Pemungutan Suara di Rempang, Warga Mencoblos dalam Bayang-bayang Penggusuran
Warga Rempang memperjuangkan nasib kampung tua yang terancam digusur dengan bertarung di bilik suara.
Belum genap pukul 08.00, warga Kampung Pasir Panjang sudah berduyun-duyun ke tempat pemungutan suara. Di bawah pokok mangga tepi pantai, di TPS 009, itu masa depan kampung mereka jadi taruhan.
Pasir Panjang adalah satu dari lima kampung tua Melayu yang akan digusur pemerintah untuk tahap pertama Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City, Batam, Kepulauan Riau. Lebih kurang ada 961 keluarga yang bakal terdampak.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
”Saya nyoblos untuk milih presiden yang lebih baik supaya anakku bisa dikeluarkan dari penjara,” kata Ramli (53), Selasa (14/2/2024).
Anak Ramli, Rafi (23), sudah lima bulan meringkuk di balik jeruji. Ia adalah salah satu dari 35 demonstran aksi bela Rempang yang ditangkap polisi seusai ricuh di depan Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam pada 11 September 2023.
Warga lain, Sarmik (72), mengatakan, datang ke TPS untuk memperjuangkan kampungnya. Ia memilih pemimpin yang dirasa akan mendengarkan suara warga Rempang yang menolak penggusuran kampung tua untuk PSN.
”Bisa saja ini adalah pemilu terakhir di kampung. Tergantung siapa presiden yang terpilih. Kalau seperti presiden yang lama, kami jadi payah,” ujarnya.
Belum selesai Sarmik bicara, dua bus besar berhenti di ujung jalan kampung. Orang-orang yang turun dari bus langsung berduyun menuju TPS.
”Itu orang kampung yang setuju relokasi. Mereka sudah pindah ke Batam. Kami menganggap mereka orang asing,” ucap Sarmik sambil buru-buru meninggalkan TPS.
Bagi warga yang setuju direlokasi, pemerintah setiap bulan memberikan uang sewa rumah Rp 1,2 juta per keluarga. Selain itu, pemerintah juga memberikan uang tunggu Rp 1,2 juta per kepala sampai rumah relokasi yang dijanjikan rampung dibangun.
Sebagian warga yang telah setuju direlokasi kini tinggal di rumah-rumah yang disediakan BP Batam. Sebagian lainnya mencari hunian sementara secara mandiri dengan tinggal di rumah-rumah kontrakan di Pulau Batam.
Baca juga: Proyek Kejar Tayang di Rempang
Suasana TPS
Suasana serba kikuk amat terasa. Warga yang menolak penggusuran langsung menjauhi TPS sampai kelompok warga yang setuju relokasi selesai mencoblos.
”Kami semua saudara dan berbeda pendapat itu harusnya hal biasa, termasuk soal setuju atau menolak relokasi,” kata Arini (31).
Keluarga Arini adalah salah satu dari lebih kurang 30 keluarga di Pasir Panjang yang telah setuju pindah ke hunian sementara. Sejak lima bulan lalu, ia tinggal di sebuah rumah kontrakan di Pulau Batam.
”Kami naik bus ramai-ramai pulang lagi ke kampung karena penting sekali untuk memilih. Kampung kami sedang bermasalah dan butuh solusi,” ujarnya.
Warga lain yang setuju relokasi, Yana (34), berharap presiden terpilih nanti bisa menepati janji kepada warga yang telah setuju direlokasi. Ia ingin rumah hunian tetap segera dibangun dan uang ganti rugi segera dibayarkan.
Saya sudah berkali-kali jadi Ketua KPPS di sini, inilah pemilu dengan antusiasme warga paling tinggi.
Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara di TPS 009 Wildan menyatakan, jumlah daftar pemilih tetap di TPS 009 sebanyak 272 orang. Adapun warga yang datang mencoblos berjumlah 240 orang.
”Saya sudah berkali-kali jadi Ketua KPPS di sini, inilah pemilu dengan antusiasme warga paling tinggi,” kata Wildan.
Antusiasme pemilih yang tinggi di Rempang mengisyaratkan besarnya harapan rakyat. Masa depan warga Rempang dan nasib kampung mereka ada di tangan para pemimpin baru.
Baca juga: Menggugat Dalih Pembangunan Rempang