logo Kompas.id
NusantaraSemangat ”Nyoblos” Warga Demak...
Iklan

Semangat ”Nyoblos” Warga Demak Tak Surut meski Banjir Belum Surut

Korban banjir di Demak, Jawa Tengah, antusias ikut pemilu. Sebagian orang kecewa karena pemilu ditunda akibat banjir.

Oleh
KRISTI DWI UTAMI
· 6 menit baca
Petugas ketertiban Tempat Pemungutan Suara 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, berjaga pada Rabu (14/2/2024). Kendati dilanda baniir, sejumlah pemilih tetap antusias datang ke TPS untuk menggunakan hak suaranya.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Petugas ketertiban Tempat Pemungutan Suara 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, berjaga pada Rabu (14/2/2024). Kendati dilanda baniir, sejumlah pemilih tetap antusias datang ke TPS untuk menggunakan hak suaranya.

Harti (58) beberapa kali melongokkan kepalanya ke area Tempat Pemungutan Suara (TPS) 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024) pagi. Di dalam TPS, sejumlah orang bersepatu bot sedang berdiri melingkar, mengikuti pengarahan sebelum menggelar pemungutan suara.

Melihat Harti di depan TPS, salah seorang petugas lantas memanggilnya. ”Monggo masuk, sudah bisa nyoblos,” kata sang petugas. Mendengar ucapan itu, Harti bergegas melangkahkan kedua kakinya yang tak beralas seraya menyingsingkan celana hitamnya menuju area dalam TPS.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Kepada petugas, Harti menyerahkan undangan memilih. Dia kemudian diberi lima lembar surat suara, lalu menuju bilik suara untuk mencoblos. Seusai mencoblos dan memasukkan surat suara ke dalam kotak yang disediakan, Harti mencelupkan kelingking kirinya ke dalam wadah tinta.

Baca juga: Pemilu di 10 Desa di Demak Ditunda karena Banjir, 27.000 Pemilih Terdampak

Harti (58), warga Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menunjukkan kelingkingnya yang telah bertinta, tanda baru saja menggunakan hak suaranya, Rabu (14/2/2024). Harti tetap antusias menerjang banjir yang merendam rumah dan lingkungannya demi menggunakan hak suaranya.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Harti (58), warga Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menunjukkan kelingkingnya yang telah bertinta, tanda baru saja menggunakan hak suaranya, Rabu (14/2/2024). Harti tetap antusias menerjang banjir yang merendam rumah dan lingkungannya demi menggunakan hak suaranya.

Harti merupakan pemilih pertama yang menggunakan hak pilihnya di TPS 02 Ngelowetan pagi itu. Senyum tampak menghiasi wajahnya karena telah menggunakan hak pilihnya. Berkali-kali, Harti memandangi dan memamerkan kelingkingnya yang telah bertinta kepada warga lain yang mulai berdatangan.

”Pemilu itu penting, untuk menentukan presiden, pemimpin negara kita. Walaupun banjir, harus tetap nyoblos,” katanya berapi-api.

Pagi itu, Harti menerjang banjir setinggi 40 sentimeter (cm) yang merendam rumah hingga jalanan menuju TPS 02 Ngelowetan. Dari rumahnya yang berjarak sekitar 500 meter, Harti memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di TPS.

Warga dengan kelingking bertinta berjalan pulang ke rumahnya seusai menggunakan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Wilayah itu baru pertama kali dilanda banjir, setidaknya sejak setengah abad terakhir.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Warga dengan kelingking bertinta berjalan pulang ke rumahnya seusai menggunakan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Wilayah itu baru pertama kali dilanda banjir, setidaknya sejak setengah abad terakhir.

Banjir sudah merendam rumah Harti dan wilayah sekitarnya sejak Senin (12/2/2024). Banjir itu merupakan yang pertama kali dialami Harti setelah lebih dari setengah abad dirinya hidup di wilayah tersebut.

Akibat banjir itu, sejumlah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kecamatan Mijen mengajukan permohonan relokasi TPS. Namun, KPPS 02 Ngelowetan tak mengajukan permohonan relokasi TPS.

Sebab, hingga Selasa (13/2/2024) malam, lokasi TPS itu tak terendam banjir karena posisinya lebih tinggi dari jalanan. Namun, pada Rabu pagi, sebagian area TPS terendam banjir dengan ketinggian 5-10 cm.

https://cdn-assetd.kompas.id/hzg4NG0sgWW60lAtWYNd3dtKzXA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F14%2F44f711ad-571e-4ac1-967d-00ecb51c2d52_jpg.jpg

Calon pemilih mengantre sebelum menggunakan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Kendati dilanda banjir, sejumlah warga di wilayah itu tetap antusias mengikuti pemilu. Dari sebanyak 227 orang pemilih, sebanyak 150 orang datang ke TPS tersebut untuk menggunakan hak suaranya.

