Kecelakaan Truk Rombongan Peziarah di Bandung Barat Diduga karena Rem Blong
Rem truk yang mengangkut rombongan peziarah itu diduga tak berfungsi saat melintasi jalan menurun yang curam.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kecelakaan tunggal truk rombongan peziarah di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (26/1/2024) dini hari, diduga terjadi akibat rem truk yang blong. Kecelakaan truk yang mengangkut 27 penumpang itu menewaskan lima orang.
Kecelakaan itu terjadi di Desa Saguling, Kecamatan Saguling, Bandung Barat, pada Jumat sekitar pukul 01.00. Truk dengan nomor polisi D 8304 WY itu dikemudikan oleh sopir bernama Heri Sudrajat.
Truk tersebut mengangkut para peziarah dari arah Kabupaten Cianjur, Jabar, kembali ke tempat tinggal mereka di Desa Citalem, Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat. Namun, saat sampai di lokasi kecelakaan yang berupa turunan curam, truk tersebut mengalami kecelakaan.
Lima korban yang tewas dalam kecelakaan itu adalah Uhin (28), Sifa Nuraeni (23), Lia (17), Ayim (50), dan Alif Alvian (17). Sementara itu, sebanyak 23 orang mengalami luka, termasuk sang sopir.
Berdasarkan pantauan Kompas pada Jumat siang, sebanyak 12 penumpang yang mengalami luka-luka dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung. Empat orang harus menjalani operasi karena mengalami pendarahan di otak.
”Dugaan sementara rem truk tak berfungsi sehingga terjadi kecelakaan di Saguling. Upaya penyelidikan terus berlangsung hingga kini,” kata Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Jabar Ajun Komisaris Besar Edwin Afandi.
Edwin menuturkan, sebanyak lima saksi telah dimintai keterangan terkait peristiwa tersebut. Dari informasi saksi mata, lanjut Edwin, truk hilang kendali saat melewati jalan menurun yang gelap karena tidak tersedia lampu penerangan jalan.
”Kami telah menerjunkan tim ke lokasi kecelakaan untuk melaksanakan olah tempat kejadian perkara. Saksi yang dimintai keterangan adalah warga setempat yang menyelamatkan para korban,” ujarnya.
Ia pun mengimbau masyarakat di Jabar tidak menggunakan truk untuk berpergian. Sebab, potensi terjadi kecelakaan hingga mengakibatkan korban jiwa sangat tinggi.
Deni Rahma Sopian (30), perwakilan kerabat para korban, mengatakan, para korban mengalami kecelakaan seusai mengikuti kegiatan haul di Pesantren Al Musri, Cianjur. Adapun para korban bermukim di wilayah RW 008 dan RW 009 Desa Citalem.
”Warga biasa menggunakan truk yang juga milik warga setempat saat berziarah ke Cianjur. Sebab, minim angkutan umum di tempat kami dan biaya untuk penyewaan bus sangat mahal,” kata Deni saat ditemui di RSHS.
Dugaan sementara rem truk tak berfungsi sehingga terjadi kecelakaan di Saguling.
Kepala Instalasi Gawat Darurat RSHS, Roland Sidabutar, memaparkan, sebanyak empat dari 12 korban kecelakaan yang dibawa ke RSHS telah pulang ke rumahnya. Sementara itu, delapan penumpang lainnya masih dirawat hingga kini.
”Mayoritas korban mengalami luka trauma di kepalanya. Kami akan melaksanakan operasi pada empat korban yang belum sadar karena mengalami pendarahan di otak,” ujar Roland.
Tiga faktor
Pengamat transportasi publik dari Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono, mengatakan, terdapat tiga faktor yang memicu penggunaan truk untuk mengangkut warga. Faktor pertama adalah minimnya kesadaran warga untuk menggunakan angkutan umum yang aman.
Faktor berikutnya adalah minimnya ketersediaan angkutan umum di wilayah perdesaan. Kondisi itu dinilai belum menjadi perhatian pemerintah.
”Faktor terakhir terkait upaya penegakan hukum yang belum optimal. Diperlukan ketegasan dari aparat untuk mencegah penggunaan truk untuk mengangkut penumpang,” kata Sony.
Pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno, memaparkan, Pasal 303 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan telah menegaskan larangan truk digunakan sebagai angkutan untuk membawa penumpang. Truk hanya boleh digunakan mengangkut penumpang untuk evakuasi warga di lokasi bencana alam dan pengerahan aparat keamanan.
”Penggunaan truk sebagai angkutan warga diakibatkan krisis transportasi umum di perdesaan. Ketiga calon presiden dalam Pemilu 2024 harus menjadikan penyediaan angkutan umum perdesaan sebagai salah satu program prioritas,” ucap Djoko.