Sembilan Harimau yang Tersisa Mendesak Diselamatkan
Sudah empat harimau mati di Medan Zoo, belum ada solusi nyata dari Pemkot Medan, selain wacana akan ada investasi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Satwa yang tersisa di Kebun Binatang Medan perlu diselamatkan pascakematian empat harimau dalam tiga bulan ini. Harimau dan satwa lain yang tersisa juga sakit dengan kondisi kandang, pakan, dan pemeriksaan medis yang tidak memadai akibat krisis keuangan. Pemerintah Kota Medan belum kunjung mengambil solusi darurat untuk menyelamatkan satwa.
”Kematian empat harimau secara berturut-turut sudah terjadi selama tiga bulan terakhir. Namun, hingga hari ini tidak ada langkah penyelamatan dari Pemerintah Kota Medan, selain wacana akan ada investor. Padahal, kondisinya membutuhkan penyelamatan darurat yang cepat,” kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Utara Rianda Purba, Senin (29/1/2024).
Menurut Rianda, Pemkot Medan membiarkan kondisi Medan Zoo yang terbengkalai, kandang-kandang rusak, pakan yang tidak memadai, dan karyawan yang sudah lima bulan tidak mendapat gaji. Empat harimau dan satwa lain mati berturut-turut, tetapi tidak ada langkah darurat yang diambil. Ia mendorong agar satwa yang tersisa segera dievakuasi ke lembaga konservasi lain yang layak.
Wali Kota Medan Bobby A Nasution mengatakan, langkah yang disiapkan Pemkot Medan untuk menyelamatkan Medan Zoo adalah renovasi total. Dia menyebut sudah ada investor yang berkomitmen untuk membangun Medan Zoo. Saat ini sedang dilakukan pembicaraan final mengenai siapa saja investor yang akan masuk. ”Target kami pada tahun 2024 ini terlaksana,” kata Bobby.
Bobby menyebut, kematian harimau yang terakhir harus dilihat secara komprehensif. Selain faktor kesehatan, pola pakan, dan manajemen, Bobby menyebut harimau benggala itu umurnya sudah tua, yakni 19 tahun. ”Kita harus lihat fakta seperti ini. Jangan sepenggal,” kata Bobby.
Pejabat Sementara Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan Bambang Hendarto mengatakan, sebagai badan usaha milik daerah yang membawahkan Medan Zoo, mereka berupaya menyelamatkan harimau dan satwa lain yang ada di Medan Zoo. ”Dari sembilan harimau yang ada saat ini, tiga harimau sedang sakit. Penyakitnya sama dengan harimau yang mati sebelumnya,” kata Bambang.
Tiga harimau yang sakit adalah jenis harimau sumatera. Kondisi penyakit dua harimau adalah infausta atau sulit disembuhkan, sedangkan kondisi satu harimau lagi lebih baik dan ada kemungkinan bisa disembuhkan. Harimau mengalami gangguan pernapasan, ginjal, dan pencernaan.
Bambang menyebut, saat ini mereka fokus untuk tanggap darurat menyelamatkan satwa yang tersisa. Mereka berkoordinasi dengan BBKSDA Sumut dan juga lembaga konservasi lain agar bisa menyediakan dokter hewan untuk memantau kondisi satwa yang sakit.
Untuk penyediaan pakan dan bantuan biaya operasional lainnya, Medan Zoo juga mencari donasi dengan program orangtua asuh. Sudah ada beberapa pihak yang berkomitmen menjadi orangtua asuh satwa dan menunggu tahap pelaksanaan.
Dari sembilan harimau yang ada saat ini, tiga harimau sedang sakit. Penyakitnya sama dengan harimau yang mati sebelumnya.
Selain itu, mereka juga mengharapkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan hibah pihak ketiga. Sejak awal Desember, pakan satwa di Medan Zoo dibantu Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) dan akan berakhir pada 15 Februari ini.
Soal revitalisasi Medan Zoo secara menyeluruh, Bambang menyebut, mereka belum mendapatkan informasi resmi dari Pemkot Medan. ”Kami berfokus pada solusi penyelamatan satwa,” kata Bambang.
Bambang mengatakan, Medan Zoo mengalami krisis keuangan sejak Covid-19 karena jumlah pengunjung tidak membaik. Saat ini, pengunjung Medan Zoo hanya sekitar 2.000 orang per bulan, jauh di bawah jumlah kunjungan sebelum Covid-19, yakni lebih dari 10.000 orang.
Medan Zoo hanya mendapat sekitar Rp 36 juta sebulan dari retribusi pengunjung, sedangkan biaya pakan Rp 80 juta dan gaji karyawan Rp 60 juta per bulan. Belum lagi biaya kebersihan, listrik, dan air.