Ratusan Sapi di Bulukumba Mati, Penyebab Masih Misterius
Beberapa bulan terakhir, ratusan ekor ternak sapi mati di Bulukumba. Sampel diteliti untuk mencari penyebabnya.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Ratusan sapi di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, mati mendadak dalam setahun terakhir. Kematian terbaru menimpa puluhan ekor sapi di dua kecamatan di wilayah ini dalam beberapa bulan terakhir. Penyebab kematian sapi itu sebagian karena penyakit mulut dan kuku, penyakit jembrana, dan dampak El-Nino. Namun, pemicu lainnya masih belum diketahui.
Informasi yang diperoleh di Kecamatan Ujung Bulu dan Batukaropa, dua sentra peternakan sapi di Bulukumba, setidaknya ada ratusan sapi yang mati dalam 2-3 bulan terakhir. Sapi-sapi ini mati dengan gejala diare hijau, diare berdarah, demam tinggi, mulut berbusa, gigi goyang, dan tak mau makan. Ada pula yang mengeluarkan darah di telinga.
”Ada ratusan dalam beberapa bulan terakhir. Sebenarnya sejak awal 2023 sudah mulai ada kematian. Setelah diteliti oleh pihak dinas peternakan, penyebabnya adalah PMK, jembrana, dan pengaruh El Nino di mana sapi gampang terkena virus. Itu sudah dilakukan penanganan. Tapi, tiga bulan terakhir terjadi lagi kematian,” kata M Arsul Sani, Kepala Desa Tamatto, Kecamatan Ujung Loe, yang dihubungi, Selasa (6/2/2024).
Berdasarkan laporan yang diterima dari desa-desa yang mengalami kematian sapi, Dinas Peternakan Bulukumba mencatat, sepanjang 2023 hingga awal tahun ini ada 399 ekor sapi mati. Namun, sapi yang mati dan ditemukan sudah menjadi bangkai sekitar 259 ekor. Sisanya, sapi-sapi itu diduga disembelih karena peternak khawatir sapinya tertular. Ada dugaan pula sebagian sapi itu mati diracun, tetapi hal itu pun masih diteliti.
Saat ini, pihak pemerintah desa dan dinas peternakan terus mendata dan menginvestigasi kasus kematian sapi ini.
Dinas Peternakan Bulukumba mencatat, sepanjang 2023 hingga awal tahun ini ada 399 ekor sapi mati.
Kepala Dinas Peternakan Bulukumba Thaiyeb Maningkasi yang dihubungi secara terpisah mengakui adanya kasus ini. Sejumlah sampel telah diambil dan dikirim ke Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan, dan Denpasar, Bali, untuk diteliti.
”Sepanjang 2023 hingga Januari tahun ini ada 259 sapi mati yang benar-benar ditemukan dalam kondisi sudah jadi bangkai. Dulu sudah pernah kami teliti dan penyebabnya adalah PMK, jembrana, dan juga pengaruh El Nino. Kasus kematian terakhir dari akhir 2023 hingga Januari ini di dua lokasi masing-masing 37 dan 39 ekor yang ditemukan mati dalam kondisi sudah jadi bangkai. Sampel telah kami ambil dan hasilnya masih kami tunggu,” katanya.
Dia mengatakan, sembari menunggu hasil uji laboratorium, pihaknya juga terus mengumpulkan data dan informasi di lapangan. Pengobatan juga dilakukan pada sapi-sapi lainnya yang masih bisa diselamatkan.
Thaiyeb menduga penyebab kematian sapi-sapi ini di antaranya berasal dari sapi yang dibawa pedagang dari daerah lain. Sebelumnya, beberapa kali Dinas Peternakan Bulukumba menutup Pelabuhan Tanjung Bira untuk sapi-sapi yang dibawa dari luar.
Bulukumba adalah salah satu sentra ternak sapi di Sulsel. Hampir semua kecamatan di wilayah ini memiliki ternak sapi. Biasanya sapi diperdagangkan keluar Bulukumba hingga ke Kalimantan.