Tanggapan Gibran soal Tarif Foto ”Prewedding” di Destinasi Wisata Cirebon
Pengelola wisata di Kota Cirebon dibela atas isu tarif tinggi foto pranikah oleh Gibran Rakabuming Raka.
Tarif foto ”prewedding” di sejumlah destinasi wisata di Kota Cirebon, Jawa Barat, mencapai ratusan ribu rupiah per sesi. Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, kaget dengan tarif tersebut. Sebaliknya, pengelola wisata menilai, harga itu wajar dan sesuai aturan.
Isu tarif ini mencuat dalam acara ”Gimmick Gibran” di Domo Coffee & Resto, Cirebon, Selasa (30/1/2024). Kegiatan itu mempertemukan Gibran, putra sulung Presiden Joko Widodo, dengan berbagai komunitas. Mulai dari pegiat fotografi, film, fashion, hingga pemengaruh (influencer).
Gibran hadir mengenakan kemeja bermotif sejumlah wajah manusia, celana hitam, serta sepatu kets. Terik matahari, yang mencairkan es krim gelato di mejanya, tidak menginterupsi Gibran saat mendengar satu per satu harapan dan keluhan perwakilan komunitas anak muda itu.
Baca juga: Tak Berterima Kasih Usai Putusan MK, Gibran Digugat Wanprestasi
Salah satunya ihwal tarif foto prewedding atau pranikah. Habibie Ahmad Akbar, perwakilan komunitas fotografi Cirebon, mengeluhkan sejumlah tempat wisata yang sebelumnya gratis untuk foto pranikah kini berbayar setelah viral. Bahkan, ia menilai tarifnya terlalu tinggi.
”Bayar (untuk foto pranikah), okelah. Tapi, jangan se-saklek (tidak bisa ditawar), yang mungkin tadinya cuma Rp 40.000, sekarang menjadi Rp 750.000,” ungkap pemilik AIUEOS Studio ini. Nama studio fotonya itu diambil dari inisial anak kembar limanya, yakni A, I, U, E, dan O.
Habibie mencontohkan, tarif untuk membuat foto pranikah di Pantai Kejawanan Cirebon mencapai Rp 750.000 per kegiatan. Begitu pun dengan Goa Sunyaragi, yang dibangun pada 1703, tarif untuk foto pranikah Rp 300.000. Ia tidak tahu pasti sejak kapan harganya seperti itu.
Namun, menurut dia, komunitas fotografer Cirebon mengeluhkan tarif sebesar itu. Sejumlah kliennya pun akhirnya memilih mencari tempat lainnya untuk foto pranikah.
”Ayo sama-sama kita mengangkat tempat (wisata) kita. Tapi, jangan seperti itu juga (tarifnya),” ucap Habibie.
Ia khawatir, tingginya tarif itu membuat pengunjung enggan berfoto di destinasi wisata Cirebon. Padahal, foto tempat wisata bisa mengundang orang pelesiran ke ”Kota Udang”. Tahun lalu, lebih kurang 3,5 juta wisatawan mengunjungi daerah berpenduduk 340.000 jiwa tersebut.
Akses ke Cirebon juga lebih mudah. Pengunjung dapat memakai kereta api dengan waktu tempuh 3 jam dari Jakarta atau Jalan Tol Cikopo-Palimanan dengan waktu lebih kurang serupa. Pihaknya pun berharap Gibran bisa mengomunikasikan keluhan itu ke dinas pariwisata setempat.
Pembuat konten, termasuk fotografer, merupakan pelaku ekonomi kreatif yang dinamis atau cepat beradaptasi. Promosi produk, misalnya, tidak lagi mengandalkan baliho atau reklame, tetapi konten foto dan video yang disebarkan di berbagai media sosial.
Mendengar tarif ratusan ribu untuk foto pranikah, Gibran menceletuk, ”Mahal ya, (tarif itu) cuma untuk foto?” Ia lalu mengisahkan Pemkot Surakarta yang biasa mengajak videografer, pembuat konten, hingga pemengaruh untuk berkolaborasi memajukan pariwisata daerah.
”Itu kalau (untuk) influencer, wartawan, kita punya destinasi baru, seperti Solo Safari, saya gratisin,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin. Bagi Gibran, destinasi wisata baru, produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta menu makanan baru butuh peran pembuat konten.
