Sembilan harimau mendesak dipindahkan dari Medan Zoo pascakematian empat harimau. Sanksi tegas bagi pengelola Medan Zoo
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sembilan harimau yang tersisa di Kebun Binatang Medan perlu segera ditranslokasi pascakematian empat harimau secara beruntun. Sebagai lembaga konservasi, Medan Zoo harus dijatuhi sanksi atas dugaan kelalaian. Kondisi kebun binatang dibiarkan terbengkalai tanpa ada langkah darurat yang diambil.
”Ini kondisinya sangat darurat karena ada kematian empat harimau secara beruntun dalam tiga bulan. Harimau yang tersisa perlu segera ditranslokasi ke lembaga konservasi yang lebih layak dan kompeten,” kata Ketua Forum Harimau Kita, Erni Suyanti, Selasa (30/1/2024).
Erni menyebut, tindakan tanggap darurat harus segera dilakukan. Apalagi, dari sembilan harimau yang tersisa, empat di antaranya merupakan harimau sumatera yang merupakan satwa endemik hutan hujan tropis Sumatera. Keberadaannya sangat penting mengingat statusnya populasinya di alam liar sudah kritis.
Kondisi Medan Zoo sebagai lembaga konservasi sudah sangat tidak layak. Harimau yang tersisa juga kondisinya saat ini masih sakit. Akan tetapi, Medan Zoo tidak memiliki klinik, obat-obatan, dan tenaga medis dokter hewan yang memadai. Kondisi kandang juga rusak, lembab, dan tidak memenuhi standar kesejahteraan hewan.
Sembilan harimau itu, kata Erni, harus segera dilakukan pemeriksaan medis secara mendalam dan menyeluruh untuk mengetahui kondisi kesehatannya dan langkah medis apa yang harus segera dilakukan.
Dengan kondisi Medan Zoo saat ini, Forum Harimau Kita mendorong agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) segera memberikan sanksi kepada Medan Zoo sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.22/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2019 tentang Lembaga Konservasi.
”Jika evaluasi dari KLHK ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan, perlu dijatuhi sanksi berupa penghentian sementara, denda, atau pencabutan izin lembaga konservasi. Sanksi harus diberikan agar kasus seperti ini tidak berulang. Jika dibiarkan, satwa harimau menjadi korban,” kata Erni.
Ini kondisinya sangat darurat karena ada kematian empat harimau secara beruntun dalam tiga bulan.
Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Fifin Nopiansyah mengatakan, mereka belum bisa membeberkan hasil evaluasi dilakukan terhadap lembaga konservasi Medan Zoo. Fifin juga tidak menjawab saat ditanya apakah pemerintah akan memindahkan satwa dan menjatuhkan sanksi kepada Medan Zoo.
”Sesuai berita sebelumnya saja. Kami belum bisa memberikan komentar saat ini,” kata Fifin.
Sebelumnya, Fifin menyebut ada empat harimau sumatera dan lima harimau benggala yang tersisa di Medan Zoo. Kondisi harimau kurus, lemas, dan sakit. BBKSDA Sumut dan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) disebut telah memberikan bantuan tenaga medis untuk menangani harimau itu.
Pejabat Sementara Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan Bambang Hendarto mengatakan, sebagai badan usaha milik daerah yang membawahkan Medan Zoo, mereka berupaya menyelamatkan harimau dan satwa lain yang ada di Medan Zoo. Dia menyebut, tiga dari sembilan harimau yang tersisa juga masih sakit. Penyakitnya sama dengan harimau yang mati sebelumnya, yakni gangguan ginjal, pernapasan, dan pencernaan.
Kematian harimau dan satwa lain terjadi secara beruntun sejak November lalu akibat krisis keuangan. Medan Zoo hanya mendapat sekitar Rp 36 juta sebulan dari retribusi pengunjung. Pendapatan itu tidak bisa menutupi biaya pakan Rp 80 juta dan gaji karyawan Rp 60 juta per bulan. Karyawan sudah lima bulan tidak mendapat gaji dan pakan terutang empat bulan. Krisis terjadi karena pengunjung yang menurun drastis sejak pandemi Covid-19.