Pinjaman daring bisa digunakan untuk membayar uang kuliah. Meski begitu, mahasiswa tak tertarik opsi pembayaran itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Pinjaman daring atau pinjaman online tidak hanya mengincar mahasiswa untuk kebutuhan konsumtif mereka. Pembayaran uang kuliah pun sekarang bisa menggunakan tawaran pinjaman tersebut. Meski begitu, pilihan itu nyatanya tak terlalu menarik bagi mereka.
Soal pembayaran uang kuliah melalui pinjaman daring ramai diperbincangkan berawal dari cuitan akun @itbfess pada media sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter, sejak Kamis (25/1/2024). Cuitan itu berbunyi, ”Anjaaay, disuruh pinjol sama itb! Kami segenap civitas akademik ITB mengucapkan SELAMAT MEMBAYAR CICILAN BESERTA BUNGANYA”. Aplikasi pinjaman daring yang menawarkan layanan itu bernama Danacita.
Hingga Senin (29/1/2024) petang, cuitan tersebut telah disukai lebih dari 15.000 pengguna X dan dicuitkan kembali sebanyak 2.308 kali. Rata-rata respons pengguna media sosial itu cukup negatif. Kebanyakan menyayangkan adanya tawaran semacam itu.
Usut punya usut, Danacita juga mengadakan kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi lain. Salah satunya ialah Universitas Gadjah Mada (UGM). Isu soal pinjaman daring itu pun tak lepas dari sorotan para mahasiswa di perguruan tinggi tersebut.
Intan Putri Dahlia (27), mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, termasuk sebagai pihak yang ikut menyoroti masalah itu. Semula, ia tak mengetahui bahwa kampus tempatnya berkuliah menjalin kerja sama dengan layanan pinjaman daring. Pihaknya menyayangkan kerja sama itu meski belum pernah memanfaatkannya sekali pun.
”Memang bisa membantu, tetapi seharusnya pinjaman-pinjaman yang tidak menggunakan bunga. Karena, ini (pinjaman) bukan untuk keperluan konsumtif,” kata Intan.
Bagi Intan, mekanisme pinjaman daring itu malah berpotensi memberatkan mahasiswa di kemudian hari. Pasalnya, terdapat bunga pinjaman yang harus dibayarkan sewaktu mencicil angsuran setiap bulannya.
Kompas mencoba menggunakan simulasi pinjaman dari situs resmi Danacita sebesar Rp 16 juta, sesuai biaya uang kuliah tunggal milik Intan per semester. Hasil perhitungan simulasi, angsuran yang harus dibayarkan sebesar Rp 1,65 juta per bulan jika akan diangsur selama 12 bulan.
Apabila benar-benar menggunakan pinjaman itu, Intan malah total mengeluarkan uang sebesar Rp 19,84 juta untuk satu semester. Mahasiswa asal Riau itu justru membayar Rp 3,84 juta lebih banyak dibandingkan seharusnya. Biaya tambahan itu berasal dari biaya bulanan platform senilai 1,75 persen dan biaya persetujuan 3 persen.
”Ada bunga-bunga semacam itu tentu berat sekali. Padahal, seharusnya ini, kan, membantu. Kalaupun ada pinjaman, semestinya nol persen karena pinjaman juga diambil akibat keadaan terdesak,” kata Intan.
Thara Nadhirah (21), mahasiswa jurusan Manajemen FEB UGM, mengatakan, sangat jarang teman-temannya sesama mahasiswa tertarik menggunakan opsi pinjaman daring guna membayar uang kuliah. Sebaliknya, kata Thara, mahasiswa justru sebisa mungkin menghindari jerat pinjaman tersebut.
”Terlepas dari pengakuan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), memang anak-anak FEB tidak tertarik menggunakan pinjaman daring,” kata Thara.
Ada bunga-bunga semacam itu tentu berat sekali. Padahal, seharusnya ini, kan, membantu. Kalaupun ada pinjaman, semestinya nol persen karena pinjaman juga diambil akibat keadaan terdesak.
Menurut Thara, para mahasiswa tidak tertarik karena dalam perkuliahan dibahas risiko-risiko jenis pinjaman tersebut. Di sisi lain, kata Thara, kampusnya juga memberikan pilihan-pilihan lain guna menyelesaikan persoalan uang kuliah, mulai dari pengajuan keringanan, penundaan pembayaran, hingga dicarikan beasiswa.
”Kalau tujuannya benar-benar ingin meringankan, mungkin partner kerja samanya bisa diseleksi. Biar peran pinjaman daring ini benar-benar esensinya membantu mahasiswa. Bukan membantu di awal, tetapi memberatkan di akhir,” kata Thara.
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Universitas UGM Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu mengatakan, perjanjian kerja sama terjalin antara FEB UGM dan Danacita sejak Juni 2022. Walau begitu, belum banyak mahasiswa yang memanfaatkan fitur pinjaman tersebut. Dari total 60.000 mahasiswa aktif, hanya ada 33 orang yang menggunakan layanan itu untuk pembayaran uang kuliah.
”Sebanyak 33 orang yang menggunakan itu hampir 80 persen adalah mahasiswa pascasarjana dan sudah bekerja,” kata Andi.
Kerja sama itu, jelas Andi, sekadar menambah saluran mekanisme pembayaran untuk masalah uang kuliah. Oleh karena itu, opsi pinjaman daring juga tidak diwajibkan. Jalur itu seharusnya menjadi pilihan terakhir jika ada permasalahan uang kuliah.
Sebagai institusi pendidikan, kata Andi, lembaganya mengutamakan skema pembayaran yang menguntungkan mahasiswa. Prinsip itu diterapkan sejak penyaringan besaran uang kuliah sewaktu seleksi pendaftaran. Jumlah uang kuliah bisa diturunkan apabila selama proses perkuliahan terjadi kendala-kendala pembiayaan. Namun, mahasiswa mesti proaktif menyuarakan persoalan yang dihadapinya.
”UGM juga punya anggaran sendiri untuk teman-teman yang kesulitan. Kami mengalokasikan 5 persen dari SPI atau sumbangan pengembangan institusi,” kata Andi.