Kereta Api Semakin Nyaman, Jangan Lupakan Keselamatan
Jaminan keselamatan di moda transportasi kereta api harus di atas segalanya apa pun bentuk, kelas, dan harga tiketnya.
Kereta api lebih dari sekadar alat transportasi. Keberadaannya menjelma menjadi gaya hidup. Penumpang bisa menikmati fasilitas mewah di kereta. Animo masyarakat menggunakan moda ini pun terus meningkat. Namun, kenyamanan kereta tidak boleh melupakan keselamatan orang di dalamnya.
Sabtu (30/12/2023) pagi, KA Argo Dwipangga New Generation dengan bodi baja antikarat atau stainless steel terparkir di Stasiun Jakarta Kota. Tidak hanya eksterior, interior kereta juga menarik perhatian, terutama di kelas Luxury yang kapasitas tempat duduknya hanya 26 unit.
Kursinya empuk, berbalut kulit sintetis. Tersedia pula bantalan kepala dan sandaran kaki. Penumpang bisa menidurkan kursinya hanya dengan memencet tombol di bawah sandaran tangan. Mereka juga dapat menonton film dari layar di depan atau mengakses internet nirkabel sepuasnya.
Papan informasi penumpang digital terpampang di atas pintu kereta. Di sana, terdapat keterangan nama stasiun pemberhentian selanjutnya, suhu ruangan kereta, dan kecepatan kereta. Pintunya pun elektrik. Warga tidak perlu lagi menggeser pintu, yang jika tak hati-hati bisa membuat riuh.
”Dengan aplikasi Access by KAI, kita bisa men-track (melacak) perjalanan kereta ini sampai ke tujuan. Jadi, (fasilitasnya) tidak kalah dengan pesawat,” ucap Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo saat mengajak sejumlah awak media mencoba kereta itu.
Didiek bersama Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo dan Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Persero) Eko Purwanto menjajal kelas Luxury itu dari Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Gambir. Dalam perjalanan sekitar 30 menit itu, ia mengenalkan fasilitas kereta.
Di restorasi, misalnya, Didiek menunjukkan ruang makan mirip restoran cepat saji. Di belakang meja kasirnya, terpampang gambar digital berbagai menu pada bagian atas.
Menu mie godhog, sei sapi, dan nasi goreng parahyangan yang melegenda ada di sana. Aneka minuman juga tersedia.
Beginilah potret kereta generasi baru KA Argo Dwipangga yang diluncurkan sejak 13 Desember lalu. Selain tiga kereta kelas Luxury, ada juga tujuh kelas Eksekutif. Meski tidak selengkap Luxury, kelas eksekutif tetap nyaman dengan kursi empuk. Saat malam hari, lampunya temaram.
Kereta api ini bukan sebagai alternatif (transportasi), tetapi gaya hidup baru
Diminati
KA ini melayani rute Stasiun Gambir ke Solo Balapan dengan waktu tujuh jam. Harga kelas Luxury bisa mencapai Rp 1,5 juta per orang, sedangkan Eksekutif berkisar Rp 500.000 per penumpang.
Meski bisa lebih mahal daripada tiket pesawat, kereta ”mewah” ini tetap laris. Harga pesawat dari Jakarta ke Solo mulai dari Rp 850.000 per orang.
”Dulunya, hanya satu kereta (Luxury), para pelanggan itu selalu mengeluh tidak mendapatkan tempat. Sekarang, tiga (kereta) ini selama angkutan Nataru (Natal dan Tahun Baru) itu full (penuh),” ucap Didiek.
Selain KA Argo Dwipangga, kelas Luxury juga dirasakan di KA Argo Lawu dan KA Taksaka. Selama masa Natal dan Tahun Baru pada 21 Desember 2023 hingga 7 Januari 2024, kereta Luxury ini telah melayani 8.739 penumpang atau rata-rata 485 orang per hari. Okupansinya hampir 100 persen.
Sebelum Luxury, PT KAI sudah lebih dulu meluncurkan kereta Suite Class Kompartemenyang dirangkaikan dengan KA Bima relasi Stasiun Gambir Jakarta-Stasiun Gubeng Surabaya dan KA Argo Semeru dengan relasi serupa. Harga tiketnya dibanderol lebih dari Rp 2,2 juta per orang.
Dalam satu kereta kelas ini terdapat 16 kompartemen atau ruang untuk 16 penumpang. Setiap penumpang mendapat satu ruang pribadi. Selain berbaring, pelanggan juga dapat menikmati fitur pijat di kursi yang bisa disetel untuk berbagai teknik pijatan.
Selama masa angkutan Natal dan Tahun Baru, 1.456 penumpang menggunakan kereta kompartemen. Tidak hanya kelas ”mewah”, penumpang kereta secara keseluruhan juga melonjak 27 persen dari 2,7 juta penumpang pada Nataru tahun lalu menjadi 3,5 juta orang.
