logo Kompas.id
NusantaraMenyoal Etika Gibran dalam...
Iklan

Menyoal Etika Gibran dalam Debat Cawapres

Debat Pilpres 2024 menjadi ajang pengenalan kandidat. Dalam debat keempat, Gibran disorot karena ketidaketisan.

Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
· 5 menit baca

Calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka saat tampil dalam Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka saat tampil dalam Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Debat Pemilihan Umum 2024 menjadi panggung untuk publik mengenal lebih jauh tentang gagasan, etika, hingga kematangan sikap para kandidat. Terbaru, sikap calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menjadi sorotan publik.

Pembahasan soal etika kembali mencuat dalam debat keempat Pemilihan Presiden 2024 di Jakarta, Minggu (21/1/2024) malam. Bahkan, cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, mengingatkan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, soal etika debat.

Persoalan etika ini mengemuka dalam segmen tanya jawab. Saat itu, Gibran menanyakan soal greenflation atau inflasi hijau. Sama seperti debat sebelumnya, moderator kembali mengingatkannya untuk menjelaskan istilah itu. Mahfud MD pun meminta ia merinci terminologi tersebut.

Baca juga: Tiga Cawapres Merasa Bertukar Pikiran dalam Debat

Calon wakil presiden Mahfud MD saat tampil dalam Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Calon wakil presiden Mahfud MD saat tampil dalam Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

”Ini tadi tidak saya jelaskan karena beliau, kan, seorang profesor,” ucap Gibran diiringi sorakan hadirin.

Setelah Mahfud menjawabnya dengan konsep ekonomi hijau, Gibran meresponsnya melalui gestur melihat kanan dan kiri sambil membungkukkan tubuhnya.

”Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. Saya nyari-nyari di mana ini jawabannya, kok enggak ketemu jawabannya. Saya tanya masalah inflasi hijau, kok, malah menjelaskan ekonomi hijau,” ungkap putra sulung Presiden Joko Widodo itu. Mahfud pun enggan menanggapinya.

Ketika sesi tanya jawab dengan Muhaimin, Gibran menanyakan soal LFP (lithium ferrophosphate) kepada Muhaimin. ”Pasangan calon nomor 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP. Apakah antinikel atau bagaimana? Mohon dijelaskan,” kata Gibran.

Calon wakil presiden Muhaimin Iskandar saat tampil dalam Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Calon wakil presiden Muhaimin Iskandar saat tampil dalam Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

”Tenang Pak Gibran, semua ada etikanya, termasuk kita diskusi di sini bukan tebak-tebakan definisi, tebak-tebakan singkatan. Kita levelnya policy dan kebijakan,” ucap Muhaimin. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ini juga menegaskan bahwa forum debat memiliki etika.

Sejumlah warganet juga mempersoalkan sikap Gibran. Kata-kata, seperti etika, etis, dan merendahkan ramai dalam kicauan warganet saat mengomentari gaya Gibran. Bahkan kata songong pun sempat menjadi topik tren di media sosial X.

Tiga pasangan capres dan cawapres naik ke panggung pada akhir acara Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024). Debat keempat ini mengangkat tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Tiga pasangan capres dan cawapres naik ke panggung pada akhir acara Debat Keempat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1/2024). Debat keempat ini mengangkat tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

Sentimen negatif

Dalam analisis Drone Emprit terhadap debat cawapres yang dipublikasikan di akun @ismailfahmi, Gibran mendapat sentimen negatif terbanyak dibandingkan dua kandidat lainnya. Sejumlah pengguna media sosial menganggap Gibran tidak menunjukkan adab dalam debat.

Dalam analisis terhadap kicauan warganet di X pada pukul 19.00-22.00 itu, percakapan tentang Gibran memiliki sentimen negatif hingga 60 persen. Adapun obrolan terkait Muhaimin dan Mahfud MD masing-masing mendapatkan 6 persen dan 12 persen sentimen negatif.

”Ini menunjukkan adanya sentimen yang kurang menguntungkan atau permasalahan yang mungkin sedang dihadapi oleh Gibran Rakabuming di media sosial selama jangka waktu yang ditentukan,” tulis Fahmi dalam akun X miliknya dan bersedia untuk dikutip.

Iklan

Lihat juga: 86 Persen Pemilih Setia pada Pilihan Usai Debat Keempat Pemilu 2024

Suasana konferensi pers oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kiri) di Gedung MK, Jakarta, Rabu (8/11/2023). Anwar Usman membantah adanya konflik kepentingan saat menangani perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023 tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden.
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Suasana konferensi pers oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kiri) di Gedung MK, Jakarta, Rabu (8/11/2023). Anwar Usman membantah adanya konflik kepentingan saat menangani perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023 tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden.

Pembahasan soal etika juga pernah mencuat dalam debat capres bulan lalu. Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, bertanya kepada capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, berkaitan dengan putusan etik dari Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK).

