Status Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Marapi Meningkat, Warga Diminta Waspada
Peningkatan status menunjukkan ancaman yang lebih luas. Warga di sekitar kedua gunung tersebut diminta waspada.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Peningkatan status Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur dan Gunung Marapi di Sumatera Barat diiringi dengan kewaspadaan terhadap abu vulkanik dan banjir lahar hujan. Warga diminta tetap tenang. Namun, diminta membatasi aktivitas di sekitar titik erupsi dan mewaspadai aliran sungai yang berpotensi membawa material aliran lahar hujan.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyatakan, luncuran awan panas dalam jarak kurang dari 4 kilometer terjadi pada Rabu (10/1/2024) pukul 11.15 Wita. Aktivitas yang meningkat ini mulai terjadi sejak awal tahun 2024. Hal ini disampaikan Hendra di Bandung pada Rabu (10/1/2024).
Berdasarkan catatan PVMBG, peningkatan aktivitas ini terlihat dari erupsi dengan tinggi kolom mencapai 1.500 meter dari pusat erupsi yang berada dalam area barat laut-utara kawah Gunung Lewotobi Laki-laki. Dari arah yang sama, juga teramati lontaran material pijar di bagian puncak dan aliran lava di rekahannya.
Peningkatan aktivitas vulkanik dari pantauan visual dan instrumental ini membuat status Gunung Lewotobi Laki-laki ini menjadi Level IV (Awas) dari Level III (Siaga), pada 9 Januari 23.00. Perubahan status ini diiringi dengan peningkatan kewaspadaan dengan anjuran kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer. Larangan untuk aktivitas masyarakat lebih jauh diterapkan di area barat laut dan utara dengan radius 5 kilometer.
Potensi banjir lahar hujan, lanjut Hendra, juga perlu diwaspadai terutama saat hujan melanda daerah gunung. Karena itu. PVMBG juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mendekati aliran sungai yang memiliki hulu di kawasan puncak Gunung Lewotobi Laki-laki.
”Jika dilihat dari Peta Rekomendasi Gunung Lewotobi Laki-laki untuk Level IV, potensi sungai yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan mencapai radius 7 kilometer. Potensi tertimpa hujan abu dan bahkan tertimpa lontaran batu pijar juga terjadi di radius yang sama,” ujarnya.
Potensi hujan abu ini, papar Hendra, perlu diantisipasi dengan menggunakan masker atau penutup hidung untuk menghindari gangguan pernapasan akibat bahaya abu vulkanik. Meskipun status meningkat, dia tetap meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari petugas, termasuk larangan aktivitas dalam daerah yang ditentukan.
”Tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki akan dievaluasi secara berkala, ataupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Masyarakat diharapkan tetap tenang, mengikuti arahan petugas, dan tidak memercayai isu yang tidak jelas sumbernya,” ujar Hendra.
Peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi laki-laki ini membuat Kabupaten Flores Timur berstatus Siaga Darurat selama 14 berturut-turut dalam kurun 1-14 Januari 2024. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana per 4 Januari 2024, wilayah terdampak erupsi mencapai enam desa di dua kecamatan.
”Demi percepatan penanganan darurat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Status Siaga Darurat ditetapkan. Pengungsi tersebar di beberapa titik lokasi, baik tenda pengungsian, gedung sekolah, hingga rumah kerabat,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari melalui keterangan tertulis.
Gunung Marapi
Peningkatan status juga dialami Gunung Marapi di Sumatera Barat. Setelah lebih dari 10 tahun berada di Level II (Waspada), status Gunung Marapi berubah menjadi Level III (Awas) per 9 Januari 2024 pukul 18.00. Perubahan status ini berdampak pada jarak aman dari pusat erupsi sehingga petugas menetapkan masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan dalam radius 4,5 kilometer dari sebelumnya dengan jarak 3 kilometer.
Aktivitas Gunung Marapi, lanjut Hendra, masih tergolong tinggi. Laju emisi gas SO2 yang tinggi hingga lontaran material pijar pada erupsi serta pancaran sinar api di puncak Gunung Marapi pada 6 Desember 2023 menunjukkan perubahan tipe erupsi, dari tipe freatik menjadi magmatik.
Kondisi ini, lanjut Hendra, menunjukkan potensi ancamannya menjadi lebih luas jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat sehingga erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar. Bahkan, material erupsi dapat menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.
”Karena itu, terdapat potensi bahaya dari banjir lahar pada lembah sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi. Ada juga potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun di area kawah. Dari hasil analisis dan evaluasi, Gunung Marapi menjadi Level III dengan rekomendasi sesuai potensi bahaya terkini,” paparnya.