Bocah Perempuan di Bolaang Mongondow Timur Tewas Mengenaskan
Seorang anak usia 9 tahun di Bolaang Mongondow Timur ditemukan tewas mengenaskan. Jenazahnya ditutupi daun pisang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Seorang anak usia 9 tahun di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan. Tersangka pembunuh anak itu adalah seorang wanita tetangga korban. Peristiwa kekerasan ini menambah panjang rentetan kekerasan terhadap anak selama tiga tahun terakhir.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Utara Komisaris Besar Iis Kristian, Jumat (19/1/2024), menyatakan, korban pembunuhan itu berinisial TAM.
Korban merupakan warga Desa Tutuyan III, Kecamatan Tutuyan, Bolaang Mongondow Timur. TAM adalah anak seorang staf di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Iis tidak menjelaskan kronologi detail kasus itu karena tidak ingin mendahului konferensi pers yang akan digelar Kepolisian Resor Bolaang Mongondow Timur pada Jumat sore. Namun, ia menyebut TAM terakhir terlihat di sekitar rumahnya pada Kamis (18/1/2024) sekitar pukul 11.00.
Korban kemudian ditemukan tewas pada malam hari sekitar pukul 20.00 dalam kondisi amat buruk di area perkebunan masyarakat. ”Jenazahnya ditemukan dalam keadaan ditutupi daun pisang. Mungkin kami enggak sampaikan terlalu vulgar, ya,” ujar Iis.
Kendati begitu, Iis mengonfirmasi bahwa pemberitaan yang beredar adalah benar. TAM dilaporkan ditemukan dengan luka sangat parah di leher dan tangan. Berbagai sumber menyebut, pelaku ingin mengambil perhiasan emas yang dikenakan korban, tetapi kepolisian belum dapat mengonfirmasi motif pembunuhan.
Adapun pelaku berinisial AM (24) merupakan seorang ibu rumah tangga. Iis menyebut AM mengenal TAM karena tinggal berdekatan, tetapi belum dapat menyebutkan hubungan apa yang mereka miliki.
Kini AM telah ditetapkan tersangka dan ditahan kepolisian. ”Untuk pastinya, pasal apa yang disangkakan ke tersangka, kita tunggu (konferensi pers Polres Bolaang Mongondow Timur) aja. Saya enggak mau mendahului penyidik,” kata Iis.
Ia juga mengonfirmasi AM sebagai wanita berbaju hijau yang videonya tersebar di Facebook dan Instagram. Dalam video itu, ia memberikan keterangan kepada Bupati Bolaang Mongondow Timur Sam Sachrul Mamonto sesaat sebelum jenazah TAM ditemukan. Dalam video itu, AM menjadi saksi yang terakhir melihat keberadaan korban.
Di video tersebut, AM mengatakan, dirinya terakhir bertemu TAM pukul 11.00 di rumahnya. Saat itu, TAM dilaporkan hendak pergi ke rumah neneknya. Menurut AM, saat itu TAM mungkin mendengar ada suara anak-anak pulang sekolah, lalu pergi untuk bergabung dengan mereka.
”Saya bilang, ’Eh, mau ke mana kamu?’ Dia jawab, ’Tunggu, tidak lama.’ Setelah itu saya bawa adik (bayi AM) ke dalam rumah. Pas kembali ke pintu, saya lihat keluar, dia sudah tidak ada. Itu pukul 11.00, dia pakai daster putih,” kata AM kepada Sachrul yang turut bersama warga mencari TAM.
Sebelumnya, Kapolres Bolaang Mongondow Timur Ajun Komisaris Besar Setya Budi menyatakan, korban diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Otopsi telah berlangsung pada Jumat pagi hingga siang.
Jenazahnya ditemukan dalam keadaan ditutupi daun pisang
Kematian TAM menambah panjang rentetan kasus kekerasan terhadap anak selama setidaknya tiga tahun terakhir di Sulut. Kasus yang menonjol lainnya adalah kematian Marsela Sulu (13), warga Desa Koha, Minahasa, pada awal 2021. Ia dibunuh oleh FK, seorang aparat desa, yang kemudian bunuh diri setelah kecurigaan warga menyebar.
Pada akhir 2021, CT, anak 10 tahun penderita kanker di Manado, meninggal setelah mengalami kekerasan seksual yang dilakukan MB (34), ayah tirinya. Kasus tersebut mandek setahun lebih sampai kemudian terungkap pada awal tahun 2023.
Pada tahun 2022, BT (13), siswa kelas 7 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kotamobagu, meninggal setelah diduga mendapatkan kekerasan dari sembilan siswa lain.
Pada pertengahan 2023, JV, bayi berusia 6 bulan, tewas di tangan ayahnya sendiri, AB (25), yang merasa terganggu oleh tangisannya ketika ia bermain gim di ponsel. Dalam semua kasus tersebut, pemerintah provinsi selalu turun memberikan perlindungan kepada keluarga korban. Namun, kasus baru terus mencuat.