”Pagi ini air baru naik, jadi tidak sempat pindah lokasi. Kalau dari kemarin terendam, pasti sudah saya ajukan untuk pindah juga,” kata Ketua KPPS 02 Ngelowetan Agus Sanyoto, Rabu siang.

Meskipun TPS itu terendam banjir, Agus tetap antusias menjalankan tugasnya melayani para pemilih. Sejak pukul 05.30, Agus dan para petugas sudah tiba di TPS 02 Ngelowetan. Mereka berangkat lebih awal untuk menata dan menyiapkan logistik pemilu di TPS.

Sebelumnya, para petugas itu juga berupaya keras mengajak warga memilih, mulai dari mendatangi rumah-rumah warga yang belum menggunakan hak suaranya hingga menyampaikan ajakan untuk memilih melalui pengeras suara di masjid-masjid.

https://cdn-assetd.kompas.id/axlQFy0oUXq_oTivBPWH6_EPEgo=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F14%2F54dcd183-9936-4ce7-bb41-a93af662f778_jpg.jpg

Banjir menggenangi sebagian area Tempat Pemungutan Suara 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Banjir tersebut merupakan yang pertama kali terjadi di wilayah tersebut, setidaknya sejak 50 tahun terakhir.

Sekitar pukul 08.00, pemungutan suara mulai dilayani di TPS itu. Para etugas yang awalnya resah langsung tersenyum saat melihat Harti, pemilih pertama di hari itu, datang ke TPS. Menurut Agus, dari 227 pemilih yang tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT) di TPS itu, sebanyak 150 orang atau 66 persen menggunakan hak pilihnya.

Iklan

Gagal memilih

Sekitar 4,5 kilometer (km) dari Ngelowetan, tepatnya di posko pengungsian Balai Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Demak, Dahnia (19) duduk termenung. Gurat-gurat kekecewaan menghiasi wajah calon pemilih pemula yang gagal menggunakan hak pilihnya pada Rabu itu.

”Saya sedih karena gagal nyoblos untuk pertama kali hari ini. Dari tadi lihat di media sosial, teman-teman saya mengunggah foto soal pemilu. Jujur, saya iri,” ujar warga Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar, itu.

Warga korban banjir beristirahat di posko pengungsian Balai Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Sejumlah warga yang mengungsi di lokasi itu, mayoritas merupakan warga dari berbagai desa di Karanganyar. Mereka tak bisa menggunakan hak suaranya pada Rabu karena tempat pemungutan suara mereka terendam banjir dengan ketinggian mencapai 3 meter. Ada 10 desa di Karanganyar yang dijadwalkan bakal melakukan pemungutan suara susulan dalam 10 hari mendatang.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Warga korban banjir beristirahat di posko pengungsian Balai Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Sejumlah warga yang mengungsi di lokasi itu, mayoritas merupakan warga dari berbagai desa di Karanganyar. Mereka tak bisa menggunakan hak suaranya pada Rabu karena tempat pemungutan suara mereka terendam banjir dengan ketinggian mencapai 3 meter. Ada 10 desa di Karanganyar yang dijadwalkan bakal melakukan pemungutan suara susulan dalam 10 hari mendatang.

Padahal, mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang, Jateng, itu sangat antusias mengikuti Pemilu 2024. Bahkan, beberapa sehari sebelum pemungutan suara, dia telah pulang ke Demak karena kampusnya mengadakan kuliah daring selama sepekan agar para mahasiswa dari luar kota bisa pulang untuk mengikuti pemilu.

”Waktu tahu kalau disuruh kuliah daring supaya bisa ikut pemilu, saya senang sekali. Kebetulan, saya sudah punya calon presiden yang bakal saya pilih. Tapi mau bagaimana lagi, yang namanya bencana tidak ada yang tahu kapan datangnya,” tuturnya.

Dahnia adalah satu dari 4.488 pemilih di Desa Wonorejo yang gagal menggunakan hak pilihnya tepat waktu. Hal itu terjadi karena banjir yang sejak Kamis (8/2/2024) melanda wilayah itu belum juga surut. Dahnia dan puluhan ribu pemilih lain di Demak terpaksa harus mengikuti pemungutan suara susulan.