Putusan itu mencopot hakim konstitusi Anwar Usman dari jabatan Ketua MK karena melanggar kode etik dalam putusan MK. Putusan itu melonggarkan syarat pencalonan presiden-wapres sehingga melapangkan jalan Gibran, keponakan Anwar, untuk berpasangan dengan Prabowo.

Setelah debat, video potongan pidato Prabowo viral di medsos. ”Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik... ndasmu etik,” ujar Prabowo, sambil geleng-geleng kepala dalam potongan video berdurasi 21 detik itu. Sentimen negatif pun muncul di X (Kompas, 18/12/2023).

K Bertens
DOKUMENTASI PRIBADI

K Bertens

Menyoal pembahasan etika, K Bertens dalam bukunya berjudul Etika edisi revisi (2013) menjelaskan lebih jauh tentang etika. Etika berasal dari kata Yunani, yakni ethos. Artinya, tempat tinggal, padang rumput, kandang, habitat, kebiasaan, adat, akhlak, watak, hingga sikap.

Bertens memaparkan tiga definisi etika. Pertama, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Kedua, etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral. Misalnya, kode etik untuk rumah sakit. Ketiga, etika memiliki arti sebagai ilmu tentang yang baik dan buruk. Etika menjadi ilmu jika keyakinan-keyakinan etis yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat, sering kali tanpa disadari, menjadi bahan refleksi kritis bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

Membungkukkan badan kepada orang lain mungkin merupakan sesuatu yang baik dan sesuai etiket. Namun, cara itu belum tentu etis jika seseorang membungkukkan tubuh sebagai gimmick atau trik merendahkan orang lain yang lebih tua.

https://cdn-assetd.kompas.id/-6XCeKOOcG4tyyrJBeg0-p2vu_U=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F10%2F20%2F25d046a7-2135-4858-92d6-e6ed18e091a4_jpg.jpg

Etika dan etiket

Etika inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Binatang tidak dapat menilai baik dan buruk. Bertens juga menggarisbawahi perbedaan etika dengan etiket. Meskipun kedua istilah ini mengatur perilaku manusia secara normatif, terminologi ini tidak bisa dicampuradukkan.

Etiket menyangkut cara yang harus dilakukan manusia, sedangkan etika fokus pada masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Misalnya, memberikan sesuatu dengan tangan kanan adalah etiket. Namun, belum tentu cara tersebut etis atau sesuai dengan etika.

Bertens mencontohkan, jika A memberikan amplop berisi uang kepada B, yang merupakan seorang hakim, perbuatan itu tidak etis meskipun dilakukan dengan tangan kanan. Sebab, norma etika antara lain melarang mencuri atau menyuap.

Baca juga: Unsur Hakiki Budaya Intelektual

https://cdn-assetd.kompas.id/HCh0QbE3bTm4sp6vs4AfhFCIixU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F21%2F40c4861e-3bbf-4a7f-9967-8c2099066ddc_jpg.jpg

Mengacu pada contoh itu, membungkukkan badan kepada orang lain mungkin merupakan sesuatu yang baik dan sesuai etiket. Namun, cara itu belum tentu etis jika seseorang membungkukkan tubuh sebagai gimmick atau trik merendahkan orang lain yang lebih tua.

Etiket juga hanya memandang manusia dari lahiriah, sedangkan etika dari dalam. ”Bisa saja orang tampil sebagai "musang berbulu ayam": dari luar sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan. Banyak penipu berhasil dengan maksud jahat mereka, justru karena penampilannya begitu halus dan menawan hati, sehingga mudah meyakinkan orang lain,” tulis Bertens.

Indikator sebuah tindakan itu etis atau tidak, antara lain, bisa diukur dengan hati nurani. Bertens mengatakan, hati nurani merupakan kesadaran moral: ”instansi” yang membuat seseorang menyadari yang baik atau buruk (secara moral) dalam perilakunya.

Litbang <i>Kompas</i> kembali melakukan jajak pendapat saat debat bertema pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa. Ketiga cawapres mendapatkan penilaian performa yang baik dengan skor rata-rata di kisaran angka 7.
KOMPAS

Litbang Kompas kembali melakukan jajak pendapat saat debat bertema pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa. Ketiga cawapres mendapatkan penilaian performa yang baik dengan skor rata-rata di kisaran angka 7.

Hati nurani bisa memuji jika yang bersangkutan berbuat baik, tetapi juga sekaligus mencela jika perbuatannya buruk. ”Beberapa filsuf berpendapat bahwa hati nurani dalam keadaan gelisah merupakan fenomena yang paling mendasar. Itulah hati nurani dalam arti sebenarnya,” tulis Bertens.

Dengan demikian, bisa jadi sentimen negatif warganet dalam debat cawapres kali ini menunjukkan adanya kegelisahan soal perbuatan yang tidak sesuai etika. Namun, yang pasti, debat telah menjadi panggung untuk publik menilai para kandidat, termasuk etikanya.

Baca juga: Eufemisme dan Moral

Editor:
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000