logo Kompas.id
Nusantara”Siapa Pun Presidennya, Kami...
Iklan

”Siapa Pun Presidennya, Kami Hanya Ingin Hidup yang Lebih Mudah...”

Warga kecil di Kendari berharap agar pemilu berjalan jujur serta berujung pada kehidupan yang lebih baik ke depan.

Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
· 4 menit baca
Warga mencelupkan jari ke tinta sehabis menyalurkan hak pilih di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Warga berharap pemilu berjalan jujur, adil, dan lancar serta berujung pada perbaikan kehidupan.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Warga mencelupkan jari ke tinta sehabis menyalurkan hak pilih di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Warga berharap pemilu berjalan jujur, adil, dan lancar serta berujung pada perbaikan kehidupan.

Berjalan tertatih, Mudali (57) keluar dari tempat pemungutan suara di Kendari, Sulawesi Tenggara. Pemulung ini adalah satu dari jutaan warga yang menyalurkan hak pilih dalam Pemilu 2024. Di tengah berbagai kesulitan hidup, ia menuturkan, hanya ingin pemilu yang jujur dan hidup yang lebih mudah.

Sebelum pukul 08.00 Wita, Rabu (14/2/2024), Mudali telah tiba di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 16, Mandonga, Kendari. Bersama anak istrinya, ia berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari rumah kontrakannya. Ia sebelumnya menetap di wilayah tersebut sehingga terdaftar sebagai pemilih. Ia memilih pindah untuk mencari tempat tinggal yang lebih murah dan sedikit lebih besar dari sebelumnya.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

”Saya anak enam orang, yang tiga ikut neneknya. Di kamar yang sekarang, kami ada lima. Kadang saya tidur di teras karena tidak cukup,” kata Mudali. Anak bungsunya, Akila Zahra (2), berlarian di dekatnya.

Seperti pemilu yang lalu, ia kembali menyalurkan hak pilih bersama Dewi Kusmani (38), istrinya. Ia rutin ikut memilih sembari berharap kehidupan yang lebih baik ke depan. Sebab, kehidupan dirasa semakin berat.

Sebagai pemulung, ia berjuang dari malam hingga dini hari untuk mencari plastik di sekeliling Kota Kendari. Ia mendatangi rumah makan, kafe, hingga mengaduk bak sampah. Uang Rp 50.000 adalah rerata pendapatan yang ia kumpulkan setiap hari. Sementara pengeluaran semakin tinggi.

Warga mengamati daftar peserta pemilu sebelum menyalurkan hak pilih di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Warga berharap pemilu berjalan jujur, adil, dan lancar serta berujung pada perbaikan kehidupan.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Warga mengamati daftar peserta pemilu sebelum menyalurkan hak pilih di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Warga berharap pemilu berjalan jujur, adil, dan lancar serta berujung pada perbaikan kehidupan.

Untuk kamar kontrakan, ia mengeluarkan Rp 500.000 per bulan. Kebutuhan listrik Rp 250.000. Jumlah total dua kebutuhan ini telah mencapai setengah dari pendapatan kasar bulanannya. Kebutuhan makan dan sekolah anak pun harus terpenuhi.

”Kami dapat BPJS dan bantuan PKH. Itu pun masih selalu ada yang kurang. Kalau orang seperti kami, tahunya kesehatan, ekonomi, semakin baik,” katanya. ”Dulu pernah dapat bantuan untuk disabilitas, tapi sekarang tidak lagi,” ucapnya lagi. Kakinya patah sejak kecil sehingga menyulitkannya berjalan cepat.

Baca juga: "Quick Count" Litbang Kompas Dapat Cegah Kecurangan Pemilu

Di tengah kondisi kesehatan yang dialami, ia merasakan perekonomian semakin sulit. Harga bahan pangan melambung dan sulit diakses masyarakat kecil. Keamanan juga sering kali jadi masalah, apalagi ia sering keluar di malam hari.

Selama menjelang pemilu, ia juga banyak mendengar adanya kecurangan dan hal yang tidak pantas dilakukan. ”Tapi, kami orang kecil, maunya pemilu itu jujur, adil, jangan ricuh. Biar cari uang gampang. Semoga nanti yang terpilih bisa bikin yang lebih baik,” katanya.

Ismutiah (47), warga Kendari lainnya, datang bersama suami dan tiga anaknya. Ibu rumah tangga ini antusias menyalurkan hak pilih. Bagi ibu empat anak ini, pemilu menjadi harapan untuk kehidupan yang semakin baik ke depan.