Suasana posko pelayanan daftar pemilih tambahan di Balai Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Sejak pekan lalu, tempat itu menjadi tempat menyimpan barang-barang bantuan bagi korban banjir yang mengungsi di Balai Desa Ngaluran.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Suasana posko pelayanan daftar pemilih tambahan di Balai Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Sejak pekan lalu, tempat itu menjadi tempat menyimpan barang-barang bantuan bagi korban banjir yang mengungsi di Balai Desa Ngaluran.

Meski harus mengikuti pemungutan suara susulan, Dahnia mengaku tetap antusias menggunakan hak pilihnya. ”Seandainya nanti waktu pemilu susulan saya sudah kuliah luring, saya akan tetap pulang supaya bisa ikut pemilu,” tuturnya.

Terjebak macet

Banjir di Demak juga menyebabkan sejumlah pengendara dari luar kota gagal mengikuti pemilu. Kondisi itu, antara lain, dialami Sudarmanto (38), warga Kabupaten Magelang, Jateng, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir truk. Pada Rabu pagi, dia mengendarai truk dari Kabupaten Jepara, Jateng, menuju Magelang. Namun, dia justru terjebak kemacetan di Demak akibat banjir.

”Tadi berangkat dari Jepara pukul 04.30, kalau lancar maksimal pukul 09.00 seharusnya saya sudah sampai di Magelang. Tapi, ini malah terjebak macet, tidak gerak sama sekali sudah lima jam. Sudah pasti saya gagal nyoblos,” katanya saat ditemui di Jalan Trengguli-Welahan di Kecamatan Mijen, Rabu siang.

https://cdn-assetd.kompas.id/2xRzUx9CbqQWSfEKA8rUNEUVXRE=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F14%2F706c7238-45dc-452c-b4eb-b812a9b21d09_jpg.jpg

Sejumlah truk macet di Jalur Utama Demak-Jepara di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Para sopir yang terjebak macet akibat banjir di wilayah itu terpaksa tidak bisa menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, Rabu.

Sudarmanto mengaku kecewa karena tidak bisa nyoblos. Namun, ia hanya bisa pasrah karena kemacetan sepanjang 10 km di jalur utama Demak-Jepara itu di luar perkiraannya. Hingga Rabu petang, kemacetan di wilayah itu belum terurai.

Kekecewaan juga diungkapkan Risqi Handriyanto (26), warga Desa Cangkring Rembang, Kecamatan Karanganyar, yang seharusnya bertugas sebagai anggota KPPS untuk pertama kali. Namun, dia belum jadi bertugas karena pemungutan suara di wilayahnya ditunda akibat banjir.

”Rasanya bahagia sekali bisa terlibat dalam pesta demokrasi di negara ini. Sayangnya, waktu tugasnya harus ditunda karena bencana. Meski ada rasa kecewa, tetapi saya berjanji akan tetap bekerja maksimal saat nanti bertugas di pemungutan suara susulan,” ucap Risqi.

https://cdn-assetd.kompas.id/EveeurFJ0PbzxX1D3eJc-sRim9c=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F14%2Fc5c4308a-1919-434d-a73b-050859d26816_jpg.jpg

Petugas menunggu para pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 02 Desa Ngelowetan, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Sehari sebelumnya, TPS itu aman dari banjir sehingga tak diusulkan untuk direlokasi. Namun, pada Rabu, air banjir dari wilayah Kecamatan meluas ke arah Kecamatan Mijen, termasuk ke Desa Ngelowetan.

Baca juga: TPS Terendam, 10 Desa di Demak Diusulkan Pemilu Susulan

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Demak Siti Ulfaat mengatakan, ada 27.669 calon pemilih di sepuluh desa di Kecamatan Karanganyar yang gagal mengikuti pemilu pada Rabu. Mereka akan dijadwalkan mengikuti pemungutan suara susulan paling lambat 10 hari kemudian.

Ada 27.669 calon pemilih di sepuluh desa di Kecamatan Karanganyar yang gagal mengikuti pemilu pada Rabu. Mereka akan dijadwalkan mengikuti pemungutan suara susulan paling lambat 10 hari kemudian.

”Alasan penundaannya karena TPS-TPS tersebut rata-rata terendam dengan ketinggian air mencapai 3 meter. Selain itu, posisi para pemilih dan KPPS tersebar sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan relokasi,” kata Ulfaat.

Sementara itu, pada Rabu, ada 21 TPS di enam kecamatan yang terpaksa direlokasi karena terdampak banjir yang meluas. Sebanyak 21 TPS itu tersebar di Karangawen, Sayung, Karangtengah, Gajah, Mijen, dan Demak.

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000