”Kalau enggak ada content creator, enggak ada foto-foto yang bagus, kan, juga susah memviralkan sesuatu yang sebelumnya kita tidak tahu,” ucap pemilik akun Instagram dengan 2,4 juta pengikut ini. Katanya, pemerintah, pelaku usaha, dan pembuat konten saling membutuhkan.
Lihat juga: Gibran Rakabuming Raka Mendengarkan Aspirasi Generasi Muda Bandung
”Jadi, kalau ada tempat (wisata) baru, motif batik baru, event-event musik, kita biasanya manggil influencer sebanyak-banyaknya,” ujar Gibran yang mengaku sudah menangkap maksud keluhan Habibie. Ia akan menindaklanjuti masalah tersebut. Namun, ia tidak merinci upaya ke depannya.
Gibran menuturkan, pembuat konten, termasuk fotografer, merupakan pelaku ekonomi kreatif yang dinamis atau cepat beradaptasi. Promosi produk, misalnya, tidak lagi mengandalkan baliho atau reklame, tetapi konten foto dan video yang disebarkan di sejumlah media sosial.
Minat kerja pun mulai berubah. ”Kalian enggak pingin kerja kantoran, kan? Kalian enggak pingin kerja dari pukul 07.00 sampai pukul 17.00? Kalian enggak pingin jadi PNS (pegawai negeri sipil), kan? Bekraf solusinya. Artinya, kalian pingin hidup dari kreativitas kalian,” ucapnya.
Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) ialah lembaga non-kementerian yang fokus pada pengembangan ekonomi kreatif. Sejak 2019, Bekraf melebur ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sayangnya, Gibran tidak merinci rencana menghidupkan Bekraf kembali.
Tidak mahal
Terkait dengan keluhan Habibie dan komunitasnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Agus Sukmanjaya mengaku tidak tahu soal itu. Namun, pihaknya akan menindaklanjuti masalahnya.
”Nanti, biar saya komunikasikan dengan pengelolanya,” ucapnya via pesan singkat.
Kepala Bagian Humas dan Pemasaran Badan Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi Eko Ardi Nugraha membenarkan, tarif foto pranikah di tempat wisata tersebut Rp 300.000. Namun, jumlah itu untuk rombongan 11-30 orang. Adapun biaya tiket masuk ke kawasan itu Rp 25.000 per orang.
Rombongan pun bisa berada di Goa Sunyaragi dari pukul 08.00 sampai 17.00, sesuai waktu operasional. Menurut Eko, tarif foto pranikah di Sunyaragi jauh lebih murah dibandingkan dengan di destinasi wisata lainnya yang mematok harga hingga jutaan rupiah per kegiatan.
”Kalau jasa fotografer dari luar Cirebon bilang, harga (foto pranikah) di Sunyaragi ini kemurahan,” ucap Eko. Bahkan, jika ada siswa atau mahasiswa yang punya tugas fotografi di Sunyaragi, mereka hanya cukup membayar tiket masuk saja, Rp 10.000 per orang.
Sri Handayani dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, pengelola Pantai Kejawanan, mengatakan, tarif pembuatan konten pranikah ialah Rp 700.000 per kegiatan.
”Ini sesuai PP Nomor 85 Tahun 2021 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak,” tulisnya via pesan.
Aturan itu tercantum dalam lampiran PP No 85/2021 yang mengatur penerimaan bukan pajak pada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Disebutkan, pembuatan film/video untuk komersial adalah Rp 700.000 per kegiatan bagi domestik dan Rp 1,4 juta per kegiatan bagi mancanegara.
Sepertinya, sejumlah pihak terkait perlu duduk bersama untuk membahas polemik tarif foto pranikah di tempat wisata di Cirebon. Di luar itu, terdapat masalah mendasar mengenai hubungan pelaku ekonomi kreatif dengan pemerintah setempat, seperti pertanyaan Gibran.
“Kalian (anggota komunitas) sering ngumpul, ya? Terus ketemu siapa biasanya? Dari dinas atau bupati? Belum ada?” tanya Gibran.
Sejumlah perwakilan komunitas lalu serentak menjawab, “belum”.
Baca juga: Menakar Elektabilitas Gibran