Seorang narapidana berjalan menuju tempat pemungutan suara di Rutan Kelas IIA Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Ratusan napi menyalurkan hak pilih dalam Pemilu 2024 ini. Meski begitu, masih ada ratusan di antara mereka yang tidak memiliki hak pilih. Total DPT di Kendari sebanyak 238.205 pemilih.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Seorang narapidana berjalan menuju tempat pemungutan suara di Rutan Kelas IIA Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Ratusan napi menyalurkan hak pilih dalam Pemilu 2024 ini. Meski begitu, masih ada ratusan di antara mereka yang tidak memiliki hak pilih. Total DPT di Kendari sebanyak 238.205 pemilih.

Iklan

Beberapa tahun terakhir, ia merasakan sulitnya hidup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Utamanya, harga bahan makanan yang fluktuatif dan bisa melonjak dalam waktu singkat.

Oleh sebab itu, ia berharap siapa pun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden mendatang mampu menjawab tantangan ekonomi yang dihadapi warga, utamanya masyarakat kecil sepertinya. Penghasilan Jumadi (47), suaminya, yang merupakan buruh bangunan berkisar Rp 100.000 per hari.

”Sehari itu uang Rp 100.000 tidak cukup untuk kebutuhan keluarga. Mana harga beras sekarang mahal, belum yang lain,” kata transmigran asal Solo, Jawa Tengah, ini.

Baca juga: Demokrasi Berkualitas Butuh Kemampuan Berpikir Kritis

Siapa pun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden mendatang diharapkan mampu menjawab tantangan ekonomi yang dihadapi warga, utamanya masyarakat kecil.

Di Rumah Tahanan kelas IIA Kendari, ratusan narapidana juga menyalurkan hak pilih. Bergiliran, mereka memasuki dua TPS yang disiapkan panitia. Total ada 339 pemilih yang terdata.

Agus (25), yang terjerat kasus narkotika, menuturkan, ia terjebak pergaulan dan sulitnya ekonomi. Akhirnya, ia memilih jalan pintas menjual sabu di wilayah Kendari. Ia ditangkap polisi dua tahun lalu dan divonis 8,5 tahun penjara.

Menurut Agus, ia ingin menyalurkan hak pilih karena berharap banyak perbaikan di masyarakat. Sebab, ia merasa masih banyak ketimpangan yang terjadi, baik itu dalam ekonomi maupun penegakan hukum. ”Kita tahu sendiri, kalau orang kecil biasanya dihukum berat, tapi kalau ada keluarga, bisa ringan. Semoga nanti bisa berubah dan saat keluar bisa semakin baik,” ucapnya.

Narapidana menunggu panggilan untuk memilih di Rutan Kelas IIA Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Ratusan napi menyalurkan hak pilih dalam Pemilu 2024 ini.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Narapidana menunggu panggilan untuk memilih di Rutan Kelas IIA Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (14/2/2024). Ratusan napi menyalurkan hak pilih dalam Pemilu 2024 ini.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir sebelumnya mengingatkan, kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang diikuti tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pasti akan menghasilkan satu pemenang. Namun, pemilih harus mengetahui rencana-rencana dari para kandidat jika sudah terpilih. Jangan sampai pemilih memberi ”cek kosong” karena nasib 260 juta rakyat Indonesia selama lima tahun mendatang berada di tangan capres-cawapres terpilih hasil Pemilu 2024.

Pimpinan KPU dan Bawaslu harus menjaga martabat diri dan martabat bangsa karena menjadi salah satu penentu kesuksesan pemilu.

Haedar juga mengingatkan penyelenggara pemilu, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), untuk menjaga martabat dan marwah institusi masing-masing. KPU sebagai penyelenggara dan Bawaslu sebagai pengawas harus menjalankan fungsi sesuai peraturan perundang-undangan. Pimpinan KPU dan Bawaslu harus menjaga martabat diri dan martabat bangsa karena menjadi salah satu penentu kesuksesan pemilu.

”Jangan ada yang masuk angin, angin timur, selatan, utara, barat, karena pertaruhannya terlalu besar,” katanya (Kompas, 28/12/2023).

Mudali berjalan tertatih mengikuti anak istrinya yang telah jauh di depan. Ia telah menyalurkan hak pilih, dan berharap proses berjalan jujur dan adil. Mimpi besarnya, pemimpin baru nanti bisa menjawab berbagai tantangan hidupnya.

”Dari mulung, yang tidak cukup itu dicukupkan. Yang penting halal,” ujarnya.

Hanafiah (60) memungut sampah plastik dari pesisir Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (2/1/2022). Janda berusia lanjut ini bertahan hidup dengan memulung sampah plastik setiap hari. Ia dan sejumlah perempuan pemulung lain tidak mendapat bantuan dari pemerintah sama sekali meski berulang kali didata.
SAIFUL RIJAL YUNUS

Hanafiah (60) memungut sampah plastik dari pesisir Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (2/1/2022). Janda berusia lanjut ini bertahan hidup dengan memulung sampah plastik setiap hari. Ia dan sejumlah perempuan pemulung lain tidak mendapat bantuan dari pemerintah sama sekali meski berulang kali didata.

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000