Truk yang Tewaskan 18 Penumpang di Papua Barat Tidak Laik Jalan
Sebanyak 18 jenazah korban kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, telah teridentifikasi. Polisi menemukan kondisi truk tidak laik jalan dan kelebihan muatan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 18 orang meninggal akibat kecelakaan truk di Jalan Poros Manokwari-Pegunungan Arfak, Papua Barat, Kilometer 10, Rabu (13/4/2022) dini hari. Dari hasil penyelidikan sementara, polisi menemukan truk dalam kondisi tidak laik jalan karena salah satu ban telah gundul dan kelebihan muatan.
Hal ini diungkapkan Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Parisian Herman Gultom pada Rabu sore seusai olah tempat kejadian perkara dan mengambil keterangan dari para korban yang selamat.
Gultom memaparkan, lokasi kecelakaan truk yang terjadi sekitar pukul 02.00 WIT itu ada di Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak. Lokasi kecelakaan dekat Kampung Duadbey, Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari.
Ia mengungkapkan, penyidik menemukan sejumlah fakta dari hasil pemeriksaan di lokasi kejadian dan keterangan dari korban selamat. Informasi itu, antara lain, jumlah penumpang di truk mencapai 34 orang dan kondisi ban kiri belakang yang gundul sehingga memengaruhi pengereman truk.
Fakta lainnya adalah mobil memuat barang yang menyebabkan beban muatan truk melebihi batas yang ditentukan. Barang-barang itu meliputi kayu besi 103 batang, 1 sepeda motor, 1 alat mesin gergaji kayu, dan 1 rangkaian pelat besi ukuran 16 milimeter.
”Kendaraan yang terlibat kecelakaan bukan peruntukannya untuk memuat penumpang, tetapi mengangkut barang. Faktor lainnya pengemudi tidak cakap mengendarai truk saat melintasi jalan turunan yang menikung tajam sehingga terjadi kecelakaan,” kata Gultom.
Ia menuturkan, truk meluncur dengan kecepatan tinggi dan menghantam sebuah tebing. Truk pun terseret hingga 6 meter. Pada saat terjadi kecelakaan, para penumpang terlempar keluar dari truk.
Diketahui truk dalam perjalanan dari Pegunungan Arfak ke Manokwari, ibu kota Papua Barat. Berdasarkan data Polres Manokwari, para korban adalah pekerja tambang emas yang diduga tidak memiliki izin di daerah Pegunungan Arfak.
Sebanyak 13 penumpang meninggal di lokasi kejadian, sedangkan lima penumpang di tiga rumah sakit di Manokwari. Sebanyak 18 korban terdiri dari 17 orang dewasa dan satu anak balita.
”Korban selama ini tinggal di sebuah kamp pekerja untuk penambangan emas di daerah Minyambouw. Mereka dalam perjalanan ke Manokwari untuk merayakan Paskah dan hendak mengunjungi kerabatnya,” ujar Gultom.
Ia pun menambahkan akan berkoordinasi dengan Pemda Kabupaten Arfak dan masyarakat pemilik ulayat. Hal ini terkait dengan pembukaan area tambang emas di lokasi tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat Komisaris Besar Adam Erwindi mengatakan, pihaknya turut membantu Polres Manokwari untuk menyelidiki kasus kecelakaan tersebut. ”Penyidik dari Direktorat Lalu Lintas Polda Papua Barat akan turut membantu memeriksa pemilik truk tersebut,” ujar Adam.
Clinton Tallo selaku perwakilan keluarga dari para korban mengatakan, mayoritas penumpang truk berasal dari sejumlah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, yakni Belu, Maumere, dan Kupang. Semua jenazah korban telah teridentifikasi.
Identitas 18 korban ini adalah Andre selaku sopir truk, Servasius Lelok, Alexander Butak, dan Ardianus Kin. Selain itu, ada Linda, Paulus, Istin Nahak, Hengky Boymau, serta Santus. Dalam rombongan itu ada Servasius Malik, Edmon Aliando, Bernadus Nahak, dan Yohanes Tomauk. Ada juga Vincensius Nahak, Gregorius Kefi, Lau Servas, Edo Bauk, dan Longginus.
”Pihak yang mempekerjakan para korban telah menyewa sebuah pesawat. Kami akan membawa sebagian jenazah korban ke NTT pada Kamis (14/4/2022) ini,” kata Clinton.