Lontaran Lava Pijar Gunung Marapi Membuat Warga Khawatir
Letusan Gunung Marapi yang disertai lontaran lava pijar, Senin (8/1/2024) pagi, membuat warga setempat khawatir.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Gunung Marapi di Sumatera Barat kembali mengalami letusan disertai lontaran lava pijar, Senin (8/1/2024) pagi. Kejadian tersebut membuat warga yang bermukim di kawasan kaki Gunung Marapi menjadi khawatir.
Letusan yang disertai lontaran lava pijar dari Gunung Marapi itu terjadi pada Senin pukul 03.26. Peristiwa tersebut terekam oleh kamera pengawas atau CCTV Kantor Wali Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumbar.
”Yang terekam CCTV baru kali ini. Tapi, sebelumnya, sudah terjadi dua kali, terekam di tempat lain. Lontaran pijar pagi ini termasuk besar,” kata Wali Nagari Bukik Batabuah Firdaus, Senin.
Firdaus menuturkan, kejadian tersebut sudah ia laporkan ke pihak-pihak terkait melalui grup Whatsapp. Namun, dia menyebut, belum ada tanggapan atau penjelasan mengenai kejadian itu.
Menurut Firdaus, rentetan kejadian sejak erupsi Gunung Marapi pada 3 Desember 2023 membuat warga khawatir. Apalagi, Nagari Bukik Batabuah merupakan salah satu nagari terdekat dari kawah Marapi. Selain itu, warga baru kali ini menyaksikan langsung erupsi Marapi yang relatif besar disertai dengan hujan batu dan lontaran lava pijar.
Di sisi lain, Firdaus menilai informasi dari instansi terkait tentang perkembangan aktivitas Gunung Marapi sangat minim. ”Itulah yang membuat kami sangat khawatir dengan kondisi ini,” ujarnya.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi Ahmad Rifandi mengatakan, lontaran lava pijar itu beberapa kali terjadi sejak Gunung Marapi erupsi pada 3 Desember lalu. Status Marapi sampai saat ini masih Waspada atau Level II.
Untuk penjelasan terkait fenomena itu, Rifandi menyebut, pihaknya menunggu informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berkantor di Bandung, Jawa Barat.
”Untuk penjelasannya, nanti dikonfirmasi sama yang di Bandung. Kebetulan besok ada tim dari Bandung yang ke sini sekaligus untuk evaluasi. Mungkin mereka yang bisa menjelaskan detailnya,” ujarnya.
Rifandi pun mengimbau warga tetap mematuhi rekomendasi agar tidak memasuki wilayah radius 3 kilometer dari puncak Gunung Marapi. Hal ini karena wilayah tersebut berpotensi dilanda bahaya akibat erupsi, termasuk berupa lontaran lava pijar.
Selain itu, warga juga mesti mengantisipasi hujan abu vulkanik yang kerap terjadi. Warga yang beraktivitas di luar ruangan diminta selalu mengenakan masker, pelindung mata, dan penutup kepala.
Firdaus menilai informasi dari instansi terkait tentang perkembangan aktivitas Gunung Marapi sangat minim.
”Abu vulkanik memiliki lapisan silikat, sama seperti kaca yang sangat halus. Itu bisa menyebabkan tenggorokan dan paru-paru (iritasi) dan menimbulkan sesak, apalagi untuk anak-anak,” katanya.
Pada musim hujan ini, Rifandi mengatakan, warga juga perlu mewaspadai potensi banjir bandang dan lahar hujan. Kewaspadaan itu terutama bagi warga yang beraktivitas di sekitar sungai yang berhulu di Gunung Marapi.
Berdasarkan data PGA Marapi, hingga Senin pukul 18.00, Gunung Marapi mengalami satu kali letusan dan sembilan kali embusan. Letusan terjadi pada pukul 03.26 dan belum ada letusan susulan.
Menurut Rifandi, dari segi kegempaan, aktivitas Gunung Marapi masih fluktuatif. Adapun dari segi jumlah letusan, trennya memang menurun. Saat hari pertama erupsi pada 3 Desember lalu, jumlah letusan mencapai 36 kali dalam sehari.
Sementara itu, sejak 1 Januari 2024, jumlah letusan paling banyak dalam sehari adalah tiga kali. Rinciannya, 1 Januari 1 kali letusan, 3 Januari 1 kali letusan, 5 Januari 1 letusan, 6 Januari 3 kali letusan, dan 8 Januari 1 kali letusan. Adapun di hari lainnya tidak ada letusan.
”Dari data itu, belum dapat disimpulkan karena ini masih dalam fase erupsi. Kami tidak bisa menduga-duga yang akan datang bagaimana. Selain itu, masih terekam gempa-gempa vulkanik yang menandakan adanya suplai-suplai baru (magma),” ujarnya.
Gunung Marapi pertama kali erupsi pada 3 Desember 2023 pukul 14.54. Kolom abu letusan itu mencapai 3.000 meter dari puncak. Erupsi mendadak itu menyebabkan 24 pendaki meninggal.