Ratusan Mahasiswa ITB Tuntut Penghapusan Pinjaman Daring untuk Bayar Uang Kuliah
Pinjaman daring dianggap memberatkan mahasiswa dari golongan tidak mampu.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tuntutan sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung dalam aksi terkait pembayaran uang kuliah tunggal atau UKT dibalas klarifikasi oleh pihak kampus. Penggunaan pinjaman daring untuk melunasi uang kuliah yang mencapai jutaan rupiah ini dinilai memberatkan para mahasiswa, terutama yang memiliki keterbatasan biaya.
Ratusan mahasiswa memulai aksi di sekitar Rektorat ITB, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (29/1/2024) sekitar pukul 13.00 WIB. Mereka memprotes pembayaran UKT yang dinilai memberatkan sejumlah mahasiswa yang tidak mampu.
Menurut Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB Muhammad Yogi Syahputra, mahasiswa yang bermasalah dengan UKT tersebut lebih dari 90 orang. Mereka berasal dari berbagai fakultas dan angkatan dengan nilai minimal UKT yang harus dibayarkan per mahasiswa mencapai Rp 12,5 juta.
”Total mahasiswa terancam tidak bisa mengikuti kuliah semester ini yang kami terima itu ada 137 orang. Kami sudah mengupayakan bantuan dari alumni, dan sekarang masih tersisa 93 mahasiswa,” ujarnya saat ditemui di sela aksi.
Yogi berujar, salah satu solusi yang ditawarkan oleh pihak rektorat adalah penggunaan pinjaman daring. Namun, bunga yang dibebankan kepada mahasiswa dinilai terlalu memberatkan karena sebagian berasal dari golongan yang tidak mampu.
”Aksi demo ini kami lakukan karena solusi yang ditawarkan melalui pinjaman daring, itu suatu lembaga bernama Danacita. Perusahaan pinjaman daring di luar ITB ini bunga pinjamannya terlalu besar, hingga 20 persen. Jadi, yang tunggakannya Rp 12,5 juta, utang yang harus dibayar jadi Rp 15,5 juta. Sementara, tidak semua mahasiswa ITB berasal dari golongan yang mampu membayar,” ujarnya.
Karena itu, Yogi masih berharap para pejabat rektorat memikirkan jalan keluar terbaik. Skema pembayaran yang tidak memberatkan mahasiswa diperlukan agar mahasiswa yang bermasalah dengan UKT-nya bisa tetap melanjutkan kuliah.
Deovie Lentera Hikmatullah (21) adalah salah satu mahasiswa yang masih terkendala uang kuliah. Dia mengaku masih memiliki tunggakan hingga Rp 18,75 juta yang berasal dari UKT di beberapa semester sebelumnya.
Pilihan penggunaan pinjaman daring ini memberatkan Deovie karena orangtuanya hanya bekerja dari bengkel reparasi. Apalagi, keluarganya dalam kondisi kesulitan keuangan sehingga tidak ingin memberatkan keluarga dengan menambah pinjaman untuk melanjutkan kuliah.
”Orangtua sudah kesulitan, apalagi ada satu adik saya yang masih sekolah. Bapak pensiunan arsitek dan sekarang mencari uang dengan mereparasi barang-barang elektronik. Jadi, untuk membayar uang sebesar itu untuk kuliah, tidak mungkin. Kalau menggunakan pinjaman berbunga tinggi, kami akan semakin kesulitan,” katanya.
Aksi yang dilakukan para mahasiswa ITB ini berlangsung hingga pukul 16.00 WIB. Sebelumnya, Yogi bersama empat wakil mahasiswa masuk ke dalam Rektorat ITB dan melaksanakan pertemuan tertutup dengan pihak kampus.
Menurut Yogi, pertemuan itu tidak mengakomodasi tuntutan mereka dan mereka kecewa. Dia berujar, pihak kampus hanya mengklarifikasi kondisi di ITB saat ini dan tidak menerima sejumlah tuntutan dari mahasiswa, salah satunya terkait penghapusan opsi pinjaman daring berbunga.
”Mereka menolak kami semua yang aksi masuk ke dalam kampus. Mereka cuma mengklarifikasi data yang ada. Pihak kampus tidak memberikan solusi sehingga yang bisa kami harapkan kali ini adalah bantuan dari alumni dan beasiswa,” ujarnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto menyatakan, pimpinan ITB menjawab aspirasi mahasiswa tersebut dengan penjelasan terkait kebijakan UKT. ITB juga memberikan sejumlah opsi dalam pembayaran uang kuliah tersebut.
Pihak kampus tidak memberikan solusi sehingga yang bisa kami harapkan kali ini adalah bantuan dari alumni dan beasiswa.
Pinjaman daring yang disebutkan, lanjut Naomi, memang menjadi salah satu opsi untuk membayar UKT. Namun, mahasiswa juga memiliki pilihan lain, mulai dari beasiswa hingga pembayaran cicilan, kepada pihak kampus.
”Pimpinan ITB mengimbau mahasiswa untuk selalu berprasangka baik kepada kampus. ITB pasti tidak akan merugikan mahasiswanya,” ujar Naomi.