Baca juga : Gerbong Kereta Mewah, dari Gambir Menuju Indonesia Maju
Menurut dia, kereta api jadi pilihan masyarakat karena nyaman dan tepat waktu. ”Ketepatan waktu kereta ini sudah 99,6 persen, tanpa (gangguan) faktor cuaca dan alam,” ucap Didiek.
Respons baik masyarakat terhadap kereta api, termasuk kelas Luxury, membuat PT KAI memesan 612 rangkaian kereta (trainset) pada 2023 hingga 2026. Dari jumlah itu, sebanyak 393 kereta Luxury dan Eksekutif. Sebanyak 219 unit lainnya adalah Ekonomi. Total investasinya Rp 5,4 triliun.
Angka itu sekitar seperempat dari pendapatan PT KAI tahun 2022, yakni Rp 22,9 triliun. ”Tahun 2023, target (pendapatan) kami Rp 26 triliun. Sekarang ini sudah dekat sekali. Insya Allah kami bisa capai. Sudah mendekati target,” ujar Didiek.
Gaya hidup
Menurut dia, kereta kelas Luxury dan kompartemen menyasar segmen masyarakat berpenghasilan tinggi. Namun, kata Didiek, porsi untuk segmen kelas eksekutif hingga kompartemen itu hanya 5 persen. Selebihnya, pasar utama kereta masih kelas ekonomi. Pihaknya bakal menambah porsinya menjadi 10 persen seiring meningkatnya produk domestik bruto negara.
”Harapannya ke depan, Indonesia jangan sampai masuk ke middle country (negara dengan pendapatan menengah ke bawah). Mestinya ditingkatkan lagi. Pemerintah punya infrastruktur belanja tinggi,” ujar Didiek yang berkomitmen meningkatkan layanan kelas ekonomi.
Wamen BUMN Kartika menambahkan, kereta kini tidak lagi menyasar segmen masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Ini terbukti dengan kehadiran kereta dan stasiun yang mewah.
”Kereta api ini bukan sebagai alternatif (transportasi), tetapi gaya hidup baru,” ucapnya.
Ada juga kereta rel listrik, kereta LRT, kereta MRT, dan terbaru kereta cepat Whoosh yang kecepatannya bisa menyentuh 350 kilometer per jam. ”Gaya hidup harus seperti ini, harus dibikin orang mau bayar mahal untuk lifestyle, bukan hanya untuk alternatif,” ujarnya.
Ironi
Meski demikian, moda transportasi ini belum luput dari kecelakaan. Enam hari setelah Didiek ”memamerkan” kereta Luxury, KA Turangga tujuan Surabaya Gubeng-Bandung bertabrakan dengan Commuterline Bandung Raya jurusan Padalarang-Cicalengka, Jumat (5/1/2024).
Kecelakaan di Kilometer 181+700, petak jalan antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka, itu menyebabkan empat awak kereta gugur.
Keempat korban yang gugur adalah masinis KA Commuterline Julian Dwi Setiono, asisten masinis KA Commuterline Ponisan, dan pramugara KA Turangga Andrian. Satu korban tewas lainnya adalah petugas keamanan yang bertugas di Stasiun Cimekar, Enjang Yudi.
Sebanyak 287 penumpang dari KA Turangga dan 191 penumpang dari KA Bandung Raya selamat. Namun, 37 korban luka-luka.
Baca juga : Petaka Itu Tertinggal di Cicalengka
Hingga Selasa (9/1), Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menginvestigasi penyebab tabrakan kereta di jalur tunggal itu. Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang meminta KNKT melaporkan dan membuka hasil penyelidikannya ke publik.
”Ini penting untuk mengetahui penyebab kecelakaan apa? Apakah masalah sinyal mekanik di jalur Cicalengka atau SDM (sumber daya manusia)?” ucapnya. Menurut dia, sekitar 60 persen jalur kereta api di Pulau Jawa masih menggunakan sinyal mekanik.
Deddy menilai, kecelakaan kali ini menunjukkan ironi di tengah kehadiran kereta kelas Luxury, LRT, MRT, hingga kereta cepat Whoosh. Kereta model baru, seperti MRT, lanjutnya, sudah dilengkapi automatic train protection (ATP) yang dapat mengendalikan batas kecepatan.
Kereta cepat Whoosh bahkan punya automatic train stop (ATS) yang dapat menghentikan kereta dalam radius tertentu jika terdapat benda penghalang di jalur. Sayangnya, kata Deddy, berbagai fitur keselamatan itu belum sepenuhnya terpasang di kereta konvensional, seperti KA Turangga.
”Ini yang menjadi pertanyaan, mengapa kereta konvensional standar keselamatannya berbeda dengan kereta modern, seperti MRT dan kereta cepat? Padahal, sama-sama pernah disubsidi pemerintah. Standar keselamatan ini harusnya sama, apa pun keretanya,” ujarnya.
Jaminan keselamatan di moda transportasi kereta api harus di atas segalanya. Apa pun bentuk, kelas, dan harga tiketnya, semua penumpang berhak mendapatkan jaminan yang sama.
Baca juga : Tragedi Kereta Api, dari Bintaro hingga Cicalengka