saat itu sering terlambat diberi jam. Sementara itu, saya diberi lukisan kecil yang ada tulisannya 'imagine can fly your dreams'. Saat itu, saya adalah yang paling muda di antara para wakil rektor. Hadiah itu luar biasa berkesan bagi saya,” imbuh Ferdinandus.
Sosok Romo Sastrapratedja juga amat dikagumi oleh Romo Gregorius Budi Subanar SJ, dosen di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus mantan mahasiswa Romo Sastrapratedja di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta. Saat menjadi mahasiswa di STF Driyarkara, Romo Subanar pernah dibuat terkesan oleh pernyataan Romo Sastrapratedja.
Romo G Budi Subanar SJ memimpin misa pemberkatan jenazah Djaduk Ferianto, musisi dan seniman asal Yogyakarta, di Padepokan Bagong Kussudiarja, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (13/11/2019). Djaduk meninggal di kediamannya, Rabu dini hari.
”Waktu itu beliau bilang bahwa dirinya berpakaian rapi untuk menghormati kami, para mahasiswanya. Dan benar, Romo Sastrapratedja ini memang selalu berpakaian rapi. Setelah saya menjadi dosen belajar dari situ, tentang bagaimana saya harus menghormati dan menempatkan mahasiswa,” kata Romo Subanar.
Subanar menyebutkan, Romo Sastrapratedja sebagai pribadi yang visioner dalam bidang keilmuan. Saat menjadi rektor di Sanata Dharma, Romo Sastrapratedja merintis program Pascasarjana Interdisipliner untuk Kajian Religi dan Budaya serta Kajian Bahasa Inggris.
”Dalam relasinya sebagai rektor, kepada kami para dosen dan karyawan, Romo Sastrapratedja itu menjadi sangat tidak berjarak. Karena mengajar filsafat manusia, beliau menjadi sangat manusiawi,” ujarnya.
Romo Subanar terakhir kali bertemu dengan Romo Sastrapratedja sekitar dua tahun lalu. Pertemuan terakhir keduanya ada di Rumah Tua Emaus Girisonta. ”Kala itu, Romo Sastrapratedja masih dengan gayanya, ramah dengan cara mengejek,” imbuhnya.